puisiku

KEPADA TUHAN YANG DILUPAKAN
Karya: Antonius Primus

Padam mukaku lisut
Menangkap basah butiran mentari
Baru kusadari
Rasaku menikam kalbu
Menembus nuraniku
Ada apa denganku?
Diriku hampa dalam matiku
Perahuku terbawa arus
Yang kini kukemudikan
Terombang gelombang
Kutatap diriku
Dayaku hilang...lenyap
Berkerut alis dan raut ketakutan
Baru kusadari
Bahwa aku bukan apa-apa
Sekali waktu maut mengecupku
Dan segala jalan adalah kehendak-Nya
Mungkinkah hidup ini milikku?
Sementara aku mengetahui
ADANYA mengatasai segala


BAYANG KEMATIAN
Karya: Antonius Primus

Senja itu kelabu
Langit pucat
Dalam semilir dingin
Terbaring jazad hamba Tuhan
Dengan tubuh tegap tak bernyawa
Terbungkus jubah cokelat Skapulir
Lelap ia dalam palungan kematian
Kemarin...
Senyum tersungging di wajahnya
Dengan sekeranjang doa dan kerja
Menabur kasih dari balik tembok biara
Hari-hari hidupnya
Laksana mentari
Menebarkan serpihan-serpihan
Cahaya cinta
Kini...
Senyumnya membeku
Dalam mati tubuhnya
Membisu...
Pada penghabisan yang terakhir
Kupandangi dia tak berdaya
Terbayang diriku
Terbujur kaku dalam peti matiku
Tinggal telanjang
Tanpa nyawa
Sebab ketika itu
Aku bukan tubuhku
Aku adalah jiwaku
Yang meratapi kepergian tubuhku
Bahwa segalanya fana
Yang menanti kerapuhan
Dan lenyap berkalang tanah

In memmoriam:
Sr.Maria Magdalena, O.Carm






PERTAMA KALI MASUK BIARA

Antonius Primus

Kedatanganku memenuhi panggilan-Mu,
di sekitarku gelombang dunia menerpaku.
Ada orang bercinta tanpa jiwa,
hanya tubuh saling membalut.
Kala itu cintaku pada-Mu sebatas angan
karena imanku masih terlampau muda untuk panggilan-Mu,
tetapi dari sinilah aku bertumbuh.
Maka kucari arah kontemplasiku
hingga aku tak sanggup memandang-Mu
dan berjalan sambil tertunduk.
Jiwaku kekeringan
sebab tak kutemukan mata air-Mu.
Dan kini aku hanya berada di tepi aliran sungai-Mu
dan menatap-Mu tanpa nafsu
karena aku telah dikenyangkan oleh kenikmatanku sendiri,
sehingga hatiku kurus, berpenyakit,
terbujur kaku dalam selimut jasmani tanpa roh.
Namun tanpa kenikmatan-Mu, tubuhku mati,
mati juga cintaku.
Tetapi diam-diam Kau balut lukaku, melayaniku dengan lembut.
Setapak demi setapak aku mulai merasakan kenikmatan-Mu.
Maka kuakui ternyata kenikmatan-Mu jauh lebih sempurna,
melekat pada langit-langit jiwaku
dan aku tak mau jauh dari-Mu
sebab Engkau adalah belahan jiwaku
yang selalu kucari di luar jiwaku,
tetapi ternyata Engkau bersembunyi di lubukku.
Kau sungguh mempesona...
Oh... apa yang dapat kukatakan tentang Engkau ?
Kau jauh melampaui kata-kata
Dan aku hanyalah sebuah titik





LOGIKA CINTA

Antonius Primus

Cinta itu memberi
tanpa berharap.
Cinta itu mau berkurban
tanpa takut.
Tetapi cinta itu mencemaskan
kalau tidak berbuah.
seperti pohon mangga yang tidak berbuah pada musimnya.
Namun cinta tak mengenal musim.
Cinta itu selalu menambah yang kurang
tanpa merasa berkurang.
Cinta itu mau menderita
karena penderitaan adalah keutamaan.
Cinta itu selalu ingin memiliki
tanpa mau mengikat
karena cinta membebaskan yang terikat,
menghibur yang susah,
mendamaikan yang bertentangan,
menghidupkan yang mati,
menemukan yang tersesat dan hilang,
memaafkan yang bersalah,
menyatukan yang terpisah.
Cinta itu mengatasi persoalan.
Cinta itu terbuka.
Cinta itu kuat.
Cinta itu abadi,
tak dapat dimengerti secara tepat,
tetapi dapat dilakukan
karena cinta tidak mencari pengertian,
tetapi kebaikan