Selasa, 30 Agustus 2011

Merayakan Kegagalan Pemerintahan SBY

Persiapan Perayaan Idul Fitri begitu menggema di mana – mana. Berbagai orang dengan caranya masing-masing berupaya mempersiapkan konsep-konsep perayaan kemenangan umat muslim tersebut dengan meriah. Namun berbeda dengan Komisi untuk Orang Hilang dan korban Tindak Kekerasan (Kontras), yang pada Selasa 30 Agustus 2011 merayakan secara khusus peringatan Hari Penghilangan Orang Secara Paksa Internasional.  "Kontras menyambut baik hari penghilangan orang secara paksa yang diperingati setiap 30 Agustus setiap tahunnya. Salah satu semangat dan pesan dari peringatan tahunan internasional ini adalah untuk menghentikan praktik buruk penghilangan orang secara paksa dan memberikan keadilan bagi korban. Idealnya semangat ini bisa diakomodasi dalam praktik politik Presiden SBY," kata Haris Azhar, Koordinator Kontras. Peringatan ini sekaligus merupakan perayaan terhadap kegagalan pemerintahan SBY.
                Hingga saat ini diperkirakan sekitar 1.600 perkara orang hilang yang tercatat di Kontras, yang belum mendapat kejelasan dalam penyidikannya oleh pemerintah Susilo Bambang Yudoyono (SBY), terutama selama kurun waktu 40 tahun terakhir ini. kenyataan tersebut menunjukan kegagalan pemerintah dalam menegakan penghormatan terhadap HAM. Menurut Haris, SBY  dalam hal ini dinilai sangat lamban menangani perkara Penghilangan Orang Secara Paksa.  Padahal beberapa tahun belakangan ini DPR (2009) telah merekomendasikan kepada Presiden SBY untuk segera melakukan 4 hal atas kasus penghilangan dan penculikan aktivis prodemokrasi 1997-1998; pembentukan pengadilan HAM (ad hoc); pencarian mereka yang masih hilang; dan pemberian reparasi korban dan ratifikasi konvensi pencegahan orang hilang secara paksa. Dari semuanya itu, belum ada satu pun kasus yang berhasil ditangani SBY. Ini berdampak pada hilangnya antusiasme masyarakat terhadap kewibawaan seorang SBY sebagai pemimpin bangsa ini. Sementara itu kekerasan di Aceh dan Papua masih terus berlanjut, saling membunuh di antara sesama saudara terbilang cukup tinggi. Meskipun demikian SBY tidak menunjukan empati sama sekali terhadap situasi tersebut. Demikian SBY secara tidak langsung dinyatakan gagal tampil sebagai pemimpin yang merakyat. Padahal dalam resepsi acara-acara lainnya SBY  begitu semangat memberikan perhatiannya. Hingga jelang Idul Fitri ini, SBY sering mengadakan kunjungan dan perjalanan bersama istri tercintanya. Dedikasi SBY sebagai pemimpin patut dipertimbangkan untuk periode berikutnya. (Anthoni Primus) ***




Tidak ada komentar:

Posting Komentar