Kamis, 11 Maret 2021

TAHBISAN IMAM SVD DI USA

“Do not be afraid: from now on you will be catching men...They left everything and followed Him” (Luk 5:10-11).

Sabtu, 21 Mei 2011, Mgr.J. Terry Steib, SVD., berkenan mentahbiskan delapan diakon SVD untuk menjadi imam dalam Societas Verbi Divini (SVD) Amerika Serikat. Mereka yang ditahbiskan adalah P. Adam Laskarzewski, SVD., P. Bao Trung Tran, SVD., P. Dominic Savio Huynh Pham, SVD., P. Duy John Tran, SVD., P. Joseph Minh Nguyen, SVD., P. Michal Tomaszewski, SVD., P. Milan Knezovic, SVD., dan P. Yuping Duan, SVD. Kedelapan imam baru SVD ini mengusungkan panji tema tahbisan mereka: “Do not be afraid: from now on you will be catching men...They left everything and followed Him” (Luk 5:10-11). Mereka percaya Tuhan telah “menangkap” mereka dan mengutus mereka untuk menjadi misionaris-Nya ke seluruh penjuru dunia ini.
Sungguh menggembirakan dan membanggakan bagi SVD dan seluruh umat yang hadir dari seluruh penjuru kota Chicago Amerika Serikat. Sebab tahbisan imam adalah sebuah keajaiban besar terjadi di Amerika Serikat di tengah merebaknya krisis panggilan untuk menjadi imam di seluruh dunia. Namun Tuhan telah menunjukkan kasih-Nya, dengan ditahbisnya delapan saudara kami bergabung dalam keluarga besar Societas Verbi Divini (SVD) untuk menjadi misionaris ke seluruh dunia. Inilah harapan baru di tengah hiruk-pikuknya gaya hidup modern Amerika Serikat, yang secara tidak langsung menggilas makna panggilan hidup menjadi imam. Tetapi ditengah krisis ini, SVD yakin Tuhan tidak pernah tinggal diam mengirimkan misionaris-Nya untuk menjadi penjala manusia di tengah dunia.
Maka tepatnya pada pkl 4:00 sore, Sabtu 21 Mei 2011, delapan saudara kami ini, dengan langkah yang mantap di Kapel Divine Word St. Maria,Techny, Chicago Amerika Serikat, menerima tahbisan imamat, yang diringi dengan koor nyanyian dalam empat bahasa; Inggris, Polandia, China dan Vietnam. Dihadapan Uskup, Provinsial SVD United State Central (USC) dan seluruh umat yang hadir pada kesempatan itu; mereka berkata kami siap di utus ke mana pun Tuhan kehendaki. Apalagi dalam homili, Uskup menegaskan bahwa terpanggil menjadi imam, tidak akan mungkin terjadi kalau bukan karena Allah sendiri yang memanggil dan memilih. Seperti dalam sabda-Nya berkata: “bukan karena kau yang memilih, tetapi karena Engkau sendirilah yang memilih”. Ini berarti bahwa panggilan menjadi imam pertama-tama adalah kehendak Allah yang terjadi dalam diri setiap imam. Maka seluruh sikap, tindakan dan tutur-kata seorang imam, hendaknya mencerminkan kehadiran Allah di tengah-tengah umat. Imam adalah simbol kehadiran Allah untuk menyapa, meneguhkan, menyembuhkan serta menguduskan setiap orang yang kita layani.
Menjadi imam adalah untuk melayani umat Allah. Melayani adalah tugas pokok sebagai imam. Seperti Kristus, Ia datang ke dunia bukan untuk dilayani tetapi untuk melayani. Ia mengorbankan seluruh hidup-Nya untuk keselamatan umat manusia. Ia tidak hanya mewartakan tentang kerajaan Allah dengan kata-kata atau berkotbah saja tetapi Ia hadir dan memberikan seluruh hidup-Nya demi tebusan banyak orang. Ia hadir dengan sungguh nyata dalam seluruh realitas kehidupan manusia. Ia hadir di tengah-tengah orang menderita; miskin, sakit, bahkan dengan para pendosa. Ia membawa sukacita kepada banyak orang. Sikap Yesus ini hendaknya menjadi cerminan bagi setiap imam dalam tugas pelayananya.
Tahbisan adalah rahmat Tuhan sehingga harus dijaga dan dihidupi. Tugas menjadi imam memang berat. Berat karena kita melayani umat Allah dalam seluruh kelemahan dan kekurangan kita sebagai manusia. Maka dalam karya pelayanan kita sebagai imam, pasti kita akan mengalami suka dan duka. Terkadang kita merasa bahagia dalam hidup sebagai imam, terkadang pula kita mengalami kekeringan dan cobaan hidup yang sangat berat. Situasi semacam ini adalah bagian dari perjalanan imamat kita dikemudian hari. Saat-saat semacam ini, maka yang dibutuhkan adalah sikap kerendahan hati di hadapan Tuhan. Relasi pribadi kita dengan Tuhan menjadi kunci dasar mengatasi seluruh persoalan hidup kita. Doa pribadi, komunitas atau kegiatan rohani lainnya menjadi penting untuk mengatasi pergulatan dan pergumulan kita sebagai imam. Terlepas dari persoalan itu semua, kita tidak perlu kuatir, kalau kita hidup bersama Tuhan. Jika hidup kita sebagai imam menggantungkan sepenuhnya kepada kehendak Allah, maka semuanya tidak akan menjadi masalah dalam karya pelayanan kita selanjutnya. Berpeganglah ditangan Tuhan dalam seluruh keheningan, doa dan karya pelayanan di mana pun kita diutus.
Menambah renungan Bapa Uskup tentang apa artinya panggilan sebagai imam di atas. Ia menambahkan bahwa kita sebagai misionaris SVD hendaknya juga kita bercermin pada spiritual bapa pendiri St. Arnoldus Janssen dan St. Yosef. Mereka telah menanamkan nilai-nilai spiritual sebagai misionaris. St. Arnoldus Janssen telah menegaskan bahwa misi SVD adalah meneruskan misi Kristus. Misi Kristus adalah misi kita. Kita hanya meneruskan misi Kristus di tengah dunia, bukan misi kita pribadi. Bila misi kita adalah misi Kristus, maka hendaknya seluruh misi kita sebagai SVD menyerahkan sepenuhnya pada kehendak Tuhan yang empunya misi itu. Inilah mimpi besar St. Arnoldus Janssen untuk diteruskan oleh seluruh anggota SVD. Mimpi besar Bapa Pendiri ini, hanya bisa diwujudkan kalau setiap peribadi anggota SVD mengikuti semangat hidup transformasi seperti yang dialami keduabelas rasul ketika Tuhan memanggil mereka saat sedang menjala ikan di danau. Semangat transformasi inilah yang menjadi acuan dasar hidup sebagai misionaris Serikat Sabda Allah (SVD). Karena itu sebagai misionaris baru dalam SVD, mereka mendapat perutusan pertama; ada yang dikirim ke Argentina, Brasil Utara dan Selatan, Papua Nugini, Vietnam dan Amerika Serikat. Mereka diharapkan membawa misi Kristus dalam perutusan mereka sebagai misionaris di tanah misi. Inilah pesan terakhir yang disampaikan kepada imam baru sebelum mereka berangkat ke tanah misi.

Sebagai ungkapan rasa syukur, setelah perayaan mulia tahbisan delapan imam baru dalam SVD, umat yang hadir dan seluruh anggota keluarga imam baru diundang untuk santap siang bersama di Aula SVD. Pada saat inilah banyak orang yang hadir memberikan ucapan selamat dan memberikan hadiah-hadiah kepada imam baru. Banyak anggota keluarga imam baru menangis karena terharu melihat dan merasakan salah satu anggota keluarga mereka ditahbiskan menjadi imam SVD. Suasana kegembiraan dan dukungan keluarga menjadi dukungan utama dalam perjalanan imamat mereka selanjutnya. Kehadiran keluarga menjadi berkat bagi imam baru.
Setelah upacara tahbisan, semua imam baru kemudian berangkat ke paroki di mana mereka mengalami masa praktek diakonat. Mereka merayakan misa perdana dan berkat perdana di paroki praktek diakonat mereka masing-masing, baik di daerah sekitar kota Chicago maupun di luar kota Chicago. Mereka berangkat bersama anggota keluarga mereka masing-masing dan beberapa Frater, Bruder dan Iman SVD hadir dalam misa perdana tersebut. Setelah itu, bagi imam baru yang berasal dari negara lain; pada hari berikutnya mereka berangkat ke negara asalnya untuk merayakan misa perdana. Selamat konfrater Tuhan memberkati.
P. Rofinus Jas, SVD
Misionaris Indonesia yang bekerja di USA.

Sabtu, 18 Mei 2013

"Calo" Lahan Tempat Pemakaman


Perkara kematian dan hak untuk dimakamkan secara layak ternyata masih menimbulkan soal, khususnya di kota Malang. Keruwetan pengurusan pemakaman pun menjadi incaran para pengangguran untuk mengais keuntungan. Betapa tidak, hampir setiap hari, jasa pemakaman pun makin laris seiring dengan angka kematian yang kian bertambah dari hari-ke hari. Maka tak heran di beberapa wilayah TPU (Tempat Pemakaman Umum) terdapat "calo" tempat pemakaman. Mereka sengaja mengambil alih lahan pemakaman dengan cara-cara yang seharusnya tidak patut. Di beberapa tempat tersbut terdapat batu nisan lengkap dengan nama korban meninggal, namun ternyata itu hanya kedok. Nama dan nisa itu ternyata hanya fiktif dipakai untuk memudahkan transaksi lahan pemakaman jika ada jenazah dari keluarga/warga yang hendak membutuhkan tempat pemakaman. Hal itu menjadi peluang bisnis gaya baru, terutama di kota yang cukup padat penduduk tersebut. Uniknya bahwa harga lahan tempat pemakaman itu pun terbilang besar. Untuk memakamkan seorang manusia saja harus mengeluarkan kocek senilai Rp. 700 ribu hingga Rp. 1,7 Juta jika ingin mendapat lahan. Tragisnya bahwa lahan pemakaman fiktif tersebut justru berada di lahan pemakaman milik pemerintah kota Malang (TPU Malang). Inilah salah satu alasan mengapa tidak sedikit warga Malang yang cendrung kremasi jenazah keluarganya daripada menguburkannya. Sungguh hidup dan mati itu tak ada bedanya, kita hidup saja sudah dipersulit, matipun lebih dipersulit. Sangat ironis!!!!! (Antonius Primus)

Jumat, 17 Mei 2013

PENGUNGSI PALUE: HIDUP DARI BELASKASIH



Anak-anak pengungsi

Maumere, Flores-NTT - Ketua Kelompok Pengungsi Asrama Transito Maumere,  Anastasia Bure (32) mengatakan, sejak meletusnya gunung api Rokatenda,  800 KK warga Palue mengungsi di beberapa lokasi yakni: di Kota Baru, Maurole, Ropah, Nangahure, Mausambi, Uludala, Keli Kembu, Ae Wora,   dan  pengungsi di asrama Transito ada 33 kk. Hidup kami hanya dari belas kasih orang, khususnya dari pihak relawan Caritas Maumere. Mereka hampir setiap hari datang memberikan bantuan  berupa beras, sarimie, air minum, minyak goreng, gula pasir, dan pakaian layak pakai,”  ujar Ibu Anas kepada  koresponden Majalah Kana di Asrama Transito  Maumere, Mei lalu. Selain itu kami juga mendapat kunjungan dari  Indosiar, Trans TV, Metro TV dan TV One. Akibat letusan gunung api warga Palue mengalami kerusakan rumah, air minum tercemar  belerang, iritasi kulit dan banyak anak terancam putus sekolah. Warga yang paling parah mengalami kerusakan adalah  warga desa Lidi dan Desa Nitunglea,” tambah pengungsi Asrama Transito ini.

 Seorang warga pengungsi  di lokasi Penampungan Asrama Transito, Bapak Geradus Badar (52) mengungkapkan banyak anak-anak Palue terancam putus sekolah. “Selama ini anak kami dititipkan di sekolah terdekat dengan tempat pengungsi namun menjadi persoalan kami tidak sanggup lagi untuk membiayai  pendidikan khususnya anak kami yang mengenyam pendidikan tingkat SLTP dan SLTA di Kota Maumere. Kami hidup sudah susah, makan minum hanya karena belas kasih orang , apalagi untuk membiayai pendidikan anak sekolah,” ungkap Geradus Badar. Ia menambahkan bahwa seluruh anak pengungsi yang mengenyam pendidikan di jenjang SLTP dan SLTA di Kota Maumere sekitar 50  anak.
 
Rokatenda terus beraktivitas tak henti
Salah seorang siswa SLTA yang terancam putus sekolah adalah Delvianti Nikmati Toji, siswi kelas XI  salah satu SMA Negeri di Kota Maumere. “Sudah satu bulan  saya tidak bisa ikut kegiatan belajar mengajar (KBM) karena malu belum melunasi uang sekolah,” ujar Delvi.  Ibunya hanya seorang perajin tenun ikat, sehingga tidak berdaya membiayai  lima orang adiknya yang semuanya sekolah di tingkat SD, SMP dan SMA sedangkan ayahnya merantau ke Malaysia sejak Delvi SMP kelas II. Masalah ini tidak hanya dialami  Delvi tetapi masih banyak rekan lain mengalami hal yang sama.

Koordinator Umum Posko Kemanusiaan Palue Romo Yan Faroca Pr, mengatakan, akan berusaha mencari solusi mengatasi masalah biaya sekolah siswa-siswi asal Palue dengan melakukan koordinasi dengan para kepala sekolah dan kepala Dinas PPO Sikka, agar mereka memberikan kebijakan sehingga anak-anak tetap sekolah.

Salah seorang pengungsi yang sakit digotong ke kantor DPRD Sikka menuntut keadilan
Para pengungsi Palue di lokasi Penampungan Asrama Transito mengharapkan Pemerinta Daerah Kabupaten Sikka memberikan bantuan, khususnya untuk biaya pendidikan di tingkat SLTP dan SLTA sehingga anak-anak tetap sekolah. Kami tidak memiliki apa-apa lagi, kegiatan kami setiap hari  bervariasi; ada yang ikat tenun, jual bensin eceran, ada yang buruh bangunan. Penghasilan kami sungguh menyedihkan apalagi untuk membiayai pendidikan anak sekolah,” ekspresi salah satu pengungsi. (Agus Badjo/Guru SMAK Frateran Maumere)

Rabu, 27 Maret 2013

SEMINAR DAN BEDAH BUKU “Statika”



Buku Sebagai Warisan Luhur


Medan - Buku adalah warisan yang memiliki banyak manfaat. Dengan membaca mungkin orang menjadi semakin baik. Demikian menurut Koordinator Kopertis Sumut / NAD  Prof. Dian Armanto, MA. MPd. MSc. PhD., dalam sambutannya pada Seminar dan Bedah Buku di Convention Hall, Bina Media, Medan pertengahan Februari lalu. Prof. Dian berharap buku kiranya dapat membuat hati kita menjadi beku, dimana ada kekuatan batin dalam buku. Buku merupakan apresiasi batin di mana kita dapat melihat makna-makna dari apa yang tertulis.
Seminar yang bertemakan “Menulis Buku sebagai Sarana Harta Warisan yang Luhur” dan Bedah Buku “STATIKA” Prof. Dr. Ing. Johanes Tarigan ini dihadiri sekitar 150 undangan dari berbagai kalangan Dosen dan Mahasiswa. RP. Bonifasius Saragih, OFMCap., memukul gong 3 kali sebagai tanda resmi pembukaan seminar dan bedah buku. Seminar dan bedah buku ini terselenggara berkat kerja sama antara dua lembaga yakni Unika St. Thomas dan PT Bina Media Perintis. Sejak Mei 2012 kedua lembaga ini sudah mulai kerja sama dalam banyak hal. Kedua lembaga Katolik ini diharapkan ke depannya dapat terus bersinerji mengadakan aneka kegiatan.
RD Dr. Hieronymus Simorangkir  yang mewakili kedua lembaga ini menyambut gembira kegiatan ini, khususnya dengan kehadiran Kopertis Sumut/NAD, karena beliau baru menjabat Kopertis di wilayah Sumut/NAD ini. “Kita semakin masuk dalam jelajah wawasan yang lebih luas, lebih dalam dan lebih tinggi terkait dengan ilmu-ilmu yang kita penuhi serta bagaimana menuangkan dan mengekpresikan itu kedalam bentuk tulisan atau dalam bentuk studi kasus-studi kasus lainnya” Ujar Rektor Unika St. Thomas Sumatera Utara tersebut. 


Ilmu Statika
Prof. Dr. Ing. Johanes Tarigan, penulis buku “STATIKA”, menjelaskan bahwa perkembangan ilmu statika terdiri dari: Pertama, Konvensional. Di mana sekitar tahun 1700-an sampai dengan 1800-an ilmu statika berkembang pesat; lalu tahun 1800 – 1900 boleh dikatakan abad genius dalam perkembangan ilmu statika. Kedua, Numeris/FEM (finite element method) Computational Engineering yang mana perkembangannya dari tahun 1940 – sekarang.  
Pembanding I, Prof. Dr. Ir. Bahrian Lubis MSC., mengomentari dari sisi artistic buku ini perlu ditingkatkan. Sedangkan pembanding II, Ir. Simon Derta Tarigan, MT., seorang dosen, mahasiswa dan praktisi, meminta kepada penulis untuk lebih menyajikan contoh-contoh soal konkrit dan aktual sehingga mudah dipahami mahasiswa; seperti tentang ilmu gaya.
 Prof Johanes mengatakan bahwa buku Statika ini adalah sebuah buku tentang ilmu dasar statika, sebagai salah satu referensi di bidang ilmu-ilmu teknik sipil.

Budaya Menulis
Usai bedah buku acara dilanjutkan Seminar yang bertemakan: “Menulis Buku sebagai Sarana Harta Warisan yang Luhur” dengan narasumber: Simon Saragih (Wartawan Senior KOMPAS), Prof. Dr. Ir. Wasmen Manalu dari Dirjen Dikti Kemendikbud (Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) dan RP. Daniel Erwin Simanullang, MA, OFMCap. (Direktur Penerebit Bina Media Perintis Medan). Pembicara pertama, Simon Saragih membawakan materi: “Mengapa Menulis Penting? Apa Tantangannya? Topik Apa Yang Harus Ditulis? Kiat Menjadi Penulis?”.
Menurut Simon Saragih, banyak hal yang membuat orang mau menulis. “Diawali karena hoby maupun iseng (biasanya secara alamiah), lalu ada juga adanya panggilan jiwa (memiliki kebiasaan suka menulis), dan kewajiban (bukan untuk mencari uang semata tetapi wadah ekspresi pemikiran) serta Achievement. Kemudian bagaimana harus memulai menulis kata Simon Saragih. “Bakat menulis juga tercipta karena adanya pemaksaan diri sehingga memunculkan niat menulis. Warisan bukan hanya berupa kekayaan pada anak-anak tetapi juga bisa berupa informasi dan pelajaran demi generasi masa depan, yang sebagian nasibnya ada di tangan para pendahulu mereka,” tambah Simon Saragih.
Sementara itu Dirjen Dikti, Wasmen Manalu menyajikan topik “Peranan Pemerintah Dalam Pemberdayaan Penulisan Buku dan Karya Ilmiah Bagi Para Dosen”. Dalam hal ini Wasmen Manalu menjelaskan komponen kegiatan meliputi kegiatan penelitian yang dilakukan para dosen, yakni: untuk menghasilkan karya ilmiah, menerjemahkan dan menyadur buku ilmiah, mengedit/menyunting karya ilmiah, membuat rancangan dan karya teknologi yang dipatenkan serta rancangan dan karya seni monumental/seni pertunjukan/karya sastra.
Dalam kesempatan yang sama, Daniel Erwin Manullang memaparkan mengenai komitmen Bina Media Perintis Dalam Dunia Penerbitan Buku serta keterbukaannya terhadap kalangan pendidik dan akademik yang ingin menghasilkan karya tulis untuk diterbitkan.  (Parulian Tinambunan - Medan)