Minggu, 21 Agustus 2011

Retret Mutiara Dalam Doa Angkatan Pertama Surabaya



Bila kita mendengar seseorang menyebutkan sebuah kalimat yang dilengkapi dengan kata “mutiara”, seperti kata mutiara, mutiara doa, mutiara hati, dll tentu kita akan mengerti bahwa sesuatu yang dimaksudkan oleh orang tersebut adalah sesuatu yang sangat berharga.
Tampaknya, hal itu juga yang membuat orang begitu tertarik untuk mengikuti retret yang digagas oleh Rm. Yusuf Halim, SVD, yakni “Retret Mutiara Dalam Doa”. Retret yang diadakan di rumah retret Graha Wacana, Ledug, Prigen tersebut diikuti oleh 170 orang peserta dari berbagai agama dan usia.
Sebagian peserta yang mengikuti retret tersebut karena tertarik dan merasa ingin tahu, mengapa retret tersebut diberi nama demikian. Namun ada juga peserta yang mengikuti retret karena merasa rindu untuk kembali mengikuti retret yang dibimbing oleh Rm. Halim. Kerinduan tersebut muncul karena setiap retret yang diadakan oleh Rm. Halim hanya boleh diikuti satu kali saja. Setiap orang tidak boleh mengikuti retret yang sama lebih dari satu kali. Bahkan ada seorang ibu, yang sudah mengikuti beberapa macam retret yang dipandu oleh Rm. Halim, memaksa anaknya untuk mengikuti retret, agar anaknya juga boleh mengalami kehidupan rohani yang lebih baik. Dia memaksa anaknya karena dia sudah mengalami kehidupan rumah tangga yang lebih baik setelah mengikuti retret Tulang Rusuk. Pertama-tama memang anak tersebut merasa tidak suka. Dia tidak suka menunjukkan perasaannya karena merasa gengsi dan mau ikut sekedar karena merasa kasihan kalau menolak mamanya. Setelah mengikuti berbagai sesi yang ada, pemahaman anak tersebut mengenai retret mulai berubah. Dia merasa tersentuh atas semua sesi yang ada. Harapan ibu tadi memang menjadi kenyataan. Di akhir retret, anaknya menyatakan bahwa dia tidak menduga kalau retret tersebut sangat menarik, dan dia mau berubah.
Meski Romo Halim menyampaikan berbagai nasihat dihadapan anak tersebut, namun anak tersebut menyatakan tidak apa-apa dan tidak merasa tersinggung.  
Ketika misa penutupan retret, Rm. Halim menegaskan pada para peserta agar tetap mempertahankan sukacita yang mereka alami saat retret, seperti rasa damai yang mereka alami, tetap bisa mereka rasakan dalam hidup sehari-hari mereka. Berhubung bacaan Injil hari itu mengenai Yesus yang berjalan di atas air, maka Rm. Halim membandingkan dengan iman para murid saat itu yang goyah dan hanya mengandalkan kehadiran nyata dari Yesus dan bukan pada ajaran yang telah difirmankan pada mereka. Ketika mereka naik perahu dan Yesus tidak ada di situ padahal gelombang angin kencang datang, mereka menjadi takut.
Pada para peserta retret Rm. Halim menyampaikan bahwa, kalau engkau bergantung pada Yesus, Yesus ada di mana-mana. Pada saat engkau percaya, pada saat itu Yesus datang. Ketika mengikuti retret, seseorang memiliki iman yang luar biasa, seperti iman para murid ketika bersama Yesus. Tetapi ketika sudah masuk dalam kehidupan sehari-hari, seperti ketika para murid jauh dari Yesus. Padahal retret hanyalah sebuah sarana untuk menguatkan iman umat. Masalahnya adalah, bagaimana seseorang memelihara dan mempertahankan kekuatan iman mereka seperti ketika mereka sedang mengikuti retret. Setiap orang harus berusaha mempertahankan kekuatan imannya dalam hidup doa, dengan hidup dalam persekutuan dengan umat yang lain, dan ikut misa atau kegiatan lingkungan yang lain. (Dian)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar