Selasa, 19 Februari 2013

PIDATO PENGUNDURAN DIRI PAUS BENEDIKTUS XVI


Paus mengundurkan diri pada tanggal 10 Feb waktu Vatikan atau 11 Feb waktu Indonesia
Pada hari ini Paus Benediktus mengumumkan pengunduran dirinya. Di berbagai situs berita internasional kabar pengunduran diri Paus ini mengundang rasa heran dan berbagai pertanyaan muncul.
Namun jika dibaca secara keseluruhan, pengurudan diri Paus Benediktus ini dilatarbelakangi oleh kondisi kesehatannya yang semakin menurun. Benediktus mulai menjabat sebagai pemimpin tertinggi Gereja Katolik tahun 2005. Paus terakhir yang mengundurkan diri adalah Paus Gregorius XII pada tahun 1415.
Berikut adalah isi pidato Paus Benediktus hari ini seperti yang dimuat di Radio Vatikan

Saudara (i) yang saya kasihi,
Saya menghimpun anda sekalian pada konsistori (pertemuan) ini bukan saja untuk tiga kanonisasi tapi juga untuk mengumumkan kepada anda semua akan keputusan yang sangat penting bagi kehidupan Gereja.
Setelah berulang kali memeriksa batin saya di hadapan Tuhan saya akhirnya sampai pada keyakinan bahwa kekuatan saya, yang karena usia yang semakin lanjut, tidak lagi cocok untuk menjalankan tugas pelayanan yang diwarikan oleh St Petrus ini.
Saya sangat sadar akan pelayanan ini, karena esensi spiritualnya, harus dijalankan bukan saja dengan kata-kata dan perbuatan, tapi juga dengan doa dan penderitaan.
Namun dalam zaman sekarang ini, yang selalu mengalami banyak perubahan dan ditantang oleh pertanyaan-pertanyaan yang sangat berkaitan dengan kehidupan iman, demi menjaga tahta Santo Petrus dan penyebaran Injil, baik kekuatan pikiran maupun fisik sangat diperlukan, kekuatan yang selama beberapa bulan terakhir dalam diri saya sudah melemah sehingga saya harus mengakui ketidakberdayaan saya untuk menjalankan misi yang dipercayakan kepada saya ini secara penuh.
Atas alasan itu dan sadar akan dampak serius dari keputusan ini, dengan kebebasan yang penuh saya mengumumkan bahwa saya tidak lagi melanjutkan pelayanan sebagai Uskup Roma, Pewaris Tahtas St Petrus, yang dipercayakan kepada saya oleh para Kardinal pada 19 April 2005, yang mana bahwa pada tanggal 28 Februari 2013, jam 20:00, Tahta Suci, Tahta Santo Petrus, akan kosong dan suatu Konklaf untuk memilih Paus baru akan dilaksanakan oleh mereka yang berkompeten.
Saudara (i) yang saya kasihi, saya mengucapkan terima kasih atas segala cinta dan kerja yang sudah kalian tunjukkan untuk mendukung saya dalam pelayanan saya dan saya meminta maaf atas segala kekurangan saya.
Dan sekarang, mari kita percayakan Gereja Kudus ini ke dalam penyelenggaraan Sang Gembala Utama, Tuhan Kita Yesus Kristus dan memohon kepada Bunda Maria, sehingga ia menuntun para Kardinal dengan semangat keibuannya, dalam memilih Paus yang baru. Mengenai diri saya, saya akan tetap mempersembahkan diri saya utuk pelayanan Gereja Kudus di masa mendatang melalui kehidupan yang khusus didedikasikan untuk berdoa.

Vatikan, 10 Februari 2013
Paus Benediktus XVI

Senin, 11 Februari 2013

Maria da Silva: Tentang Album Ucapan Syukur




 MARIA da Silva, anggota personil group musik Molucas bersama dua teman Vita dan Naomi memiliki cara sendiri mengucap syukur kepada Tuhan Yesus yang diimaninya. Apa gerangan yang dilakukan group musik ini? Sebagai penyanyi, tiga dara ini  meluncurkan album rohani yang berjudul “Worthy To Be Praised” di Singapura dan dijual kepada siapa pun yang membutuhkan lagu – lagu merdu mereka.
            Perjalanan “Trio Girl” ini seperti yang diakui Maria da Silva tidak lepas dari campur tangan Tuhan sehingga mereka bisa menyelesaikan album ini dengan sebaik-baiknya. “Kami ingin mengajak kepada para penikmat musik rohani bahwa Tuhan tidak pernah membiarkan kita sendirian melainkan bersama, melindungi dan menyertai dalam setiap langkah  hidup kita,’’ tutur Maria da Silva di Tangerang  baru-baru ini ketika menjelaskan album terbaru yang diluncurkan itu.
            Debut menyanyi di bidang tarik suara mendorong Maria da Silva secara langsung terjun melakukan pelayanan menyanyi di berbagai tempat bukan hanya di wilayah Indonesia tapi juga di berbagai belahan dunia. Ia mengaku penampilan kelompoknya yang paling bekesan ketika diundang menyanyi oleh pihak KBRI Rusia. “Walaupun mereka mungkin kurang mengerti apa yang kami nyanyikan tapi seluruh penonton sangat antusias menyaksikan penampilan kami,’’ ceritanya.
            Tentang undangan menyanyi di berbagai tempat, Maria mengatakan hal ini merupakan rahmat Tuhan yang harus diterima. Ia juga mengaku sebagai seniman di bidang tarik suara kadang-kadang sepi permintaan, kadang juga banyak sekali undangan yang mereka harus penuhi. Semua itu merupakan rahmat Tuhan yang tidak terbatas.
            Puteri ketiga pasangan Vincentius da Silva dan V. Ratna Palimanan ini mengaku tidak pernah muluk-muluk dalam kariernya. Ia mengaku membiarkan Tuhan menuntun jalan hidupnya biar jalan hidupnya semakin terberkati, khususnya dalam menapaki perjalanan di dunia entertaintment.
            Menyinggung soal nama Maria yang disandangnya, ia mempunyai pengalaman unik yang dialami tahun 2008 silam. Maria menuturkan ia nyaris putus asa menghadapi beragam persoalan pribadi yang menghantuinya. Namun di tengah kegalauan hatinya ia justru memohon kepada sang Bunda untuk membebaskan dia dari segala perkara.
            Apa yang terjadi? Berkat ketekunan doa yang didarasnya, Maria mengaku semua persoalan dan beban hidup teratasi. “Aku sangat senang Bunda Maria menolong aku manakala aku mengalami kesulitan hidup ini,’’ tuturnya bangga.
            Maria berharap mudah-mudahan album yang telah diedarkan ini semakin membawanya mendekatkan diri kepada Tuhan Yesus yang diimani  sekaligus menambahkan iman yang mungkin selama ini semakin rapuh lantaran keterbatasan waktu untuk menjalin hubungan dengan Tuhan. (Stefania M. Irma/KRM)
                                                                                               

Peresmian Gedung Baru Gereja Katolik Maria Bunda Karmel (MBK) Probolinggo, Keuskupan Malang



Probolinggo - Peresmian gedung gereja (MBK) berlangsung pada Minggu, 3/2, oleh Vikjen Keuskupan Malang yakni Rm. Eko Atmono,Pr sebagai selebran utama, serta didampingi oleh 14 Imam dari berbagai tarekat dan paroki. Misa peresmian ini sebenarnya akan dipimpin langsung oleh Mgr. HJS Pandoyoputro,O.Carm, namun karena kesehatannya tidak memungkinkan maka Uskup mewakilkan kepada Vikjen Keuskupan Malang.
Dalam pemberkatan gereja MBK ini, Rm. Eko Atmono,Pr sekaligus melantik Dewan Pastoral Paroki yang baru serta pelantikan para asisten Imam. Ikut memeriahkan pula dalam misa pemberkatan yaitu Paduan Suara “Mia Patria” dari Keuskupan Agung Jakarta. Paduan suara tersebut tampil dengan berbagai lagu dan busana dari seluruh wilayah Indonesia.
Rm. Eko dalam khotbahnya berpesan,”Semoga dengan kehadiran gereja yang megah ini, semakin menambah iman dan semangat umat dalam perayaan ekaristi.” Agar tidak hanya berhenti pada pemberkatannya saja, tetapi selanjutnya dapat memberikan sarana yang baik bagi umat untuk memuliakan Tuhan,”harap Rm. Eko.
Selama ini sembari menunggu gereja yang baru, umat paroki MBK menjalani perayaan ekaristi didepan gedung sekretariat paroki dengan menggunakan tenda. Partisipasi umat dalam proses pembangunan ini sangat baik. Banyak dari umat yang memberikan sumbangan tenaga, pemikiran maupun dana dalam proses pembangunan ini. Ini menunjukkan keinginan luar biasa dari umat Paroki Probolinggo untuk segera melihat berdirinya gereja yang baru.
(Paulus Chindy Getrudix)

Allisa Qotrunada Wahid: Pendidikan Humaniora Terintegrasi dalam Mata Pelajaran


Tangerang - PENDIDIKAN HUMANIORA yang mencakup pendidikan nilai, prinsip hidup, ajaran luhur sebaiknya tidak perlu di-mata pelajaran-kan tetapi pendidikan humaniora itu masuk , terintegrasi dalam seluruh mata pelajaran yang dijarkan di sekolah (penddikan formal). Sebagai seorang pendidik seharusnya milsanya ilmu teknologi memasukan pendidikan nilai dalam penddikan tekonologi itu, jadi jangan sampai dibalik.

“Pendidikan humaniora itu dimasukan dalam setiap mata pelajaran misalnya matematika, ilmu pengetahuan sosial, ilmu pengetahuan alam dan sebagianya. Pendikkakan Humanira tidak perlu menjadi satu mata pelajaran khusus,’’ Demikian dikemukakan Allisa Qotrunada Wahid, puteri (alm) Abdulrahman Wahid (Gus Dur) ketika menjadi pembicara dalam suatu sarasehan setengah hari berretmpat di lantai tiga Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bernoda (HSPTB) Tangerang, Sabtu (19 Januari 2013).
Psikolog keluarga, yang kini bekerja di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Yogyakarta ini menilai pembuat kebijakan sekarang ini hanya mengeluarkan kebijakan lalu hanya sebatas wacana. Artinya pendidikan saat ini  sangat sedikit memberikan ruang terhadap generasi muda.

Sebagai seorang psikolog, ia mengakui bahwa  ruang sangat sedikit bagi generasi. Ia mengatakan bahwa generasi dulu itu berbeda dengan generasi muda sekarang. Oleh karena perbedaan itu maka juga melihat suatu secara sangat berbeda.


Ia memberikan contoh bahwa ada pernyataan “Anak-anak sekarang sangat susah hormat orangtua”. Menurutnya pendapat itu tidak benar. Dalam psikolog pernyataan itu tidak benar. Pernyataan yang benar adalah ,’’ anak-anak sekarang atau generasi muda sekarang tidak mau hormat orang yang menurut mereka layak dihormati,’’. Pernyataan itu sesungguhnya sangat berbeda.


Allisa mengatakan guru, orangtua, atau pembimbing anak pada umumnya sebaiknya menjadi  figur yang baik bagi pertumbuhan peserta didik. Maka ia berpendapat kebijakan pemerintah cenderung tidak memperhatikan  kondisi psikologis generasi muda saat ini.


“Pembelajaran mengenai anti korupsi, Hak Asasi Manusia (HAM), Pendidikan Lingkunbgan Hidup semua dijejalkan kepada anak, tapi justru tidak diikuti dengan pemahaman maka semua yang diajarkan itu tidak  membawa bermanfaat apa-apa,’’katanya. 


Terkoyaknya kebhinekaan, tingginya intoleransi di Indonesia sebagai akibat buruk sistem pendidikan di Indonesia. Pendidikan di Indonesia, menurutnya belum memenuhi tugas Undang-Undang  Dasar 1945. Dikatakan, pendidikan saat ini masih terjebak dalam general knowlegs. Itulah yang memberikan kesan system pendidikan yang dianut tanpa karakter. Ia menambahkan, anak-anak lebih terfokus peningkatan ilmu dari pada pemahaman dan kurang mengaplikasikan nilai-nilaimoral pendidikan.


Yang lebih menyedihkan pada saat yang sama, kurangnya perhatian keluarga sehingga anak-anak tumbuh  dan hidup minim nilai kehidupannya. Ini sesungguhnya tugas keluarga (orangtua), para pemuka agama untuk memastikan bahwa ada nilai-nilai luhur masuk dalam kehidupan anak.


Sarasehan tersebut mengusung tema “Merajut Kebhinekaan yang Terkoyak” menghadirkan nara sumber Yudi Latif, P.hD (Pegiat Setara Institut), Alissa Qotunada Wahid (Puteri Gus Dur, Pegiat Wahid Institut), Abdul Rozak (Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama kota Tangerang), Sebastian Salang (Koordinator Forum Pemantau Parlemen Indonesia/Formappi).

Turut hadir Pastor Paroki HSPMTB Tangerang, Pastor Ignasius Swasono SJ dan pastor rekan Yohanes Wartaya SJ dan Dismas Tulolo SJ. Para peserta yang hadir adalah utusan dari sjeumlah paroki seperti Paroki St Agustinus Perum Karawaci, Paroki St. Helena Curug, Paroki St Gregorius Kota Bumi dan paroki St Odilia Citra Raya. (Stefania M Irma/ kr mangu)