Pria
bersenjata menyerang umat yang sedang berdoa di Gereja, di pusat Nigeria pada
senin malam, 6 Agustus lalu, menewaskan sekitar 19 orang, termasuk pastor yang
melayani serta beberapa lainnya mengalami luka.
Serangan
tersebut sebenarnya ditargetkan terhadap Gereja Protestan di kota Kogi, sekitar 250 Km sebelah selatan
Ibu Kota Nigeria, Abuja. Belum ada kelompok yang mengklaim bertanggung jawab
terhadap serangan tersebut.
Senat President David Mark dan Mgr. John Onaiyekan dalam suatu pertemuan |
Uskup
Abuja, Mgr. John Onaiyekan mengungkapkan serangan tersebut tidak biasanya
terjadi. “Serangan itu untuk menentang sebuah Gereja Pentekosta, dan itu tidak
terjadi pada hari Minggu. Dimana hari itu orang-orang biasanya berkumpul di
Gereja. Dan pada senin malam, diadakan Program Pendalaman Kitab Suci. Itu berarti
saat dimana Gereja tidak dijaga. Biasanya pengamanan, saya yakin, tidak
dilakukan pada senin malam seperti pengamanan pada pelayanan hari Minggu” jelas
Mgr. Onaiyekan. Lebih lanjut Mgr.
Onaiyekan mengungkapkan keprihatinannya terhadap serangan tersebut. “Sangat
disayangkan, karena ini terjadi di pusat kota, di Kota Kogi, yang sangat dekat
dengan dua sungai Niger dan Benue, selatan dari Abuja. Kita tidak menyebut
serangan itu jauh dari kota Nigeria, meskipun terjadi di pusat Nigeria” ujar Mgr.
Onaiyekan. Serangan tersebut tidak
berkaitan dengan isu agama. Bahkan komunitas muslim di sekitarnya turut
membantu mengidentifikasi pelaku penyerangan tersebut. “Tidak mungkin bahwa
para pemimpin religius pergi dan membeli senjata untuk melindungi kami. Kami percayakan
diri pada perlindungan dan tanggung jawab negara. Tetapi itu tidak cukup. Ada suatu
perkembangan dalam waktu dekat mengenai situasi pengamanan sekitar” tambah
Uskup Onaiyekan. Uskup mengajak semua pihak
untuk penting menyadari situasi
tersebut.
“Ini bukanlah masalah satu agama sendiri, tetapi menyangkut juga semua dimensi religius. Ada unsur politik, orang yang memanfaatkan ini sebagai bagian dari agenda politik. Ini adalah agenda politik yang mudah mereka temukan untuk menyamar dalam label-label agama. Dimensi politik ini penting dijelaskan secara tepat oleh pemerintah“.
Akhirnya, Uskup Onaiyekan
menyerukan untuk berdoa. „Kami meminta kepada para pendengar, siapa pun yang mendengarkan
kami, khususnya umat Kristen dan Katolik untuk terus berdoa bagi kami, sehingga
iman kami dikuatkan. Karena dengan kekuatan iman kami dapat terus selalu melaksanakan apa yang kami imani, bahkan dalam
bahaya sekalipun. Bahaya tidak ada di mana-mana.
Serangan sporadis tersebut, sebagaimana dapat dengan sulit kita prediksi. Anda
tidak tahu di mana mereka melakukan serangan berikutnya. Setiap kemungkinan
serangan tidak akan pernah berhenti. Tetapi
jika hal itu datang, kita bersyukur pada Allah bahwa orang akan berbaris dengan
Allahnya. Kita dapat mengatakannya untuk saat ini. Kita berharap masalah ini
akan segera berlalu. Teruskan berdoa bagi kami!“ himbau Mgr. John Onaiyekan
dengan tegar. (Ed. Primus/News.va)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar