“Hidup adalah sebuah petualangan”, demikian ungkapan
yang mewarnai hidup dan semangat seorang
Nadine Chandrawinata. Selebriti kelahiran Hannover, Jerman, 08 Mei 1984 ini
memiliki segudang pengalaman petualangan yang menakjubkan. Petualangan itu
berawal dari kiprahnya di dunia entertaintment. Awal mula meniti karir
entertaint, Nadine kesulitan mendapat izin orangtua, namun ia tidak putus asa sebab
kemauannya untuk mengikuti casting sangat besar. “Sebelum mencoba ke dunia
entertaint, saya sempat ga diizinkan. Sampe 2
minggu saya kabur dari rumah. Sebenarnya
bukan kabur
sih tapi nginap di rumah saudara juga. Namanya juga masa lalu, tetapi ngga
melakukan hal yang aneh-aneh. Orangtua tahu saya pergi ke mana, saya butuh sendiri
dulu dan orangtua memang lihat, ‘oh anak ini emang serius
mau ke dunia entertain’. Saya datang dengan sandal jepit, celana pendek dengan rambut
acak-acakan. Akhirnya sama Puput dibenarin pake lipstik tapi ga menor, tetap
dengan gaya saya gitu. Saya ga mau berubah gitu” Kisah
Nadine dalam suatu wawancara dengan
sebuah media.
“Jadi pertama kali datang Cuma pake celana jeans, baju kaos, sendalnya kayak
sepatu sandal gitu. Sama sekali ga make up. Cuma pake bedak doang. Orang mikir ni anak sebenarnya niat ga sih datang ke sini gitu
kan?” jelas wanita yang memiliki hobby
renang tersebut. Nadine seolah-olah tidak jauh dari karakternya yang tomboy.
Sejak SMA, Nadine tidak terlihat feminin bahkan penampilannya terkesan bandel,
sehingga ia kerap ditegur oleh gurunya. Nadine sering mengenakan rok super
ketat, sehingga beberapa kali ia diperingati oleh gurunya, hingga akhirnya
Nadine pun membeli rok panjang ukuran besar. Tanpa disadari, ternyata rok
panjang yang ia kenakan hanyalah monopoli belaka.
“Saya sih cerita aja ke
orangtua, karena kita pake rok yang super
ketat dan segala macam ya. Kita diskors, yah udah, nikmatin aja kamu. Distrap
dari sekolah, pas masuk lagi ke sekolah yah ngga mungkinlah kita beli rok besar
semua; akhirnya mama yang panik, ‘kamu jangan sampai diskors lagi di sekolah
yah’. Yah biasalah orangtua, akhirnya aku mikir juga nih, ‘yah udah deh aku
beli aja rok yang sebesar karung’, extra size…hahahaha…. Jadi setiap kali ada
guru penjaga, biasanya ada kontrol. Nah, setiap kali udah lihat itu, ‘ha..ni
bentar lagi guru itu mau lewat, pasti teman-teman yang ngasi: ‘wah sebentar
lagi ibu ni mau datang’, namanya Ibu Flora. Akhirnya aku keluarin rok yang segede
karung, benar-benar gede, mungkin dua orang bisa masuk. Itu aku dobelin, jadi
setiap kali dia lewat itu aku dobelin aja. Setelah dia dah lewat yah aku
lepasin lagi… saat itu saya selalu lolos karena selalu dobelin rok itu. Teman-teman
lain yah kena skors lagi. Maka itu, kita mau berbuat sesuatu yang menantang
diri kita… tetapi kita juga harus smart, bagaimana kita harus rajin cari
solusinya. Itu keseruannya. Keseruan dalam arti, walaupun badung-badung, nilai tetap
kita perhatikan. Lulus semua satu angkatanku. Itu menjadi cerita tersendiri
sih… hehe…jadi ga enak hati nih, sorry yah pak guru, bu guru, ga
bermaksud…hehehe” sharing Nadine sembari tersipu malu mengisahkan kenangan masa
lalunya.
Kejutan dari Sang Ayah
Popularitas Nadine
Chandrawinata, tidak terlepas dari kejutan yang luar biasa dari Sang Ayah, Andi
Chandrawinata yang mendaftarkan putri kesayangannya itu secara diam-diam. Ini
bermula ketika mahasiswi di London School ini hendak mengikuti kontes kecantikan
Putri indonesia. “Waktu itu saya ingin go international untuk modeling. Saya
ingin ke Hongkong. Sambil menunggu, ternyata ada formulir Putri Indonesia. Ini
juga bisa go international juga, karena menjadi miss universe. Tetapi saya
mikir yah kayaknya bukan saya deh… Aku ngga terlalu feminim juga yah. Bukan aku
deh gitu! Akhirnya aku ngga peduliin
sebenarnya. Aku tetap fokus ke dunia modeling aja gitu. Sekarang lagi nunggu,
tetapi tidak tahu bagaimana, formulir itu terisi oleh ayah saya tanpa
sepengetahuan saya. Jadi, ayah saya yang menyuruh saya untuk ke sana ikut putri
indonesia gitu. Ayah saya bilang, ‘sambil menunggu ya kamu coba aja ngisi waktu,
ikut pembekalan putri Indonesia kan lumayan kalau kamu pingin jalan-jalan ke
luar negeri, jalan-jalan ke seluruh daerah yang ada di Indonesia, kamu kan
punya teman gitu. Nanti kalau kamu ke Aceh, kamu punya teman, ke Papua ada
teman, ke mana-mana kamu aman gitu’” cerita Nadine menirukan pesan Ayahnya sebelum
ia mengikuti kontes Putri Indonesia. Niat Nadine tersebut mendapat antusias
yang besar dari kedua saudara kembarnya, Marcel dan Mischa Chandrawinata,
terutama ketika Nadine menuju kontes dunia,
Miss Universe tahun 2006.
Banyak pengalaman dan kesan menarik yang diperoleh Nadine
selama menjadi Putri indonesia. “Selama menjadi putri Indonesia banyak sekali
pengalaman. Yang pertama yang saya rasakan adalah saya belajar menjadi lebih
feminin..hahaha…. kayaknya ada udang di balik batu deh tujuan dari ayah, saya
belajar untuk lebih jadi perempuan dalam arti seperti duduknya lebih rapi, table
manner belajar” ujar pemeran film
Cinta dan Rock’n Roll ini. Prestasinya makin meningkat dengan adanya berbagai
kesempatan untuk membintangi film layar lebar. Meskipun banyak tawaran
membintangi film, Nadine tetap ingin hidup menurut karakternya sendiri yang
sangat menyukai tantangan dengan segala kreativitasnya. Baginya, tantangan itu
membuka wawasannya untuk menjadi lebih kreatif mengatasi berbagai persoalan
hidup. “Syutingnya itu selalu malam hari dan tantangannya adalah kalau malam
hari itu dingin dan selama syuting saya harus mengenakan celana pendek dan baju
sobek-sobek, jadi selalu masuk angin. Supaya ga masuk angin saya selalu minum
jahe. Itu tantanganku, saya selalu kedinginan. Saya ngga kuat dingin. Di
rumahku juga ngga pake AC tidurnya. Tidur pun juga pake kaus kaki” aku Nadine.
Kecantikan dari Alam
Alam semesta begitu menggoda bagi Nadine, dia sangat
menyukai berkelana menyambangi nusantara. “Saya senang traveling, saya tidak
perlu pura-pura untuk tampil cantik atau, tampil elegan atau apa, dalam
traveling, karena dalam traveling pun kita bisa menemukan kecantikan di alam dan itu
mempercantik diri kita sendiri dari dalam. Kita bersyukur dan air muka kita
berubah. Kita akan menjadi diri sendiri. Saya bisa menunjukkan bahwa saya bisa
menjadi diri sendiri saat traveling, karena inilah saya saat traveling,
berpakaian seperti ini. Setiap perempuan memiliki sosok sebagai “putri”,
princes yang disayang orangtuanya, sisi keibuannya itu ada. Jadi yang saya cari
dari traveling ialah sisi spiritualitas saya” ungkap mantan Putri Indonesia
2005 ini mantap. Nadine pernah hampir mengalami musibah dalam travelingnya,
peristiwa yang mengancam maut itu membuka pikirannya untuk memahami alam dan
mencintai alam.
“Ada
hambatan yang menurut saya cukup ekstrim, namun saya mencoba untuk berpikir
positif. Waktu saya ke Wakatobi. Di mana saya terdampar di situ. Memang sih berangkatnya
rada sore. Tidak diharuskan untuk berangkat karena ombaknya cukup tinggi,
tetapi kita sudah ditunggu, jadi dari Kendari, kita berangkat. Pas di tengah
laut karena ombak tinggi, GPS kita kehilangan sinyal dan kita kehilangan arah. Kita
semua panik gitu. Tetapi dari situ saya malah berpikir saya bisa banyak belajar
karena kita di tengah laut, kapal ngga bisa jalan, nyangkut di karang karena
udah bergeser sedikit. Kita hanya berharap ada kapal yang lewat, kita bisa numpang
untuk tidur dan menunggu, dan menahan diri dari kelaparan. Tidak ada stok
makanan, karena berpikir jalannya hanya 2-3 jam. Ternyata kita terdampar. Cuma
ada biskuit saat itu” kisah Nadine. Alam seolah – olah telah menghipnotis
Nadine untuk menjadi “Gadis Petualang”. “Kenapa mau terjun di alam bebas. Lebih
fokus ke penyu, terumbu karang di bawah laut. Karena aku punya pengalaman, pada
saat menyelam bukan menikmati keindahan
karangnya, tetapi mungutin sampah di bawah, terus pada saat di atas juga bukan
melihat bukit dan gunung yang indah, tetapi malah terkecoh dengan sampah di
permukaan air, itu menjadi gangguan tersendiri buat saya. Jadi fokus saya ingin
mengkampanyekan itu, jadi pada saat saya melakukan hobi saya diving, saya
mencoba untuk penyuluhan pada daerah itu dan thanks God, pemda dan bupatinya juga mendukung setiap kali Nadine
datang ke tempat itu, belajar bersama, sekolah dan pengenalan akan daerahnya, mengusahakan
peningkatan daerahnya. Itu tidak gampang kita menyisihkan waktu sehari untuk
menggali, mengeksplore daerah itu, mengeluarkan tenaga untuk penyuluhan, diving
dari satu titik ke titik yang lain” kisah pemeran film horor Mati Suri, garapan
sutradara Rizal Mantovani. Seluruh petualangan hidup Nadine dituangkan dalam
bukunya berjudul
“Nadrenalin”, mengungkapkan pengalamannya
mengambangi berbagai lokasi di beberapa tempat yang dikunjunginya. Nadine ingin
menyampaikan pesan bahwa traveling adalah hal yang menyenangkan sekaligus penuh
tantangan. Inilah salah satu cita-cita yang telah ia tuntaskan. “saya banyak
menulis lagi gitu, ya makanya kemarin, ada buku “Nadrenalin” keluar tentang
tulisan saya traveling, itu karena perjalanan saya sekarang ini tentang
traveling terus”. “Dari Nadrenalin, saya mencoba
men-support anak muda untuk menyadari
semangat. Semangat dalam arti bahwa kita bisa
mencapai titik itu selama masih di bawah langit. Kita bisa kalau kita mau. Di situ juga saya berpesan bahwa jangan
pernah takut untuk keluar rumah dan mencari pengalaman di luar sana, karena di
sana banyak sekali ilmu yang kita dapat” ungkap presenter acara musik Mantap ini. Selain menulis,
Nadine juga melirik bisnis lain, seperti bisnis Salon Kecantikan. Tujuan
utamanya memberi karya dan membuka lapangan kerja bagi orang-orang di
sekitarnya. “Sekarang ini saya sedang mencoba bisnis, salon, kemudian saya juga
punya majalah gratis, tentang diving sendiri bersama Riani, kemudian di gudang
galeri Lantai 2 untuk pameran gratis, di
situ juga ada sekolah belajar gratis dengan Anton Ismail dan di sana juga bisa nongkrong dan menggali ilmu tentang dunia
fotografi. Saya juga mencoba untuk membuat usaha research bersama adik saya, di
Raja Ampat. Susah lho, itu jauh” pungkas Nadine.
Nadine dan Impian
Ada banyak impian Nadine dalam memaknai hidup dan
karyanya. Salah satunya ialah impiannya untuk membangun sebuah lembaga pendidikan. “Yang belum kesampaian
adalah sekolah, belajar. Sekarang ini saya sudah memiliki sekolah alam di
beberapa daerah, dengan LSM. Dulunya saya berpikir ingin punya sekolah di mana
siapa pun bisa belajar, terutama untuk anak-anak yang kurang mampu. Tetapi
tidak segampang itu, jadi saya mengerucutkan itu semua, sekolah alam dan
sekolah belajar. Mungkin butuh fokus dulu. Saya masih
traveling dulu. Saya menyampingkan itu tetapi tidak menghilangkannya” Ungkap
Nadine. Bagi Nadine, selama hidup di
dunia, ia tidak akan pernah berhenti berkarya karena rasa puas. “Kalau merasa puas yah,
manusia tidak pernah merasa puas. Tetapi kita harus bilang pada diri kita
sendiri bahwa kita puas akan kerja keras kita. Karena kalau kita berharap ada
orang lain yang bilang: ‘wah kamu hebat ya, kamu sempurna, kamu dah dapat
segalanya’, kita ngga pernah puas, kita menunggu itu, ga akan datang. Jadi kita
harus berbicara pada diri kita sendiri, kita hargai apa yang sudah kita
lakukan: ‘saya puas dengan apa yang saya lakukan’, walaupun hasilnya belum sesuai
target tetapi saya puas dengan usaha yang sudah saya keluarkan
sebanyak-banyaknya itu. Itulah orang yang produktif” Jelas Nadin yakin. (Anthoni Primus)