Senin, 25 Juni 2012

Mengapa Paus Yohanes Paulus II Mau Dibunuh Tahun 1981?


 Latar belakang sejarah
 Perang Dunia II fase akhir, Jerman Hitler kalah. Guna mengatur Eropa pasca perang, para pemimpin sekutu anti Hitler – Roosevelt, Churchil dan Stalin – bertemu 4 – 11 Februari 1945 di Yalta, Krimea, Uni Soviet.
Menurut keputusan di Yalta antara lain adalah:
•           Jerman akan dibagi dan diawasi oleh Amerika Serikat, Inggris, Prancis dan Uni Soviet.
•          Atas tekanan Stalin batas timur Polandia tergeser sampai sungai Bug. Dengan demikian sepertiga dari teritori bagian timur Polandia diambil alih Uni Soviet dan batas barat Polandia tergeser sampai sungai Oder dan Nysa, berarti mendapat sebagian timur teritori Jerman.
•        Lagi atas desakan Stalin Eropa dibagi atas “sphere of interest”. Dengan demikian Uni Soviet akan menjajahi seluruh Eropa Timur. Pemerintah di negara-negara satelit ini ditentukan oleh Uni Soviet. Maksudnya ekspansi komunisme di Eropa. Lambat-laun Eropa dibagi atas bagian timur dan barat dengan Tirai Besi di antaranya. Tirai Besi berarti bahwa batas barat Sfir Uni Soviet dijaga ketat.
Sara Bartoli yang meluputkan nyawa JP II (GN)
Penyebaran komunisme berarti ateisasi dan penghapusan agama, yang dianggap “obat bius bagi masyarakat”. Di Uni Soviet ribuan rohaniwan terbunuh, gedung gereja dihancurkan atau diganti fungsinya. Hal serupa diusahakan di negara-negara satelit. Hanya Polandia merupakan batu sandungan bagi komunis. Ideologi ateisme diimpor dari Rusia, yang menjadi musuh bebuyutan orang Polandia, maka oleh mayoritas orang Polandia komunisme ditolak. Selain itu hampir 90% orang Polandia beragama Katolik dan para uskup kompak, di bawah pimpinan kardinal Stefan Wyszynski, melawan segala aksi ateisasi. Akibatnya ada pastor dan uskup diusir dari diosesnya, ada yang dipenjarakan, termasuk kardinal Wyszynski. Namun pemberontakan masyarakat berulang kali memaksa pemerintah untuk membebaskan mereka kembali.
Tujuan lain komunis adalah kolektivisasi pertanian. Diusahakan tanah para petani diambil oleh pemerintah dan dijadikan perusahaan kolektif, di mana petani menjadi buruh saja. Di Uni Soviet proses ini dilaksanakan secara paksaan. Akibatnya produktivitas sector pertanian sangat memburuk, menyebabkan kekurangan bahan makanan dan kelaparan. Di Polandia kolektivisasi praktis tidak berhasil. Namun Polandia wajib mengekspor gandum dan ternak ke Uni Soviet. Akibatnya ada kekurangan pangan di negeri sendiri. Contohnya, toko dibuka jam 8, namun orang antri mulai jam 4 pagi, agar dapat membeli roti atau daging, yang selalu tidak cukup. Ini pun membuat masyarakat tidak tahan diri, hinga menyebabkan pemberontakan, walau pengawasan polisi ketat sekali. Pemberontak selalu menuntut pangan dan kebebasan agama.
Churchil, Roosevelt dan Stalin pada pertemuan di Yalta.
Pada tahun 1966 peringatan seribu tahun Gereja di Polandia. Sebagai persiapan para uskup mengadakan novena besar sembilan tahun pembaharuan rohani bangsa. Gambar Bunda Maria dari Czestochowa (Black Madonna) diarak berziara dari paroki ke paroki. Hasil rohaninya luar biasa! Namun ini justru membuat komunis makin membenci dan Untuk menghentikan aksi ini pemerintah memblokir gambar ini. Namun ini pun tidak menghentikan aksi pembaharuan rohani bangsa. 

Kardinal Polandia menjadi Paus 
Tahun 1958 pastor Karol Wojtyla diangkat menjadi uskup pembantu di Krakow. Enam tahun kemudian Paus Paulus VI mengangkatnya menjadi uskup agung keuskupan ini. Tahun 1967 menjadi kardinal.
                Adanya dua kardinal di Polandia oleh pemerintah sering dipergunakan untuk menunjukan seolah-olah antara keduanya ada antagonisme. Akan tetapi aksi ini sama sekali tidak berhasil. Contohnya, suatu ketika kardinal Wyszynski tidak diberikan paspor untuk menghadiri konsili Vatikan II, sebagai tanda protes kardinal Wojtyla juga tidak berangkat, walau sudah punya paspor. Pada semua upacara gerejawi mereka selalu hadir bersama. Pemerintah menilai kardinal Wyszynski sebagai seorang pemberontak, sedangkan kardinal Wojtyla lebih lunak. Namun pemerintah pun kecewa, karena dalam banyak hal kardinal Wojtyla jauh lebih berani melawan pengaruh politik pemerintah terhadap agama.
                Suatu sore tanggal 16 Oktober 1978 diumumkan bahwa kardinal Wojtyla dipilih menjadi paus, rakyat Polandia bergembira keluar ke jalan-jalan dengan menyanyikan lagu nasional „Polandia belum punah, selama kita hidup”, khususnya di depan kedutaan dan konsulat-konsulat Uni Soviet. Sedangkan pemerintah dan pemimpin partai komunis panik. Mereka tidak tahu mengambil sikap apa. Salah seorang anggota komite sentral partai mengatakan spontan: “Habis kita!” Reaksi di Moskow sama. Nyata bahwa kesadaran dan kebanggaan nasional orang Polandia bertambah dan ini dapat menggoncangkan monopoli partai komunis.
                Pada Juni 1979 Johanes Paulus II ingin mengunjungi tanah airnya, Brezhniew, ketua partai komunis Uni Soviet mendesak Gierek, ketua partai komunis Polandia, melarang paus datang ke Polandia. Gierek menjawab: “Andaikata saya membuat itu, seluruh masyarakat Polandia akan memberontak.”
                Akhirnya 2 Juni 1979 Johannes Paulus II mendarat di Warsawa. Ratusan ribu orang berdiri di pingir jalan dan seluruh kota dihiasi dengan bendera Vatikan. Hari berikutnya, Minggu Pentekosta,  Paus memimpin misa di lapangan kota. Dalam khotbahnya Johanes Paulus II menyerukan: “Semoga Roh Kudus turun dan membaharui muka bumi. Bumi ini!” Maksudnya bumi Polandia. Rupanya doa serius Paus terkabulkan, karena pada bulan-bulan berikut terjadi perubahan besar. Antara lain para buruh di hampir seluruh Polandia mogok kerja dan menuntut serikat buruh bebas Solidarnosc. Ini mengoncangkan seluruh sistem politis bukan hanya di Polandia, tetapi juga di negara-negara satelit lainnya.
                Pemimpin komunis sadar, bahwa kekuatan moral gerakan ini adalah Johannes Paulus II dan kardinal Wyszynski. Awal tahun 1981 kardinal Wyszynski jatuh sakit kanker, maka pasti tidak lama lagi akan mati. Tinggal menghilangkan Johannes Paulus II.

Komplotan
                Keputusan untuk membunuh Johanes Paulus II dibuat di Kremlin. Pelaksanaannya diserahkan kepada KGB (polisi rahasia Uni Soviet). Ditentukan mencari agen beragama Islam. Maka agen KGB di Timur Tengah dan di Bulgaria mencari orang Islam, yang rela menembak Paus. Waktu itu di Turki ada seorang bernama M. Ali Agca, yang ingin membunuh Paus, waktu beliau berkunjung ke negara ini. Ali Agca, seorang penembak jitu, setuju menembak Paus dengan imbalan pembayaran 3000 Euro. Dua pembantunya berasal dari organisasi ekstrimis Turki Bozkurtlar, yang bekerja sama dengan polisi rahasia Bulgaria.
Johannes Paulus II mengunjungi Ali Agca di penjara (GN)
Kesempatan paling baik adalah audiensi umum pada hari Rabu, yang pada musim panas diadakan di Lapangan St. Petrus. Bapa Suci biasanya keliling dengan mengendarai mobil. Agca harus menembak Paus di kepala. Agca sudah siap, namun terjadi sesuatu yang menghalanginya. Mendadak Johanes Paulus II mengangkat dan mencium seorang bayi perempuan. Maka kepala dan dada Paus terlindung. Akhirnya Agca menembak Paus di perut. Namun satu peluru mengenai jari Johanes Paulus II, maka mengubah uratnya. Sesudah menembak, Agca membuang pistolnya dan berusaha melarikan diri, tetapi seorang suster menangkapnya dan berteriak minta bantuan. Segera polisi mengamankan Agca.
                Kita tahu, bahwa Johanes Paulus II tidak mati. Para dokter meluputkan nyawanya. Penembakan terjadi pada tanggal 13 Mei, hari ulang tahun penampakan Bunda Maria di Fatima. Bapa Suci yakin bahwa Maria melindunginya. Maka tanggal 13 Mei 1982 Johanes Paulus II berziarah ke Fatima untuk berterima kasih kepada Bunda Maria. Peluru, yang menembusi badannya, ditempatkan dalam mahkota gambar Maria. Pepatah Polandia mengatakan: Manusia menembak, tetapi Tuhan mengarahkan peluru.
                Stalin pernah bertanya ironis: “Berapa divisi tentara yang dimiliki Vatikan?” Dewasa ini Stallin sudah dilupakan, adikuasa Uni Soviet hilang dari peta dunia, sedangkan ribuan orang setiap hari berziarah ke kubur Beato Johanes Paulus II. “Inilah orang, yang dengan kekuatan imannya menghancurkan komunisme” – kata pemimpin bangsa Tartar, seorang muslim. (Prof. Dr. Josef Glinka, SVD)

1 komentar: