MEMAKNAI KEBEBASAN

Oleh: Antonius Primus

      Apa yang di maksud dengan kebebasan? Mengapa disebut sebagai kebebasan? sejauh mana seorang di katakan bebas? Pertanyaan – pertanyaan tersebut meberikan gambaran bagaimana memaknai kebebasan dalam hidup kita. Kebebasan kerap berhubungan dengan eksitensi manusia, yakni cara manusia mengungkapkan kehadirannya, keberadannya dalam dunia. Kehadiran manusia bukan sekedar ada begitu saja, atau ada tanpa aktifitas, tetapi “ada” yang aktif. Maka kebebasan cenderung bertalian dengan aktifitas atau tindakan manusia. Tindakan manusia mengekspresikan kebebasannya. Demikian memaknai kebebasan berarti memaknai tindakan: Sejauh mana tindakanku berdampak bagi kehidupanku? Sejauh mana tindakan itu bernilai bagi hidupku? Kebebasan sejauh bekaitan dengan tindakan manusia mengarah pada tanggung jawab moral. Maka kebebasan memiliki karakter etis, dengan kata lain, kebebasan itu memiliki perinsip–perinsip moral yang di dalamnya mengandung nilai bagi kehidupan. Jadi kebebasan pada hakikatnya berada pada poin keteraturan. Dalam hal ini, sering muncul ungkapan, “Kebebasan yang bertanggungjawab “. Kebebasan yang merujuk pada suatu tindakan yang dapat dipertanggungjawabkan secara rasional, di mana orang memiliki kesadaran, pengetahuan dan kemauan untuk bertindak.          

Kebebasan Moral
     
       Kebebasan moral meliputi kebebasan yang dibentuk oleh nilai – nilai normativ yang ada dalam  suatu masyarakat . Misalnya dalam hukum – hukum agama, adat dan kebudayaan. Tindakan kita di sebut sebagai tindakan bebas bila tidak betentangan dengan nilai – nilai yang telah di gariskan tersebut. Misalnya melakukan hubungan seksual itu adalah kebebasan setiap orang, namun hanya berlaku bila dalam konteks relasi suami – isteri. Maka hubungan seksual pranikah tidak di izinkan dan ini di legitimasi oleh hukum gereja dan sipil. Orang tidak akan mengalami kebebasan bila melakukan hubungan seksual sebelum nikah. Bahkan dapat menimbulkan beban dan konflik batin dalam diri pelaku. Penyesalan, perasaan dosa, bersalah, takut, cemas, stress, akan senantiasa menghantui kehidupan, yang pada akhirnya orang menjadi sulit mengekspresikan kehadirannya, ia menjadi tidak bebas. Begitu pun dengan selingkuh. Kebebasan moral pada prinsipnya menyentuh segala aktifitas manusia, dalam mengejar kebahagiaan. Kebebasan dalam pandangan St. Thomas berkisar pada kesesuaian antara tindakan manusia dan hukum Ilahi. Kebahagiaan tertinggi terfondasikan pada prinsip – prinsip yang di gariskan oleh Allah sendiri, sebagai tujuan hidup manusia .

Allah Sebagai Prinsip Kebebasan

       Allah menciptakan manusia,pertama-tama agar manusia dapat berpartisipasi bersama Dia. Ini terungkap dalam kodrat manusia sebagai “Citra Allah” {bdk . Kej  1:26 – 27; 5:1}. Sebagai “Citra Allah” berarti dalam diri manusia Allah meletakkan hukum-hukum-Nya yang memungkinkan manusia secara bebas mampu mengembangkan relasi timbal balik denganNya, mampu mengalami-Nya.
Kebebasan manusia merupakan partisipasi pada hukum Ilahi. Ini mengingatkan bahwa manusia merupakan ciptaan yang terbatas. Sementara Alah merupakan realitas yang tidak terbatas. Kebebasan manusia menjadi tidak terbatas bila berpartisipasi dalam karya Sang Pencipta, Allah sendiri. Partisipasi tersebut hanya bisa dimungkinkan bila manusia memiliki kesadaran diri. Kesadaran manusia berpuncak pada pengenalan akan batas – batas kesempurnaan dirinya, yang cenderung berpengaruh pada pembentukan sikap dan perilaku manusia. Manusia yang bebas adalah manusia yang mampu bertindak dengan sesuai dengan batas – batas yang telah di tentukan, terutama oleh Allah . Tindakan membunuh itu dilarang oleh Allah karena mematikan kebebabasan manusia itu sendiri, baik pembunuh maupun yang dibunuh {korban}. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa si pembunuh tidak akan mengalami kebahagiaan dalam hidupnya karena Allah selalu menyadarkan dia lewat hati nuraninya bahwa tindakannya itu salah. Sementara orang yang dibunuh kehilangan kebebasannya untuk mengekspresikan diri di dunia. Hukum Ilahi merupakan prinsip norma yang mengatur kebebasan manusia dalam bertindak. Segala hukum, norma yang berlaku dalam masyarakat dan keluarga merupakan partisipasi pada hukum Ilahi.

Kebebasan Dalam Keluarga Dan Masyarakat

        Dalam suatu penelitian, saya menemukan beberapa pengakuan dari kaum muda mengenai kebebasan dalam keluarga. “Saya mengalami di sudutkan oleh m,asyarakat, terutama orangtua. Ada tekanan. Walupun begitu saya tetap berusaha, saya katakan bahwa orientasinya adalah mencari keuntungan bagi saya. Jadi kalau saya disudutkan, kalau itu menguntungkan buat saya…..ya….saya maju terus. Keuntungan bukan hanya financial tetapi juga kepuasan. Misalnya kalau orangtua bilang kamu enggak usah begini atau begitu, menurut saya itu adalah tekanan. Mendapat uang dari orangtua juga merupakan tekanan bagi saya. Kecuali kalau saya sudah punya penghasilan sendiri, nggak minta pada orang tua, saya merasa bebas”. Tutur Joko. Sementara itu Evi mengaku bahwa Ia kerap dikekang oleh keluarga, “keluarga kerap menganggap remeh anak–anaknya. Anak-anak itu bagi orangtua saya, tetap harus diawasi dan tetap harus mengikuti tata aturan dari orang tua”. Hal senada juga ditegaskan oleh Rini, “sebenarnya jati diri kita itu di sini lho…dalam masyarakat. Kita nggak bisa hanya diam di rumah, dikekang sama orangtua. Nah, kita mau menjadi diri kita sendiri”. Pemahaman dan penerapan kebebasan dalam keluarga dapat dikatakan sebagai bagian dari pembentukan setiap pribadi menuju kematangan hidup. Keluarga merupakan ruang bagi setiap pribadi (entah itu orangtua/suami-isteri maupun anak-anak) mengekspresikan jati diri sebagai makhluk yang bertanggungjawab, yang sadar akan dasar, tujuan dan arah hidup. Kebebasan dalam keluarga terkadang bertentangan dengan aplikasi tanggung jawab. Pada umumnya sikap orangtua yang membatasi ruang lingkup anak-anak dipahami sebagai sikap orangtua yang bertanggung jawab terhadap kehidupan anak, sementara anak cendrung merasa kebebasannya dikekang. Orangtua dipersalahkan. Begitu pun sebaliknya, terkadang anak yang dipersalahkan, terutama dengan pergaulannya dalam masyarakat. Terkadang, alasan yang kerap dilontarkan ialah anak belum matang untuk mengikuti kegiatan-kegiatan sosial dalam masyarakat, atau karena alasan pekerjaan, finansial/ekonomi dan sebagainya.
         Pada umumnya, kebebasan dimaknai sebagai melakukan segala sesuatu tanpa paksaan atau dorongan dari orang lain, melaksanakan berdasarkan kehendak sendiri. Kebebasan sebagai mana yang dialami beberapa kaum muda tersebut, berkisar pada usaha untuk mencari arti hidup dalam setiap tindakan. Pencarian arti hidup tersebut mempengaruhi dan dibentuk pula oleh lingkungan hidup sekitar, baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat. Arti hidup teruraikan dalam apa yang menjadi arah dan tujuan dari tindakan manusia. Arah dan tindakan tersebut perlu harus durenungkan dalam ranah kesadaran akan martabat manusiawi. Maka suatu kebebasan perlu memperhatikan nilai martabat manusiawi. Misalnya, dalam hubungan seksualitas suami – isteri perlu menyadari bahwa mereka harus saling menghormati sebagai pribadi bukan sebagai alat atau barang yang dapat dipergunakan sewenang-wenang untuk kepuasan diri semata. Seksualitas suami- isteri merupakan tindakan bebas dalam mengungkapkan cinta yang lebih “intim”.
         Secara sederhana kebebasan dalam arti negative dimengerti sebagai lepas dari segala ikatan, kekangan, tekanan. Dalam lingkup positif, kebebasan memiliki implikasi, atau konsekuensi pada prinsip rasional, yakni tanggung jawab. Kebebasan berarti sikap atau tindakan yang berasas pada tanggung jawab. Saya bertanggung jawab maka saya bebas melakukan apa saja.

Macam-Macam Makna Kebebasan

            Kebebasan secara mendasar terkait dengan hakikat hidup manusia dalam berperan atau memerankan kehidupannya di dunia. Kebebasan meliputi beberapa macam, yakni:
1)            Kebebasan Ontologis
Kebebasan Ontologis dimaksudkan kebebasan yang dari dalamnya sudah dinyatakan demikian, misalnya manusia bekerja, makan, tumbuh dan berkembang.
2)            Kebebasan Moral
Kebebasan moral berarti kebebasan yang tidak dibatasi oleh prinsip-prinsip moral, etika, atau norma hukum. Dalam hal ini, manusia dapat melakukan apa saja tanpa merasa terikat oleh tata aturan dalam masyarakat, terutama dalam agama. Dengan kata lain, tindakan manusia tidak memposisikan dia untuk merasa diri berdosa atau tertekan.
3)            Pilihan Bebas
Pilihan Bebas memaksudkan segala sesuatu, terutama yang berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan manusia telah terpenuhi, sehingga manusia dihadapkan pada berbagai pilihan dalam mengambil tindakan. Saya ingin memilih atau tidak, berbuat atau tidak berbuat, yang ini atau yang itu. Pilihan bebas sangat menentukan nilai dan konsekuensi setiap tindakan manusia. Pilihan bebas memungkinkan manusia memiliki banyak alternatif bagi terpenuhinya apa yang dikehendaki atau diinginkan.                                            
         Dapat disimpulkan bahwa kebebasan itu suatu yang relatif, yaitu kebebasan itu didasarkan pada pribadi manusia itu sendiri: siapa yang bebas? Mengapa dan bagaimana ia dikatakan bebas? Atau apa yang membuat ia bebas?  Kebebasan juga bersinggungan dengan otoritas manusia dalam berkuasa serta kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan situasi sekitar. Semakin besar kekuasaan, manusia semakin merasa bebas, termasuk menentukan pilihan. Begitu juga, semakin ia mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya, semakin ia tidak merasa terhimpit untuk mengaktualisasikan diri. Kebebasan itu begitu penting, terutama karena merupakan salah satu cara manusia mencapai kebahagiaan dan kepuasan hidup yang memungkinkan ia mengenal dan mengerti dengan baik makna kehidupannya. Kebebasan itu penting bagi kelangsungan hidup manusia dalam tata kemasyarakatan dan dalam keluarga. Untuk itu, kebebasan perlu direfleksikan terus-menerus ketika manusia dihadapkan pada berbagai keinginan, kehendak, dan pilihan hidup. Apa konsekuensi kebebasan bagi diri sendiri? Bagaimana kesesuaiannya dengan tata cara, adat istiadat atau norma, hukum dalam keluarga, masyarakat, berbangsa dan bernegara? Nilai apa yang aku dapatkan dari kebebasan, bagi diri dan orang di sekitarku?
                            
                               
               
                                                 
                                  .