Sabtu, 01 Desember 2012

ISRAEL MENINGKATKAN SERANGAN BALASAN KE MILITAN DI GAZA



Gaza - Israel membombardir Jalur Gaza yang diperintah Hamas dengan lebih dari 180 serangan udara. Dan serangan diperluas dari yang mulanya hanya ditujukan kepada kaum militan kini ditujukan juga ke markas perdana mentri, kantor polisi dan tempat-tempat perlindungan. Intensifikasi kegiatan militer Israel dilakukan setelah terjadinya serangan roket yang ditujukan ke kota Yerusalem.
Israel juga terus menyerang fasilitas penyimpanan senjata militan dan situs-situs bawah tanah tempat
peluncuran roket. Pasukan Israel mengumpulkan berbagai kendaraan militer, tank dan kendaraan lapis baja di sepanjang perbatasan dengan Gaza. Militan di Gaza telah meluncurkan sekitar 500 roket terhadap Israel, termasuk baru, senjata dengan jangkauan yang lebih jauh untuk  pertama kalinya ditujukan ke Yerusalem dan Tel Aviv. (Diego/Agenzia Fides)

2000 PETANI GAGAL PANEN



Kenya - Banjir bandang telah menghanyutkan panen padi sekitar 2.000 petani di Kenya Barat. Para petani yang mengalami kerusakan tinggal di 870 hektar sawah dari Kano Plains, di distrik Kisumu. Hujan telah menghancurkan satu-satunya sumber pendapatan penduduk ini. Pada bulan Oktober, departemen meteorologi telah mengeluarkan peringatan kemungkinan banjir di beberapa bagian negara, dalam musim  hujan sekitar  bulan Oktober-Desember, yang dapat diperburuk oleh badai El NiƱo.
Beras adalah pasokan makanan utama ketiga di Kenya, setelah jagung dan gandum. Menurut Departemen Pertanian, produksi pangan nasional selama ini mencapai  50 ribu ton per tahun, sedangkan konsumsi tahunan membutuhkan 350 ribu ton. Berbagai upaya dilakukan  sebelumnya  oleh pemerintah untuk pembangunan kapal dan kanal guna memudahkan penduduk dalam menghadapi  banjir. Selama bulan April dan Mei tahun ini daerah wilayah Barat dan Nyanza mengalami banjir yang menewaskan lebih dari 15.000 orang pengungsi. Pusat evakuasi yang dibangun tahun ini di daerah tersebut dengan bantuan dari pemerintah Jepang hanya dapat menampung 12 . 000 orang. (Diego/Agenzia Fides)

PEMBUKAAN TAHUN IMAN



Hongkong - Keuskupan Hong Kong  membuka Tahun Iman dengan tema "pembaruan dan PERUBAHAN," yang diawali Misa Kudus  pada  hari  Minggu, 16 Desember pada akhir Tahun Awam keuskupan Hongkong. Menurut Kong Ko Bao (buletin keuskupan versi Cina), Mgr. Dominic Chan, Vikaris Keuskupan dan Presiden Kelompok Keuskupan untuk Tahun Iman,  menyajikan bahwa program keuskupan menekankan dua tema: "Pembaharuan dan Perubahan". Berbagai kegiatan di paroki dan tingkat keuskupan diselenggarakan, juga kursus dan seminar  dijadwalkan untuk mengeksplorasi tema Tahun Iman, termasuk penerbitan teks-teks terkait. Mgr. Chan mendesak umat beriman untuk mempunyai sikap tertentu dan tindakan nyata dalam Tahun Iman: agar publik mengenali identitas Katolik, memberitakan dan menyatakan iman dengan Credo, memperdalam dan memperkuat iman sebelum menerima sakramen, menelusuri kembali ajaran Konsili Vatikan II dan Katekismus Gereja Katolik, mengambil bagian dalam visi misi keuskupan selama Tahun iman, menghadapi tantangan kehidupan sehari-hari dengan iman. Akhirnya, Mgr. Chan merekomendasikan perhatian khusus kepada umat yang baru dibaptis. (Diego/Agenzia Fides)

Embrio: Ciptaan Tuhan atau Produk Manusia?



Seminar Nasional Hari Studi XXXVII STFT Widya Sasana Malang



                Kemajuan teknologi biologi dan medis (biomedis) dewasa ini semakin menawarkan aneka solusi bagi  persoalan  kehidupan  manusia, khususnya perkara mendapatkan anak. Teknologi seperti Bayi Tabung telah  lama ditempu oleh sebagian besar keluarga-keluarga guna mendapatkan keturunan yang mereka inginkan. Bahkan teknik rekayasa keturunan pun telah lazim digunakan untuk menghindari kemungkinan keturunan yang tidak diinginkan. Melalui teknologi tersebut manusia bebas menentukkan pilihan kualitas dan layak tidaknya keturunan sesuai keinginan. Terlepas dari kemajuan itu, muncul persoalan moral yang sangat mendasar, yakni bahwa dibalik teknik bayi tabung dan rekayasa keturunan, sebenarnya ada jutaan embrio bakal manusia yang menjadi “korban”, entah dibuang karena tidak sempurna atau atau tidak memenuhi seleksi kualitas. Bahkan ada embrio yang dibekukan karena keterbatasan jumlah embrio yang bisa ditanam dalam rahim. Ditengarai di dunia saat ini terdapat jutaan embrio sisa dari IVF (in vitro fertilization) yang tidak “bertuan” karena tidak lagi dikehendaki untuk ditanam dalam rahim orangtua asal benih tersebut.  
                Bertolak dari persoalan tersebut, Sekolah Tinggi Filsafat Teologi (STFT) Widya Sasana Malang mengadakan Seminar Nasional Hari Studi XXXVII, pada akhir Oktober lalu, dengan tema “Embrio: Ciptaan Tuhan atau Produk Manusia? Pandangan Gereja Katolik Tentang Bayi Tabung, Sel Punca dan Kloning”.  Seminar yang berlangsung 2 hari tersebut menghadirkan pembicara dari beberapa ahli dengan disiplin ilmu yang mumpuni, yakni Prof. F.X. Arif Adimoelja (Bapak Androlog Indonesia); Prof. J. Sudarminta, SJ;  Dr. Benny Phang, O.Carm;  Dr. Yustinus, CM; Prof. Dr. Piet Go Twan An, O. Carm; dan Prof. Dr. Berthold A. Pareira, O. Carm.
                Seminar yang diikuti oleh berbagai kalangan yang sebagian besar adalah para medis, umat, mahasiswa serta beberapa ahli tersebut menjadi suatu kontribusi yangh sangat berarti bagi masyarakat, khususnya umat Katolik dalam menyikapi perkembangan teknologi biomedis. Prof. F.X. Arif Adimoelja dalam presentasi pertama, memaparkan fungsi-fungsi alat reproduksi manusia dan perkembangan IVF.  “Pada awalnya, ketika proses IVF masih konvensional tidak pernah dilakukan proses ini. Hal yang dilakukan hanya melihat sel ovum yang sehat, yang diketahui lewat mikroskop atau cara lain. Di sisi lain, yang menentukan kehamilan adalah spermatozoa. Dalam perkembangannya, dilakukan genetic engineering, khususnya pada spermatozoa, supaya embrio yang terbentuk sesuai harapan” ungkap Prof. Arif.  Lebih lanjut ia menegaskan kelainan dapat saja terjadi pada janin karena resiko seleksi embrio ialah infeksi pada embrio tersebut, sehingga dapat menghasilkan keturunan yang cacat seperti hydrocephalus.
Prof. Pidyarto, O.Carm: Ketua STFT Widya Sasana Malang 



                Prof. Sudarminta, SJ  membuka wawasan berpikir dengan menyajikan refleksi etis-filosofis atas perkembangan moral bayi tabung, sel punca dan kloning manusia.  “Menghawatirkan, karena perkembangan baru itu memunculkan berbagai persoalan baru, khususnya persoalan moral yang serius. Ada pergeseran fokus yang diakibatkan oleh perkembangan teknologi reproduksi dan rekayasa genetika. Dari “how to have sex without making a baby” ke “how to make a baby without having sex” ujar Prof. Sudarminta. Menjawabi pergulatan moral-etis, Dr. Benny Phang menegaskan ajaran Magisterium Gereja Katolik tentang perkembangan teknologi reproduksi yang marak saat ini.  Dua poin penting yang ditekankan oleh Gereja ialah pertama, sikap hormat terhadap martabat pribadi manusia sebelum dan sesudah dilahirkan, termasuk  sejak embrio awal. Kedua, pentingnya sanggama suami-istri (prokreasi)  tanggung jawab; dalam arti bahwa anugerah hidup manusia harus diwujudkan melalui tindakan spesifik dan eksklusif suami-istri dalam perkawinan. Teknologi reproduksi harus mengabdi pada martabat pribadi manusia yang hakiki.
Sementara itu, Dr. Yustinus, CM., memberikan beberapa pertimbangan moral dalam situasi konkrit. Prinsip penilaian moral Katolik ialah obyektifitas perkara, maksud dan keadaan-keadaan, serta faktor subyektif yang kompleks dengan keputusan hati nuraninya. “Kita harus tahu mengapa Gereja melarang. Yang menjadi persoalan ialah soal embrio yang sisa dalam proses bayi tabung. Ada keberatan bahwa tindakan laboratorium itu menggantikan sanggama, sehingga lepas dari cinta kasih suami-istri. Untuk itu dokter dapat melakukannya sesuai moral Katolik” tegas Dosen Moral STFT Widya Sasana tersebut. Lebih lanjut Dr. Yustinus menekankan bahwa bayi tabung jangan cepat dipandang sebagai anugerah Tuhan, sebab hal itu telah melibatkan manusia. Kita perlu melihat proses-prosesnya, sejauh mana Tuhan bekerja dan sejauh mana manusia boleh ambil bagian di dalamnya. Prof. Dr. Piet Go Twan An memberikan dasar-dasar ajaran Magisterium Gereja bagi pastoral praktis di bidang bioetika. “Keberatan Gereja terutama soal status embrio dan martabat prokreasi” kata Prof. Piet Go. Manusia harus bertanggung jawab dan bergumul dengan keputusannya jika ingin menemukan jawaban atas persoalan hidupnya. Prof.  Dr. Berthold A. Pareira menutup keseluruhan presentasi dengan refleksi biblis “Kisah penciptaan manusia”. Manusia diciptakan  secitra dengan Allah dan karena itu mendapat anugerah kemampuan-kemampuan yang patut dikagumi. “Dalam hubungan dengan program bayi tabung, sering dilakukan karena alasan ekonomi dan industri, tidak sampai ke tindakan yang luhur. Itulah paradoksal kehidupan manusia. Maka butuh ilmuwan yang beriman yang membantu kita supaya teknologi memberikan nilai positif bagi hidup manusia” harap Profesor asal Maumere, Flores tersebut.
Seminar ini semakin menarik karena menghadirkan dua kesaksian pergumulan dari keluarga Katolik yang terlibat menggunakan  teknologi bayi tabung. Dialog dan diskusi kelompok menambah suasana seminar menjadi lebih bermakna. Tampak semua peserta begitu antusias dan bersyukur, bahwa seminar ini sungguh membuka wawasan global umat mengenai polemik teknologi reproduksi dengan Ajaran Magisterium Gereja. Ketua STFT Widya Sasana Malang, Prof. Dr. Hendrikus Pidyarto, O. Carm.,  dalam menutupi seminar mengemukakan  pentingnya membela kehidupan dalam keseharian hidup. “Yang jelas kita semua pasti sama dalam prinsip. Gereja Katolik harus membela kehidupan, Prolife” ujar Profesor Kitab Suci tersebut menutupi seluruh kegiatan seminar.  (Antonius Primus)