Senin, 17 September 2012

Umat Kristen Ikut Menentang Film Yang Melecehkan Umat Muslim



Umat Kristen bergabung bersama suara umat Muslim memprotes  sebuah film yang berjudul “Innocence of Muslims,” sebuah film yang mencemarkan Islam dan Nabi Muhammad dan mengundang protes di beberapa negara Arab, seperti di Mesir, Libya dan Yaman. 
Film yang belum lama ini beredar tersebut  telah mencemarkan Nabi Muhammad. Hal ini disampaikan oleh Fr. Rafic Greiche, Direktur Komunikasi Gereja Katolik di Mesir.  “Saat ini para demonstran memadati pusat kota Kairo untuk memprotes melawan film Amerika yang melecehkan Nabi Muhammad, dan terjadi bentrok dengan polisi.  Situasi semakin memanas di sekitar kedutaan besar Amerika Serikat di Kairo dan semakin mendekat ke alun-alun Tahrir” kata Fr. Greiche dari Kairo.  Di antara para demonstran turut serta umat Kristiani dari beberapa Gereja di Kairo. Termasuk dalam facebook dan media sosial lain, umat Kristen dan Muslim bersatu memberikan protes terhadap film tersebut.  Bahkan sejumlah besar pemimpin Gereja-gereja di Mesir mendominasi demonstrasi tersebut dengan suara lantang mengecam pembuatan film tersebut. “Gereja Katolik, Ortodoks dan Protestan mengeluarkan sebuah pernyataan dalam bahasa Arab melawan film itu” kata Fr. Greiche. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa umat Kristiani mengecam segala bentuk penodaan terhadap simbol-simbol iman suatu agama.  Hal ini juga beberapa kali terjadi terhadap simbol-simbol kristiani.  Oleh karena itu,  pentingnya menghormati simbol-simbol iman lain. (Anton/Agenzia Fides)

Kardinal López Rodríguez Mengutuk Kekerasan Terhadap Perempuan

Kardinal Nicolas de Jesus Lopez Rodriguez, Uskup Santo Domingo, di depan publik mengecam meningkatnya jumlah kekerasan terhadap perempuan, dan memperingatkan bahwa “kekerasan ini merupakan simptom yang  disebabkan oleh  suatu  kesalahan dalam masyarakat Republik Dominikan” Kata Kardinal. 
Kardinal Nicolas de Jesus Lopez Rodriguez
“Manusia kehilangan kontrol dan bertindak menurut cara yang keji terhadap partnernya. Cukup! Ini harus dihentikan”. Hal ini diungkapkan Kardinal kepada pers ketika menyampaikan program pemberantasan  kekerasan dan membantu kaum wanita  korban kekerasan. “Tak seorang pun menjadi tuan atas kehidupan orang lain, dan  pria tidak berhak membunuh wanita sebagaimana yang saat ini terjadi. Dan siapa yang melakukan kejahatan itu, harus diadili” tegas Kardinal dalam jumpa pers tersebut yang juga dihadiri oleh Ibu negara  Republik Dominikan, Candida Motilla Medina. Kepada Agenzia Fides, Kardinal Lopez Rodriguez mengungkapkan  kesediaannya  untuk  memberikan  dukungannya membantu para korban, seperti melalui terapi. Dari tahun ke tahun, kekerasan terhadap kaum wanita di negara tersebut terus meningkat dan sering luput dari aparat keamanan. Wanita seolah-olah menjadi objek yang pantas untuk pemuasan nafsu belaka. Situasi ini menjadi keprihatinan Gereja setempat. (Anthoni/ Agenzia Fides)

Himbauan Paus Benediktus XVI kepada Kaum Muslim dan Kristen



Sabtu 15 September lalu, Paus Benediktus XVI bertemu dengan kaum muda dari Libanon dan dari berbagai wilayah di Timur Tengah. Kapanpun Paus bertemu dengan orang muda, ada dua kata yang mewarnai tujuan perjumpaan tersebut, yakni “Harapan” dan “masa depan”.  Kata-kata itu menggema dan secara khusus menjadi tanda dan kekuatan sebagaimana konteks situasi kekerasan dan pertikaian yang terjadi terhadap umat Muslim dan Kristen di Timur Tengah.  Paus Benediktus XVI mengajak kaum muda agar sadar akan situasi frustrasi dan kesulitan, dan serius menghadapi tantangan  kurangnya keamanan dan pengangguran yang  telah menjadi bagian dari dunia ini. Ia mengingatkan mereka bahwa di sini Yesus lahir dan kekristenan pun berkembang. Paus mengatakan bahwa kaum muda adalah masa depan bangsa. “Jadilah pelengkap yang terbuka bagi yang lain, bahkan kepada mereka yang memiliki perbedaan budaya, agama dan bangsa. Hormatilah mereka, jadikan mereka baik, inilah revolusi kebenaran dari Cinta!”ungkap Paus. Lebih lanjut Benediktus XVI menambahkan, “katakan kepada keluargamu, sahabat-sahabatmu untuk kembali ke rumah bahwa  aku  tidak melupakan mereka...bahwa aku  turut merasakan penderitaan dan dukacitamu”.  “Pada saat ini kaum muslim dan Kristen hadir bersama untuk meletakkan dan mengakhiri kekerasan dan perang”. (Antony/News.Va)

Kunjungan Apostolik Paus Benediktus XVI di Libanon 14-16 September, "Damai kuberikan bagimu"

Hari ini 14 September Paus Benediktus XVI telah tiba di kota Beirut di Libanon dalam rangka kunjungan apostolik ke Tanah Kohabitasi itu. Bapa Suci telah diterima oleh Presiden Michel Sleiman, seorang beriman Katolik Maronit, di bandara internasional Rafiq Hariri.
Pada kunjungan apostoliknya yang ke-24, Paus akan berada di Libanon sampai hari Minggu.

Dalam percakapannya dengan para wartawan di dalam pesawat, Paus berbicara mengenai perang di Siria dan mengatakan, "Eksportasi senjata ke Siria harus dihentikan....karena tanpa importasi senjata perang akan berhenti. Lebih baik mengimpor ide-ide perdamaian, kreativitas dan kasih kepada sesama".

Tentang "revolusi Arab" yang tengah berkembang, Paus mengatakan bahwa "itu tentu saja adalah hal yang positif untuk menyatakan keinginan akan demokrasi, kebebasan dan keinginan akan kepastian identitas Arab, namun, sejarah tentang revolusi -tegas Paus- mengajarkan kita bahwa selalu ada bahaya yang melahirkan kebencian, oleh karena itulah kita harus sedapat mungkin mengusahakan agar kebebasan itu berada di jalan yang benar".
Paus menambahkan, "Fundamentalisme adalah sebuah pemalsuan agama-agama karena Allah mengundang manusia untuk menciptakan perdamaian di dunia dan adalah tugas umat manusia di dunia untuk menciptakan perdamaian. Pada rupa sesama kita menghormati rupa Allah".
"Kita masing-masing diciptakan serupa dengan Allah, kita harus saling menghormati dan menghormati rupa Allah dalam diri sesama, kita harus membawa pesan mendasar melawan kekerasan, yang merupakan pemalsuan dari Iman dan membawa sebuah pesan pembersihan batin menuju kepada rekonsiliasi dan perdamaian".

Di dalam pidatonya hari ini di bandara Rafiq Hariri, Paus mengatakan di hadapan para pejabat tinggi pemerintahan dan keagamaan Libanon, "Kohabitasi yang baik di seluruh wilayah Libanon harus menunjukkan kepada semua negara di Timur Tengah dan dunia bahwa di dalam sebuah negara dapat hadir sebuah kerjasama yang baik antara beberapa jenis Gereja yang semuanya menjadi bagian di dalam Gereja Katolik yang satu, di dalam semangat kebersamaan bersaudara dengan umat Kristen lainnya, dan sekaligus kohabitasi dan dialog yang baik antara umat Kristen dan umat bersaudara dari agama-agama lain".

Sementara itu, Perdana Menteri Libanon, Najib Miqati mengartikan kunjungan Paus Benediktus XVI ke Libanon sebagai kunjungan bersejarah. "Bapa Suci memilih negara kami dalam kunjungan apostoliknya karena merasa yakin akan peranan Libanon bagi wilayah di mana kami berada dan bagi dunia". Miqati melanjutkan, "Libanon memiliki pengalaman yang unik sebagai negara yang telah dan tetap akan menjadi titik pertemuan dan interaksi di antara peradaban dan budaya dan sebagai contoh yang baik dari kohabitasi antara umat Muslim dan Kristen".

Sedangkan bagi Patriark Bechara Boutros Rai, "sosok Paus Benediktus mengalirkan ketenangan dan perdamaian di dalam hati, dan pesan yang akan disampaikannya bersama dengan prinsip-prinsip perdamaian akan dihargai tidak hanya oleh umat Kristen tetapi juga oleh umat Muslim". Katanya, "Umat Muslim sungguh-sungguh merasa antusias akan kunjungan Paus".

Pastor Samir Khalil Samir, seorang ahli Islam yang tinggal di Beirut mengatakan kunjungan Bapa Suci ke Libanon adalah sebuah "tanda perdamaian".

Perdana Menteri Miqati telah memutuskan untuk menetapkan hari Sabtu esok sebagai Pesta Nasional, untuk menyambut Paus Benediktus XVI dalam kunjungan apostoliknya ke Negara Buah Limau itu. (Shirley Hadisandjaja Mandelli-Milano, Italia)

Minggu, 02 September 2012

Sekilas Tentang Kardinal Carlo Martini, SJ

Kardinal Carlo Maria Martini, S.J
Kardinal Carlo Maria Martini, S.J., mantan uskup Milan meninggal pada Jumat sore, 31 Agustus 2012 waktu Italia, setelah lama mengalami penyakit Parkinson. Ia berusia 85 Tahun. Dalam sebuah telegram kepada Kardinal Angelo Scola, Uskup Milan saat ini, Paus Benediktus XVI menyampaikan rasa dukanya atas wafatnya Kardinal Martini, seorang yang baik hati dalam pelayanan akan Injil dan Gereja. Paus menyebut Kardinal Martini telah bertahun-tahun melayani sebagai “seorang  guru, seorang ahli Kitab Suci dan rektor kedua yang dikasihi di Universitas Kepausan Gregorian dan pada Institut Kitab Suci Kepausan”. Paus memuji Kardinal Martini sebagai “seorang uskup yang bijaksana dan cerdas  dari keuskupan Ambrosian”.
Lahir di Turin, Italia tahun 1927, Kardinal Martini bergabung dengan Serikat Jesus tahun 1944 ketika usianya 17 tahun. Delapan tahun kemudian ia ditahbiskan imam tahun 1952.  Sebagai seorang sarjana Kitab Suci terkenal, Kardinal Martini melayani sebagai Dekan Fakultas Kitab Suci pada Institut Kitab Suci Kepausan. Tahun 1969 ia menjadi Rektor di institut tersebut, sebuah posisi yang diembannya hingga tahun 1978 kemudian ia dipilih menjadi Rektor pada universitas Kepausan gregorian. Sebagai seorang ahli ia menulis secara ekstensif topik-topik Kitab Suci dan juga tentang spiritualitas Ignasian.
Tahun 1979, mendiang Paus Yohanes Paulus II mengangkat Kardinal Martini untuk menjabat sebagai Uskup Milan. Ia adalah salah seorang uskup yang cukup lama mengemban tugas sebagai uskup, lebih dari 20 tahun. Direktur the Holy See's Press office, P. Federico Lombardi, seorang Jesuit, mengatakan wafatnya Kardinal Martini merupakan suatu peristiwa yang sangat mengundang emosional bahkan bagi umat Katolik di Milan. “Dengan kata-katanya, melalui tulisan-tulisannya, inovasi-inovasi pastoral inisiatif, Kardinal Martini mampu secara efektif membimbing umat kepada iman, dan dan mewartakannya kepada orang-orang dalam zaman ini” ungkap P. Lombardi. (Anthoni Primus/news.Va)



Kardinal Carlo Maria Martini, SJ Wafat


Cardinal Carlo Maria Martini, SJ.
Akhir Agustus, Gereja Katolik kembali dikejutkan dengan meninggalnya seorang Kardinal yang cukup terkenal dalam sejarah Gereja, Cardinal Carlo Maria Martini, SJ.
Jenazah Cardinal Carlo Maria Martini, SJ. di Katedral Milan
Cardinal Carlo Maria Martini, SJ, wafat pada hari Jumat, 31 Agustus kemarin dalam usianya yang ke-85, setelah dalam waktu yang lama berjuang melawan penyakit parkinson. Jenazah Kardinal yang akrab disapa Kardinal Martini disemayamkan di Katedral Milan dimana semua kalayak dapat memberikan penghormatan yang terakhir bagi sang Kardinal, Ahli Kitab Suci tersebut. 
Misa pemakamannya akan dilaksanakan pada hari Senin, 3 September pkl. 16.00 waktu Italia di Katedral Milan. Kardinal martini Masuk Serikat Jesus tahun 1944. Kardinal yang menjadi Uskup Milan ini ditahbiskan menjadi imam pada 13 juli 1952.  Beliau juga adalah seorang dosen Kitab Suci di Institut Kitab Suci Kepausan dan sebagai Rektor di Universitas Kepausan Gregorian dimana banyak mahasiswa dari kalangan para imam di Indonesia menamatkan studi Teologi dan Filsafat.
Kardinal Martini dipilih menggantikan Kardinal Giovanni Colombo sebagai Uskup Agung Milan tahun 1980.  Sesudah itu tahun 1983 Kardinal Martini diangkat sebagai Kardinal dan terus melayani di Keuskupan Milan hingga mengundurkan diri pada tahun 2002.  Selama 6 tahun pertama pengunduran dirinya, dia melanjutkan studi Kitab Sucinya di Tanah Suci, sebelum akhirnya penyakit menggerogoti kesehatannya dan kembali ke rumah Jesuit di Gallarate, Italia, dimana beliau memulai studi filsafatnya lebih dari 6 dekade. Kontribusi Kardinal Martini sangat besar dalam pewartaan Sabda Tuhan. Kardinal Martini sangat komitmen terhadap latihan rohani St. Ignatius Loyola.
Bapa Suci Benediktus XV menyampaikan rasa dukacita yang mendalamnya melalui telegram. Paus juga menyampaikan rasa terima kasih yang besar atar ajaran yang luar biasa dari seorang putra Jesuit, seorang dosen Kitab Suci yang sangat termashur, serta seorang Rektor terbaik di Universitas Kepausan Gregorian dan Institut Kitab Suci Kepausan. “Saya ingat juga kompetensi dan pelayanan yang sungguh-sungguh Kardinal Martini terhadap Sabda Allah, selalu mengajak komunitas Gereja untuk menghormati Kitab Suci, khususnya melalui promosi Lectio Divina. Aku mengucapkan doa yang mendalam kepada Tuhan, dengan perantaraan Perawan Maria, semoga Kardinal diterima di sisi-Nya dan masuk ke dalam Yerusalem Surgawi; dan bagi semua yang berkabung atas kematiannya, saya menyampaikan berkat Apostolik!” ujar Bapa Suci Benediktus XVI via telegram. (Anthoni Primus/news.Va)