Minggu, 23 September 2012

Intan Ledalero

"Ledalero kirim yang terbaik"

Di usianya yang ke-75, Pater Paulus Budi Kleden, SVD, seorang dosen dan teolog muda Ledalero terpilih sebagai anggota Dewan Jenderal di Roma. Dalam sejarah Ledalero, Budi Kleden adalah orang ketiga dari Ledalero yang terpilih sebagai anggota dewan Jenderal. Sebelumnya Pater Hendrick Heekeren, SVD (1978-1988), seorang dosen Kitab Suci Ledalero berkebangsaan Belanda dan menyusul Pater Leo Kleden, SVD (2000).
"Kita memang kehilangan seorang dosen yang terbaik. Para mahasiswa tentu kecewa, tetapi kita selalu mengirimkan yang terbaik untuk kebutuhan serikat," demikian Leo Kleden, Provinsial SVD Ende ketika menyampaikan sambutannya saat resepesi pesta intan Ledalero.
Lebih dari dua ratus imam hadir dalam perayaan puncak intan Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero pada Sabtu (8/9/2012). Ekaristi yang berlangsung di Aula St. Thomas Aquinas Ledalero itu dipimpin oleh Rektor Ledalero, P. Kletus Hekong, SVD didampingi provinsial SVD Ende dan Vikjen keuskupan Maumere.
Dalam kata pengantarnya, ketika membuka perayaan ini, Rektor Ledalero mengatakan bahwa merayakan ulang tahun berarti merayakan kehidupan.
"Dalam nada penuh syukur seminari ini merayakan kehidupan yang telah dimulai sejak 75 tahun silam," demikian kata Pater Kletus Hekong, SVD.
Pater Paul Budi Kleden, SVD
"Sebagai sebuah seminari terbesar dalam SVD bahkan dalam gereja Katolik, Seminari ini telah menjadi rahim yang mengandung dan melahirkan; ibu yang telah menghidupkan para imam dan awam yang tangguh," imbuh Kletus Hekong.
Bertepatan dengan perayaan intan Seminari Tinggi tertua di regio Nusa Tenggara ini, hadir pula ratusan misionaris Serikat Sabda Allah (SVD) yang bekerja baik di dalam maupun luar negeri serta wakil para alumni awam.
Sementara itu, Pater Paul Budi Kleden, SVD dalam khotbahnya mengatakan Ledalero yang dahulunya bukit angker dan dijauhi oleh masyarakat sekitar justru telah memikat hati anak-anak muda.
"Sebagai panti pendidikan, bukit ini membantu agar para frater mampu mengambil keputusan yang tepat, entah diutus sebagai awam yang menggarami dunia dalam beragam bidang karya, atau dikirim sebagai misionaris ke berbagai penjuru dunia yang pantulkan cahaya dan gemakan warta kesetiaan Allah," demikian Budi Kleden.
Perayaan intan Ledalero ini sekaligus menjadi momen untuk menyampaikan rasa bangga bagi yang sukses, mengungkapkan keprihatinan kepada yang salah arah, dan meneguhkan yang kecapaian di medan karya.
"Sebagai almamater, bukit ini selalu memanggil para alumni, awam dan imam, untuk menyegarkan komitmen dan membaharui tekad bersama agar di mana dan kapan saja kita tetap menjadi Ledalero, menjadi bukit yang memancarkan terang dan menggemakan suara Tuhan," imbuh Budi Kleden.
Di akhir perayaan ekaristi Pater provinsial SVD Ende membacakan benuming (penempatan) pertama tujuh belas orang frater yang berkaul kekal dan tiga orang diakon yang sedang berpraktik di Keuskupan Maumere. Dari keduapuluh misionaris muda ini enam belas orang dikirim ke luar negeri dan hanya lima orang yang bekerja di Indonesia.
Hadir pula dalam perayaan ini para pimpinan biara, anggota DPR RI, Bpk. Melkhias Markus Mekeng dan Bpk. Yosef Nai Soi, anggota DPR Provinsi, Bpk. Kristo Blasin, Bupati dan Wakil Bupati Sikka serta para alumni dan anggota komunitas Seminari Tinggi Ledalero. Perayaan ekaristi menampilkan juga nuansa inkulturatif dengan menghadirkan tarian-tarian daerah dan doa umat dalam beberapa bahasa daerah di NTT. ( Yuven Fernandez)

 ________________________________________________________________________________
Umat merasa memiliki Ledalero

Dalam sejarahnya Ledalero pernah melewati masa-masa krisis yang berat. Tahun 1942, baru lima tahun sesudah Seminari ini berdiri Seminari ini dijarah tentara Jepang dan para pastor Belanda ditawan. Tahun 1978 pemerintah Indonesia membatasi masuknya misionaris asing. Tahun 1992 Ledalero diguncang gempa. Namun, Ledalero terbukti berhasil melewati masa-masa sulit ini.
“Ketika misionaris dibatasi pada tahun 1978 reaksi umat sangat positif. Umat ambil tanggung jawab dan  panggilan imam bertumbuh subur. Tahun 1992 gempa bumi hancurkan Ledalero, tetapi itu menjadi saat membaharui sistem formasi dari sistem sentral ke sistem unit-unit," terang Leo Kleden dalam sambutannya.
Saat ini Ledalero tengah mengalami krisis keuangan tetapi reaksi umat sangat positif. "Bukan hanya di Flores tapi sampai di Jawa umat merasa sangat memiliki Ledalero," demikian Leo Kleden.
"Dalam sejarah gereja tidak ada satu biara pun yang ditutup karena krisis finansial. Biara itu mati karena para anggota tidak menghayati kharisma dan panggilan dasar tarekatnya secara konsekuen,” tegas Pater Leo Kleden, SVD, Provinsial SVD Ende saat resepsi perayaan intan 75 Tahun Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero.
Seminari tinggi Ledalero merekam jejak sejarah pendidikan yang penting di bumi Flores. Flores yang jauh tidak diperhitungkan oleh bangsa kolonial dalam peta kekuasaan Belanda waktu itu, namun Flores yang saat itu termasuk dalam kepulauan Sunda Kecil diperhitungkan oleh para misionaris Belanda. "Jawa penting karena tanahnya subur dan menjadi pusat kolonialisme, demikian pun Sumatra dan Kalimantan, tetapi Flores? Sebetulnya tidak ada harapan sama sekali," demikian Leo Kleden.
"Coba bayangkan, sudah sejak tahun 1926, para misionaris mulai berpikir untuk memulai sebuah seminari di Sikka-Lela. Itu artinya, mereka mau supaya orang-orang kita menjadi sama dengan mereka. Dan ini adalah suatu tanda sejarah yang luar biasa," kata Leo Kleden.
"Konon, ketika dua seminaris angkatan pertama, Pater Karel Kale Bale, SVD dan Pater Gabriel Manek, SVD ditahbiskan imam Pater Frans Cornelissen, SVD, guru mereka, berteriak seperti orang gila karena rasa tidak percaya."
Menurut Leo Kleden, dengan adanya pendidikan calon imam dan tahbisan imam pribumi ini menjadi satu tanda sejarah yang mebangkitkan rasa percaya diri masyarakat kita.
 _________________________________________________________________________________

Frater pesantren bawa grup kasidah

Resepsi bersama di aula Seminari Tinggi Ledalero diisi beragam acara. Tampil pula pada kesempatan ini grup kasidah dari pesantren Wali Songo Ende.
Kehadiran siswa-siswi pesantren ini sudah menarik perhatian para tamu dan undangan sejak awal perayaan ekaristi. Yosef Nai Soi, anggota DPR RI ketika memberikan sambutannya mengapresiasi kehadiran para siswa pesantren ini. "Ledalero sudah menunjukkan keterbukaan dan toleransi dalam hidup bermasyarakat bagi agamaku, bagimu agamamu," demikian Nai Soi mengutip ayat-ayat Alquran.
Grup kasidah ini dibawa oleh frater Baltasar Asa, SVD yang sedang berpraktik di pesantren tersebut. Sejak tahun 1997 hingga kini Ledalero masih terus mengirim fraternya untuk berpraktik pada pesantren tersebut.
Hal tersebut bisa dilihat sebagai salah satu bentuk penerapan dari ilmu yang telah diperoleh di ruang kuliah. Sebab dalam perkuliahan di Ledalero, para frater juga dibekali dengan mata kuliah ilmu perbandingan agama dan Islamologi yang diasuh oleh P. Dr. Philipus Tule, SVD.    
Tampil pula pada kesempatan tersebut tarian tradisional Hegong dari siswa-siswi SDI Gere. Perayan syukur ini ditutup dengan penyerahan hadiah bagi para pemenang lomba kuis Kitab Suci antar Sekolah dasar dan Sepak Bola Mini. Kuis Kitab Suci dimenangkan oleh SDI Gere sedangkan Sepak Bola mini dimenangkan oleh SDK Wairpelit. 


Uskup Baru Ketapang


Pastor Pius Riana Prabdi

            September lalu menjadi momen yang sangat berarti bagi umat di Keuskupan Ketapang Kalimantan Barat. Pastor Pius Riana Prabdi, 45 tahun resmi ditahbiskan menjadi Uskup di Keuskupan tersebut, setelah pada 25 Juni 2012 lalu, Vatikan memilihnya untuk memimpin Keuskupan Ketapang setelah mempertimbangkan permohonan pengunduran diri Mgr Blasius Pujaraharja. Perayaan yang diikuti sejumlah besar umat dirayakan dengan sangat meriah. Tak terkecuali, Duta Besar Takhta Suci untuk Indonesia Mgr. Antonio Guido Filipazzi pun turut hadir bersama sekitar 25 uskup dan 60 Imam dari berbagai keuskupan di Indonesia. Uskup Emeritus Ketapang, Mgr. Blasius Pujaraharja, didampingi oleh  Uskup Agung Pontianak Mgr Hieronymus Herculanus Bumbun OFMCap dan Mgr Johannes Maria Trilaksyanto Pujasumarta, Uskup Agung Semarang, mendapat kesempatan istimewa untuk menahbiskan Pastor Pius.
Dalam sambutannya, Mgr. Filipazzi menyampaikan ucapan selamat kepada Uskup baru dan kepada umat Keuskupan Ketapang yang telah lama menantikan hadirnya seorang gembala yang baru, menggantikan Uskup Emeritus Pujaraharja. Mgr. Puja, demikian sapaan akrab Uskup Uskup Emeritus Pujaraharja memuji semangat muda Uskup Pius yang berkenan mempersembahkan diri menggembalakan umatnya. Menyambut tahbisannya, mantan Vikaris Jenderal Keuskupan Agung Semarang, Mgr. Pius mengungkapkan syukur dan terima kasihnya. Harapannya ke depan agar selalu terjalin kerja sama di antara umat dengan para gembalanya, khususnya dalam ikatan pelayanan penuh kasih. Mgr. Pius, kelahiran Painiai, Papua adalah alumnus Seminari Menengah Santo Petrus Kanisius Mertoyudan Magelang, Jawa Tengah (1983). Uskup yang pernah menjabat sebagai Administrator Keuskupan Semarang ini dikenal sebagai seorang yang rendah hati dan sabar. Ini tercetus dari motto tahbisan uskupnya: “Serviens in Caritate” (Pelayanan dalam Kasih), yang diinspirasikan dari Yoh 21:15-18. (Antony)

Pembukaan Perayaan 100 Tahun Gereja Katolik Manggarai Di Maumere



          Walaupun puncak perayaan 100 tahun Gereja Katolik Manggarai di Ruteng akan dilaksanakan tanggal 29 September 2012 namun gaungnya mulai terasa di keuskupan Maumere. Sekitar 700 an warga Manggarai Timur, Manggarai Tengah dan Manggarai Barat yang berdomisili di kabupaten Sikka terdiri dari sesepuh, bapak, ibu, biarawan/ti, mahasiswa dan pelajar tumpah ruah di Lapangan Katedral Maumere Senin (20/8) untuk menghadiri pembukaan perayaan yang disponsori Alumni STFK Ledalero asal Manggarai. Pembukaan dihadiri Uskup Maumere Mgr. Gerulfus Kherubim Pareira, SVD, Vikjen Keuskupan Maumere, Pater Wilem Djulei, Sekretaris Uskup Romo Richard Buku, Pr, Pastor Paroki Katedral Romo Policarpus Sola, Pr,Sesepuh Manggarai di Maumere, Ketua paguyuban Manggarai Barat Drs. Damianus Adu, Manggarai tengah Paul Bangkor,SPi dan Manggarai Timur Drs. Rofinus Galis. Nampak juga formasi 100 anak sebagai simbol 100 tahun Gereja Katolik Manggarai yang berdiri mengitari obor yubilium.
          Uskup Maumere pada pembukaan menyapa warga yang hadir dengan sapaan kraeng dan enu (sapaan khas orang Manggarai,red). Menurut mantan Uskup Weetabula ini dua hal yang mendasar sehingga beliau diundang untuk membuka acara ini adalah Uskup Kherubim selama 15 tahun berkarya di Manggarai sebagai Frater Top di Kisol, Rektor Seminari Kisol, Direktur APK Ruteng dan Provinsial Ruteng. Sehubungan dengan perayaan 100 tahun Uskup berpesan kepada warga Manggarai harus membuat arus balik dari Barat ke Timur karena dulunya 10 guru asal Maumere yang dibawa Misionaris untuk menjadi misionaris dan berkarya di Manggarai dan kini telah beranak cucu di Manggarai sambil menyebut beberapa nama guru seperti Guru Mandaru, Guru Dare dan lainnya.”Dua alasan ini yang menjadi dasar saya membuka kegiatan ini”, tandas Uskup seraya mengharapkan kiranya perayaan ini menghasilkan buah berlimpah bagi kehidupan anda yang mengais rezeki di kabupaten Sikka.
         Usai Pembukaan Uskup Kherubim menyalakan obor yubilium sebagai tanda dimulainya pelbagai kegiatan di Keuskupan Maumere. Menurut Ketua Pelaksana Adrianus P. Jaya, S.Ag didampingi Ketua Umum Paulus Bangkur, SPi kegiatan yang dilaksanakan tiap hari Sabtu dan Minggu hingga tanggal 22 September 2012 adalah pertandingan bola kaki kategori anak-anak, pelajar, mahasiswa dan orang tua, Bola Volley baik putra maupun putri. Pada tanggal 28 September 2012 akan diadakan seminar tentang Sejarah gereja katolik Manggarai oleh Direktur Puspas Keuskupan Ruteng Romo Dr. Martinus Chen,Pr dan tanggal 29 September 2012 perayaan ekaristi sebagai perayaan puncak. Usai perayaan akan digelar tarian caci oleh warga Manggarai di Maumere.
          Pada pertandingan pembukaan yang ditonton langsung uskup dan undangan adalah pertandingan eksebisi antara sesepuh keuskupan Ruteng yang ada di Maumere versus Para pastor kota Maumere yang dimenangkan para pastor dengan skor 2-0. Selain itu pertandingan bola kaki mini Biara Muda versus Ikatan Mahasiswa Manggarai dan pertandingan Bola Volley Putra Manggarai Timur versus Manggarai. (Yuven Fernandez)

Sekilas Sejarah Gereja Katolik Keuskupan Ruteng



Sejarah Gereja Katolik Keuskupan Ruteng diawali dengan dibaptisnya lima orang Katolik perdana asal Reo di Reo oleh Pastor  Henricus Loojmans SJ pada tanggal 17 Mei 1912. Mereka yang dibaptis: Katarina, Henricus, Agnes Mina, Caecilia Weloe, dan Helena Loekoe. Pempabtisan kelima orang ini menandai berdirinya  Gereja Katolik Keuskupan Ruteng.
Seabad usianya, Gereja Katolik Keuskupan Ruteng telah memiliki jumlah umat sebanyak  755.208  jiwa  yang  tersebar di 80 paroki, dan  terbagi dalam  2.500 Komunitas Umat Basis (KUB). Umat di atas dilayani oleh 227 imam dari pelbagia ordo dan tarekat. Perkembangan tersebut tidak lepas dari peran para misionaris, para imam projo di bawah empat kepemimpinan Uskup yang pernah menggembalakan umat Katolik Keuskupan Ruteng yakni Masa Episkopat Mgr. Wilhelmus van Bekkum, SVD  (1961-1972), masa Episkopat Mgr, Vitalis Jebarus, SVD (1973-1981), masa Episkopat Mgr. Eduardus Sangsun, SVD (1985-2008), dan masa Episkopat Mgr. Hubertus Leteng (2010-sekarang).
Ada beberapa momen penting selama masa Episkopat Mgr. Wilhelmus van Bekkum, SVD di antaranya adanya perubahan Vikariat Apostolik Ruteng menjadi Keuskupan tanggal 3 Januari 1961 dengan Uskup Pertama Mgr. Wilhelmus van Bekkum, SVD. Pada masa kegembalaan Uskup Van Bekkum, SVD mulai diletakkan dasar  karya inkulturasi dan secara intensif merintis kemandirian di bidang ketenagaan. Uskup van Bekkum, SVD dibebastugaskan dari jabatan Uskup Ruteng pada 31 Januari 1972.
Pada tanggal 31 Januari 1972, Pater Vitalis Jebarus, SVD diangkat menjadi Administrator Apostolik Keuskupan Ruteng. Pada tanggal 5 Mei 1973, Pater Vitalis Jebarus, SVD ditahbiskan menjadi Uskup Ruteng. Pada masa kegembalaan Uskup Vitalis,  mulai dirintis dan ditanamkan kemandirian di bidang karya pastoral untuk segala aspek: ketenagaan, iman, finansial, ide dan visi tentang Gereja mandiri.
Pada tanggal 4 Januari 1981, Mgr. Vitalis Jebarus, SVD dibebaskan dari tugas dan jabatannya sebagai Uskup Ruteng untuk kemudian diangkat menjadi Uskup Denpasar. Sejak kepindahan Uskup Vitalis, Pimpinan Keuskupan Ruteng ditangani Pater Geradus Mezenberg,  SVD sebagai Vikaris Kapitularis. Tanggal 15 Desember 1983, Pimpinan Keuskupan Ruteng dialihkan ke Romo Max  Nambu, Pr sebagai Administrator  Diosesan.
Tahta Suci Vatikan, pada tanggal 3 Desember 1984 mengangkat Pater Eduardus Sangsun, SVD menjadi Uskup Ruteng. Pater Eduardus ditahbiskan menjadi Uskup Ruteng pada tanggal 25 Maret 1985. Pada masa Episkopat Mgr. Edu pogram dan strategi pastoral Gereja terfokus pada upaya pengakaran Gereja dengan penekanan Gereja mandiri, missioner dan memasyarakat. Pada masa ini pula, ditanamkan penyatuan visi dan persepsi tentang kemandirian paroki, restrukturisasi Dewan Pastoral Paroki, penyempurnaan dan pemantapan perangkat-perangkat pastoral mulai dari Keuskupan sampai tingkat Paroki, dan beberapa karya pastoral yang mandiri, missioner, dan terintegrasi secara baik dengan masyarakat.
Pada masa Episkopat Mgr. Edu menggarisbawahi juga perhatian secara khusus kepada para penerima pesan injil,  kepada pengalaman  dan budaya serta persepsi orang Manggarai sendiri melalui usaha para misionaris SVD antara lain usaha di bidang penelitian dari Pater J. Verheijen SVD, Pater Piet de Graaf SVD, Mgr. W. van Bekkum SVD dalam bidang liturgi/inkulturasi, bidang Bahasa Manggarai, dan kebudayaan khususnya tentang perkawinan. Di masa ini pula perhatian kepada masyarakat kecil mendapat tempat khusus dan teristimewa di bidang sosial dan kemasyarakat, pertanian, persawahan, pemasukan bibit-bibit baru pertanian (vanili, cengkeh, dll).
Salah satu karya pastoral nyata yang dijalankan Pater Piet de Graaf mengembangkan tananam cengkeh di Lengko Ajang sekitarnya. Pater de Graaf SVD mendatangkan bibit cengkeh pada tahun 1980-an.Berkat bibit cengkeh yang didatangkan umat setempat beramai-ramai menanan komoditas yang lazim disebut umat setempat emas hijau. Al hasil-ekonomi umat setempat membaik. Beberapa umat di antaranya Arnol Bedo berhasil membangun ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan hidup. Ada umat juga yang bisa membela mobil dari hasil jualan cengkeh.
Masa Episkopat Mgr. Hubertus Leteng (2010-sekarang). Romo Hubertus Leteng Pr pada tanggal 7 November 2009 diangkat oleh Tahta Suci menjadi Uskup Ruteng. Romo Hubert ditahbiskan menjadi Uskup Ruteng ke-4 pada tanggal 14 April 2010.
Di bawah Masa Episkopat Mgr. Hubertus Leteng semakin memantapkan karya pastoral gereja dengan mengusung beberapa misi: memberdayakan kelompok-kelompok basis gerejani, meningkatkan pastoral sosial ekonomi untuk pemberdayaan ekonomi umat, meningkatkan peran profestis gereja dalam membangun politik yang bermoral, serta menegakkan keadilan, perdamaian, dan keutuhan ciptaan, meningkatkan pastoral pendidikan dan kaum muda; meningkatkan pastoral keluarga dan perempuan; meningkatkan kerja sama ekumenis dan dialog antaragama, dan meningkatkan kerja sama dengan pemerintah dalam membangun masyarakat Manggarai.
Ada lima isu dominan yang dihadapi dalam perjalanan pastoral gereja pada masa Episkopat Mgr. Hubert ini yakni masalah lingkungan hidup, kemiskinan, keluarga dan perempuan, pendidikan dan orang muda, dan politik.
Gereja Katolik Manggarai semakin optimis menghadapi menyelesaikan isu-isu dominan dan karya pastoral pasca satu abad usia gereja katolik ini, karena Gereja setempat memiliki sejumlah kekuatan dan modal potensial unutk terus maju.
Modal dan kekuatan yang ada di antaranya adanya fakta di mana saat ini-menjelang usia satu abad. Gereja Katolik Manggarai  memiliki  jumlah umat Katolik mencapai 755.208 orang atau 90,99 % dari total penduduk Manggarai Raya.Umat katolik ini tersebar dalam tiga kevikepan (Ruteng, Borong, dan Labuan Bajo), di 80 paroki, dan 2.500 komunitas umat basis (KUB).Umat ini dilayani oleh 228 orang imam dari pelbagai tarekat dan ordo.Rinciannya 155 imam diosesan (terbanyak kedua di Indonesia setelah Keuskupan Semarang), dan sisanya dari tarekat klerikal Biara SVD, OFM, SMM, SC, OSM, CRS, SDV.Selain imam, juga pelaksanaan karya pastoral juga melibatkan 30 orang bruder/frater tarekat, dan 251 suster.
Keuskupan Ruteng di usia satu abad ini juga memiliki dua seminari menengah, 3 novisiat, dan 3 unit postulan/aspiran. Di bidang pendidikan, tercatat ada 266 SDK, 21 TK, 33 unit SLTP, 25 Unit SLTA, 2 unit Pergutuan Tinggi, dan mengelola 13 asrama. Keuskupan Ruteng juga memiliki 4 unit panti asuhan, 2 unit puslat, 2 unit RS,  7 unit BP/BKIA/Poliklinik, 6 unit rumah ret-ret.
Data juga memperlihatkan bahwa saat ini di Keuskupan Ruteng  memiliki 50 ordo atau tarekat hidup bakti yang bekerja atau mempunyai rumah pendidikan bagi calon biarawan/biarawati.
Pelbagai fakta pertumbuhan karya pastoral yang begitu pesat ini mendorong umat Katolik menggelar Yubileum Satu Abad.
Perayaan satu abad ini dimaknai dalam aneka pelayanan sakramen, pelayanan pastoral, aksi kemanusiaan, peletakan batu pertama pembangunan kapela Jengkalang di Wilayah Paroki Reo untuk sebagai wujud syukur atas dibaptisnya 5 umat katolik perdana Keuskaupan Ruteng oleh Uskup Ruteng, Mgr. Hubert Leteng, pada tanggal 17 Mei 2012.  (Yuven Fernandez)

Rakernas Guru SMAK Frateran Maumere “ Smater Merasul, Prestasi Terpatri”



SMAK Frateran Maumere Flores NTT yang didirikan tanggal 22 Juli 2005 kini memasuki usianya yang ke 7. Sekolah yang akrab disapa Smater dan berstatus sekolah “Terakreditasi A” mengadakan Rapat Kerja Nasional dengan Frater Ketua Yayasan Mardiwiyata Frater Dr. M. Monfoort, BHK, SE, M.Pd di Rumah Retret Pasionis Nilo, desa Wuliwutik kecamatan Nita 24-27 Agustus lalu. Raker ini difokuskan pada penyusunan program kerja secara umum yang melibatkan semua komponen guru/karyawan/ti agar mampu membaca peluang untuk menjawabi tantangan global yang bermuara pada pengakuan secara internasional  ISO 9001: 2008.
Raker ini menghasilkan visi “Terwujudnya warga sekolah yang berkualitas secara intelektual, cerdas, terampil, kompetitif, disiplin, berwawasan Iptek dan berkepribadian yang dijiwai oleh semangat hati yang merasul” dan menggagas 9 misi yakni mewujudkan pencapaian nilai ujian nasional dan ujian sekolah yang sesuai dengan standar nasional pendidikan, mewujudkan lulusan yang cerdas, terampil dan berbudi pekerti luhur, mewujudkan sumber daya pendidik dan tenaga pendidikan yang bertanggungjawab, mewujudkan system pembelajaran yang aktif, inovatif,kreatif, efektif, menyenangkan, gembira, berbobot dan produktif (PAIKEM GEMBROT), mewujudkan sarana prasarana yang memadai sesuai dengan standar pelayanan minimal (SPM), mewujudkan prestasi akademik dan non akademik, mewujudkan perangkat dan dokumen kurikulum yang lengkap, mewujudkan system penilaian yang terstandar dan mewujudkan kultur sekolah yang berhati “MERASUL”. Selain itu penyusunan tugas sekolah tahun 2012/2013, 2013-2018, Rencana Kerja Anggaran Sekolah, program strategis, sasaran, indikator dan berhasil menetapkan moto SMAK Frateran Maumere “Smater Merasul, Prestasi Terpatri”.
Ketua Yayasan Mardiwiyata Frater Dr. M. Monfoort BHK, SE, M.Pd mengatakan Januari 2013 SMPK Frater Maumere dan SMAK Frateran Maumere  akan mengikuti Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008. Dipilihnya dua sekolah Frateran di daratan Flores ini, kata Frater Monfoort karena dinilai layak untuk mengikuti ISO 9001:2008 yang telah diikuti 198 negara. Putra Mauponggo ini lebih jauh menjelaskan 8 sistem managemen Mutu ISO secara operasional. Pertama, Yayasan Mardiwiyata sekolah-sekolah terafiliasi yang lebih memperhatikan pelanggannya (costumer focused organization), kedua, kepemimpinan (leadership). Ketiga, keterlibatan parisipasi SDM dari semua level. Keempat, pendekatan/memperhatikan setiap proses yang ada. Kelima, memberlakukan pendekatan system terhadap manajemen. Keenam, peningkatan mutu di semua bidang secara berkesinambungan. Ketujuh, pengambilan keputusan berlandaskan fakta/data/stastik dan kedelapan, menjalin hubungan yang saling menguntungkan dengan supplier. “Bangun komitmen dan jangan sampai lengah. Diera globalisasi ini siapa yang kuat akan bertahan dan yang tidak kuat akan perlahan-lahan mati. Setiap guru harus memperbaharui  diri sesuai perkembangan zaman.Jadilah yang terbaik untuk NTT umumnya dan kabupaten Sikka hususnya,” tandas Frater Monfoort.
Kepala Sekolah SMAK Frateran Maumere, Frater M. Dominikus,BHK pada penutupan kegiatan merasa senang karena selama 4 hari para guru dan karyawan/ti telah berhasil menyusun program tahun 2012/2013 sekaligus untuk tugas Sekolah 5 tahun kedepan. “Program ini lahir dari kita semua bukan dari Kepala sekolah atau para kaur. Apa yang telah dikerjakan memberi beban dan tugas  untuk kita semua. Perlu konsekuen dengan apa yang telah diprogramkan. Kedisiplinan, bangun kerja sama yang baik, kunci keberhasilan,” ujar Frater Domi. (yuven Fernandez)