Latar
belakang sejarah
Perang
Dunia II fase akhir, Jerman Hitler kalah. Guna mengatur Eropa pasca perang,
para pemimpin sekutu anti Hitler – Roosevelt, Churchil dan Stalin – bertemu 4 –
11 Februari 1945 di Yalta, Krimea, Uni Soviet.
Menurut keputusan di Yalta antara lain adalah:
• Jerman
akan dibagi dan diawasi oleh Amerika Serikat, Inggris, Prancis dan Uni Soviet.
• Atas tekanan Stalin batas timur
Polandia tergeser sampai sungai Bug. Dengan demikian sepertiga dari teritori
bagian timur Polandia diambil alih Uni Soviet dan batas barat Polandia tergeser
sampai sungai Oder dan Nysa, berarti mendapat sebagian timur teritori Jerman.
• Lagi atas desakan Stalin Eropa
dibagi atas “sphere of interest”. Dengan demikian Uni Soviet akan menjajahi
seluruh Eropa Timur. Pemerintah di negara-negara satelit ini ditentukan oleh
Uni Soviet. Maksudnya ekspansi komunisme di Eropa. Lambat-laun Eropa dibagi
atas bagian timur dan barat dengan Tirai Besi di antaranya. Tirai Besi berarti
bahwa batas barat Sfir Uni Soviet dijaga ketat.
![]() |
Sara Bartoli yang meluputkan nyawa JP II (GN) |
Tujuan lain komunis adalah kolektivisasi pertanian.
Diusahakan tanah para petani diambil oleh pemerintah dan dijadikan perusahaan
kolektif, di mana petani menjadi buruh saja. Di Uni Soviet proses ini
dilaksanakan secara paksaan. Akibatnya produktivitas sector pertanian sangat
memburuk, menyebabkan kekurangan bahan makanan dan kelaparan. Di Polandia
kolektivisasi praktis tidak berhasil. Namun Polandia wajib mengekspor gandum
dan ternak ke Uni Soviet. Akibatnya ada kekurangan pangan di negeri sendiri.
Contohnya, toko dibuka jam 8, namun orang antri mulai jam 4 pagi, agar dapat
membeli roti atau daging, yang selalu tidak cukup. Ini pun membuat masyarakat tidak tahan diri, hinga menyebabkan pemberontakan, walau pengawasan polisi
ketat sekali. Pemberontak selalu menuntut pangan dan kebebasan agama.
![]() |
Churchil, Roosevelt dan Stalin pada pertemuan di Yalta. |
Kardinal
Polandia menjadi Paus
Tahun 1958 pastor Karol Wojtyla diangkat menjadi uskup pembantu di Krakow. Enam tahun kemudian Paus Paulus VI mengangkatnya menjadi uskup agung keuskupan ini. Tahun 1967 menjadi kardinal.
Tahun 1958 pastor Karol Wojtyla diangkat menjadi uskup pembantu di Krakow. Enam tahun kemudian Paus Paulus VI mengangkatnya menjadi uskup agung keuskupan ini. Tahun 1967 menjadi kardinal.
Adanya
dua kardinal di Polandia oleh pemerintah sering dipergunakan untuk menunjukan
seolah-olah antara keduanya ada antagonisme. Akan tetapi aksi ini sama sekali
tidak berhasil. Contohnya, suatu ketika kardinal Wyszynski tidak
diberikan paspor untuk menghadiri konsili Vatikan II,
sebagai tanda protes kardinal Wojtyla juga tidak berangkat, walau sudah punya
paspor. Pada semua upacara gerejawi mereka selalu hadir
bersama. Pemerintah menilai kardinal Wyszynski sebagai seorang pemberontak, sedangkan kardinal Wojtyla
lebih lunak. Namun pemerintah pun kecewa, karena dalam
banyak hal kardinal Wojtyla jauh lebih berani melawan pengaruh politik pemerintah terhadap agama.
Suatu sore tanggal 16 Oktober 1978 diumumkan bahwa kardinal
Wojtyla dipilih menjadi paus, rakyat Polandia bergembira keluar ke jalan-jalan
dengan menyanyikan lagu nasional „Polandia belum punah, selama kita hidup”,
khususnya di depan kedutaan dan konsulat-konsulat Uni Soviet. Sedangkan
pemerintah dan pemimpin partai komunis panik. Mereka tidak tahu mengambil sikap
apa. Salah seorang anggota komite sentral partai mengatakan spontan: “Habis
kita!” Reaksi di Moskow sama. Nyata bahwa kesadaran dan kebanggaan nasional orang Polandia bertambah dan ini dapat
menggoncangkan monopoli partai komunis.
Pada Juni
1979 Johanes Paulus II ingin mengunjungi tanah airnya, Brezhniew, ketua partai komunis Uni Soviet mendesak
Gierek, ketua partai komunis Polandia, melarang paus datang ke Polandia. Gierek
menjawab: “Andaikata saya membuat itu, seluruh masyarakat Polandia akan
memberontak.”
Akhirnya 2 Juni 1979 Johannes Paulus II mendarat di Warsawa.
Ratusan ribu orang berdiri di pingir jalan dan seluruh kota dihiasi dengan
bendera Vatikan. Hari berikutnya, Minggu Pentekosta, Paus memimpin misa di
lapangan kota. Dalam khotbahnya Johanes Paulus II menyerukan: “Semoga Roh Kudus
turun dan membaharui muka bumi. Bumi ini!” Maksudnya bumi Polandia. Rupanya doa
serius Paus terkabulkan, karena
pada bulan-bulan berikut terjadi perubahan besar. Antara
lain para buruh di hampir seluruh Polandia mogok kerja dan menuntut serikat
buruh bebas Solidarnosc. Ini mengoncangkan seluruh sistem politis bukan hanya
di Polandia, tetapi juga di negara-negara satelit lainnya.
Pemimpin
komunis sadar, bahwa kekuatan moral gerakan ini adalah Johannes Paulus II dan
kardinal Wyszynski. Awal tahun 1981 kardinal Wyszynski jatuh sakit kanker, maka
pasti tidak lama lagi akan mati. Tinggal menghilangkan Johannes Paulus II.
Komplotan
Keputusan
untuk membunuh Johanes Paulus II dibuat di Kremlin. Pelaksanaannya diserahkan
kepada KGB (polisi rahasia Uni Soviet). Ditentukan mencari agen beragama Islam.
Maka agen KGB di Timur Tengah dan di Bulgaria mencari orang Islam, yang rela
menembak Paus. Waktu itu di Turki ada seorang bernama M. Ali Agca, yang ingin
membunuh Paus, waktu beliau berkunjung ke negara ini. Ali Agca, seorang penembak jitu, setuju
menembak Paus dengan imbalan pembayaran
3000 Euro. Dua pembantunya berasal dari
organisasi ekstrimis Turki Bozkurtlar, yang
bekerja sama dengan polisi rahasia Bulgaria.
![]() |
Johannes Paulus II mengunjungi Ali Agca di penjara (GN) |
Kita tahu, bahwa Johanes Paulus
II tidak mati. Para dokter meluputkan nyawanya. Penembakan terjadi pada tanggal
13 Mei, hari ulang tahun penampakan Bunda Maria di
Fatima. Bapa Suci yakin bahwa Maria melindunginya. Maka tanggal 13 Mei 1982
Johanes Paulus II berziarah ke Fatima untuk berterima kasih kepada Bunda Maria.
Peluru, yang menembusi badannya, ditempatkan dalam mahkota gambar Maria. Pepatah Polandia mengatakan: Manusia menembak, tetapi
Tuhan mengarahkan peluru.
Stalin
pernah bertanya ironis: “Berapa divisi tentara yang dimiliki Vatikan?” Dewasa ini Stallin sudah dilupakan,
adikuasa Uni Soviet hilang dari peta dunia, sedangkan ribuan orang setiap hari
berziarah ke kubur Beato Johanes Paulus II. “Inilah
orang, yang dengan kekuatan imannya menghancurkan komunisme” – kata pemimpin
bangsa Tartar, seorang muslim. (Prof. Dr. Josef Glinka, SVD)
Ternyata begitu kisahnya
BalasHapus