Senin, 13 Februari 2012

Setelah Bayi Tabung, Akhirnya Mengandung dengan Cara Alamiah


                Saya sebelumnya tidak berpikir untuk mengikuti program bayi tabung, saya menikahnya sudah cukup lama dan juga agak telat. Saya baru tahu, ternyata ada bayi tabung”, ungkap Novita Dewi kepada Anthoni Primus dari Suara Maumere. Wanita dua anak ini mengakui mengenal program Bayi Tabung ketika memeriksakan diri pada dokter Rumah Sakit Siloam Surabaya. Anak yang pertama menggunakan bayi tabung. Anak kedua berhasil dilahirkan melalui proses alamiah. Novita Dewi baru pertama menggunakan program bayi tabung, namun segera berhasil. Istri dari Hince ini merupakan satu dari 10 pasangan yang berhasil menggunakan program bayi tabung.

Mengapa Bayi Tabung?
Waktu itu dokternya tidak langsung menyarankan bayi tabung. Di samping itu biayanya juga besar, sehingga awalnya hanya dicek laboratorium, diperiksa dan di samping itu juga minum obat penyubur. Sekitar satu tahun tidak ada perkembangan apa-apa. Kemudian diadakan laparaskopi, untuk mengetahui apa masalahnya, untuk dapat memperoleh pengobatan yang intensif.  Biayanya juga besar, sekitar 10 jutaan.
                Hasil pemeriksaan tidak menunjukan adanya masalah kehamilan, namun dokter Cuma bilang diobati dulu. “Saya waktu itu sudah difoto, tidak ada masalah. Tetapi ternyata  ada endometrium yang  tidak  terdeteksi. Pemeriksaan menggunakan laparoskopi itu kelihatan. Saya tahu bahwa saya mengalami endometrium justru setelah melahirkan. Bahkan dokter pun hampir tidak tahu. Jadi aku bilang yah sudah bayi tabung saja” kisah Novita.
                Waktu mengikuti proses itu kan ada suntikan. Suntikan itu beberapa tahap. Selama 25 hari suntik sendiri. Botol suntik dan jarum suntik dibawa sendiri. Suntiknya di perut. Saya hanya yakin saja akan keberhasilannya. Waktu ikut bayi tabung umur 30 tahun. Secara mental psikologis saya sudah siap. Kalau memang ini jalan saya yah saya harus siap. Suntik sendiri. Setelah 25 hari obatnya diganti. Yang selama 25 hari itu untuk menstabilkan hormon. Suntikan berikutnya untuk memperbanyak sel telur. Dokter memberikan 5 jarum suntik untuk disuntikan di perut. Setiap hari disuntikan ke perut. Setelah suntik obat tersebut saya sering merasa  mual-mual dan pusing. Setelah itu, 2 hari sekali saya harus ke Laboratorium untuk diperiksa, telurnya sudah matang atau belum, telurnya banyak atau tidak. Jika masih kurang maka obatnya akan diganti lagi“ tambahnya.  
Novita Dewi
Saya sama suami saling mendukung, karena kita sama-sama punya niat dan yakin. Dari keluarga ada pro dan kontra, karena belum tahu efek sampingnya apa. Soalnya yang disuntik itu kan hormon. Sebelum proses bayi tabung kita sudah tanda tangan, segala resikonya harus sudah siap ditanggung sendiri. Setiap 2 hari sekali kita juga ambil darah.
                Keberhasilan ini karena ketekunan dan kerajinan mengikuti aturan bayi tabung. Kadang-kadang sudah ikut aturan pun juga tidak berhasil. Saya waktu itu diambil 6 sel telur yang kemudian diketemukan dengan sperma lalu jadinya hanya 3. Saya minta dimasukan semua. Itu pun yang berhasil bertahan Cuma 2. lalu yang lain mengecil hingga hilang. Sehingga jadinya anak satu.

Merawat Anak Hasil Bayi Tabung            
Anak adalah „permata“ dan „titipan“  Tuhan.  Apa pun kondisi seorang anak, ia tetap menjadi bagian dari orangtuanya yang telah merawatnya sejak kecil. Lantas bagaimana reaksi yang muncul ketika merawat seorang anak hasil bayi tabung? „Setelah melahirkan rasanya seperti menjadi orang lain. Merawat anak hasil bayi tabung itu tidak ada yang khusus. Sama seperti merawat anak-anak pada umumnya. Saya katakan pada Tuhan bahwa ini jalannya. Anaknya tumbuh baik dan normal. Sekarang usianya sudah 4 tahun“ sharing Novita. Berbeda perasaan orangtua yang ikut bayi tabung dengan orangtua yang melahirkan secara alamiah, karena prosesnya juga rumit, lama. Misalnya perasaan yang terasa asing terhadap anak sendiri. Akhirnya perasaan itu dapat teratasi juga dalam perjalanan waktu.
                Novita membeberkan bahwa sebelumnya ia tidak menyadari akan melahirkan anak kedua tanpa program bayi tabung, „Karena saya juga tidak menyangka akan punya anak lagi. Saya hanya pikir bahwa anak saya hanya satu. Waktu melahirkan menggunakan operasi jadi tidak pikir akan memiliki anak lagi. Anak yang kedua usianya sudah satu setengah tahun. Yang pertama sekolah di Taman Kanak-Kanak“ cerita ibu yang bekerja sebagai wiraswasta tersebut.  (Anthoni Primus)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar