Hampir genap empat tahun
sudah Pemerintah Kabupaten Belu menggandeng Keuskupan Atambua untuk menggalang
kerja sama kemitraan lintas sektor memerangi kemiskinan melalui budaya kerja
keras, cerdas, tuntas dan ikhlas. Kerja sama itu terutama untuk merubah pola
pikir (mind-set) masyarakat dan umat
bahwa untuk mencapai masyarakat yang sejahtera lahir batin tidak bisa hanya mengandalkan
kemampuan bekerja sendiri. Menurut
Bupati Belu, Drs. Joachim Lopez,
“kita tidak bisa terus-menerus
hidup dalam ego-sectoral, seolah-olah hanya kita sendiri yang bisa membangun
masyarakat. Pada hal kita tahu bahwa Gereja dalam hal ini, Keuskupan memiliki pengaruh
yang besar terhadap masyarakat. Mengapa kita tidak mau bermitra? Apakah dengan
bermitra wibawa kita sebagai pemerintah turun? Maka sudah saatnya kita bertobat
dan memulai kerja sama yang baik untuk membawa masyarakat yang adalah umat agar
semakin lebih baik hidupnya”.
Hal tersebut diungkapkan Bupati
Kabupaten Belu pada acara Rekoleksi Bersama para Pejabat Pemerintah Eselon II
yang dipimpin langsung oleh Uskup Atambua, Mgr. Dr. Dominikus Saku Pr, di Emaus
Pastoral Center, belum lama ini.
Menanggapi pernyataan Bupati
Belu tersebut, Uskup Atambua, Mgr. Dr.
Dominikus Saku Pr, mengatakan “Sejak
awal setelah saya ditahbiskan sebagai Uskup Atambua, Saya telah berkomitmen
untuk menjalin kerja sama dengan pemerintah kedua kabupaten ini (Kabupaten Belu
dan Kabupaten TTU, kontributor).
Sebab hanya melalui kerja sama dan bekerja bersama-sama kita bisa membangun
masyarakarat dan umat Keuskupan Atambua ini lebih baik dan lebih bermutu
hidupnya”.
Kerja sama yang telah berlangsung
hampir empat tahun itu konkritnya tampak
dalam pembentukan Tim Gabungan Keuskupan Atambua dan Pemkab Belu yang lebih
dikenal dengan “Tim Ekonomi Keuskupan”. Tim yang diangkat oleh Uskup Atambua
ini beranggotakan enam orang Imam dan Awam yang bertugas menghadiri rapat-rapat
di Bappeda dan memantau pelaksanaan pembangunan di desa-desa yang menjadi Desa
Fokus Program dalam bidang Pertanian, Peternakan dan Perikanan. Peran tim
ekonomi Keuskupan ini adalah bersama tim Bappeda mendampingi para petani
mensukseskan program unggulan Kabupaten Belu sebagai Kabupaten Jagung dan
Kabupaten Ternak di Propinsi Nusa Tenggara Timur. Melalui program kerja sama
ini pihak Keuskupan Atambua hendak mewujudkan mimpinya memberdayakan ekonomi
umat berbasis iman.
Bapak Uskup Atambua pada kesempatan
pembinaan iman ini mengangkat tema: “Kekuatan Salib, Cawan Tuhan dan
Pengosongan diri”. Menurut Mgr.
Domi, orang Kristen mesti menjadikan salib sebagai kekuatan revolusioner yang
mengubah. Karena itu setiap orang Kristen mesti mampu membawakan kekuatan Tuhan
sebagai semangat untuk memenangkan dunia bagi Tuhan. Perwujudan iman itu mesti
dikonkritkan melalui berbagai upaya positif dengan semangat kerja keras,
cerdas, tuntas dan ikhlas. Sebab, demikian kata Bapak Uskup, “Hanya dengan itu kita mampu
menjadikan hidup kita lebih bermakna bagi orang lain“.
Bupati Belu pada akhir pembekalan
iman ini memberi kesan bahwa nilai positif rekoleksi kategorial ini dari tahun
ke tahun semakin nyata sebagai ajang pencerahan moral dan penyadaran iman yang
baik bagi umat Katolik yang sedang terpanggil sebagai pelayan di birokrasi
pemerintahan. Lebih konkrit Joachim menyoroti hasil kegiatan evaluasi dan
perencanaan pastoral yang dilaporkan Sekretaris Umum Pusat Pastoral Keuskupan
Atambua yang secara khusus membicarakan tentang perkembangan dan kemajuan karya
pastoral di Keuskupan Atambua, termasuk juga di dalamnya kerja sama yang baik
dengan pemerintah Kabupaten Belu.
Oleh karena itu, menurut Tokoh Umat
Katolik ini, agen pastoral mulai dari Komunitas Umat Basis sudah saatnya
dijadikan sebagai agen pembangunan masyarakat. Beliau menyarankan ke depannya para agen pastoral itu diberdayakan dengan
memberikan ketrampilan-ketrampilan kepada mereka sehingga mereka semakin
terlibat dan peduli dengan lingkungannya. Lebih lanjut, Bupati yang telah
memasuki periode kedua pemerintahannya itu, mengatakan salah satu agen pastoral
yang perlu diberdayakan adalah Orang Muda Katolik atau OMK. “OMK jangan
dipandang sebelah mata. Mereka itu penting. Mak perlu persiapan jauh sebelum
mereka memasuki ajang hidup berkeluarga”, kata Bupati. “Untuk itu, saya
mengusulkan supaya pemberdayaan OMK kita buat sebagaimana pemberdayaan terhadap
Karang Taruna”, tandasnya.
Usul konkrit beliau adalah
supaya dalam penanganan OMK kita jadikan OMK Paroki Santo Aloysius Gonzaga
Haekesak sebagai pilot program bersama antara pemerintah dan Gereja.*** (Yosef M.L. Hello).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar