Selasa, 19 Juni 2012

Kenal Lebih Dekat Konsili Vatikan II


 
Talk Show Memperingati 50 Tahun Pembukaan Konsili Vatikan II

Paus Yohanes XXIII pada 11 Oktober 1962 membuka Konsili Vatikan II yang dihadiri 2450 Uskup Gereja Katolik Roma (atau disebut juga Bapa Konsili), 29 pengamat dari 17 Gereja lain, dan para undangan non-Katolik. Konsili Vatikan II merupakan sidang agung yang dihadiri oleh para uskup Gereja Katolik Roma dari seluruh dunia, Konsili ini bertujuan untuk mendukung pertumbuhan iman Katolik dan Pembaharuan Gereja. Tanggal 8 Desember 1965, Paus Paulus VI secara resmi menutup Konsili tersebut. Pada saat penutupannya, Konsili Vatikan II telah menghasilkan 16 (enam belas) dokumen resmi yang secara teologis dan pastoral mengisyaratkan semangat pembaharuan dalam Gereja Katolik.

Pastor Armada Riyanto CM yang tampil bicara pada talk show
Dalam Konsili suci ini dibahas langkah baru Gereja Katolik untuk merenungkan hakikat dan fungsinya di tengah dunia dewasa ini dengan semangat Kristiani sejati. Melalui Konsili suci ini, Gereja Katolik ingin menyatakan perlunya pembaharuan diri agar Gereja dapat melaksanakan panggilan Allah sesuai dengan tuntutan keadaan zaman. Dengan demikian, Konsili ini menggarisbawahi perlunya Gereja menaruh kepedulian kepada seluruh situasi dan semua persoalan yang dihadapi oleh manusia yang hendak diselamatkan Allah dewasa ini.

Kini, 50 (lima puluh) tahun sesudah pembukaan Konsili suci ini, dipertanyakan mengenai perwujudan semangat pembaharuan (aggiomamento) tersebut di dalam Gereja Katolik Indonesia. Sudahkah semangat pembaharuan itu dihayati di dalam paroki-paroki, komunitas-komunitas religius, kelompok-kelompok kategorial dan keuskupan? Lalu manakah hambatan dan peluang untuk mewujudnyatakan semangat pembaharuan tersebut dewasa ini?

Dengan mempelajari amanat beberapa dokumen resmi yang dihasilkan oleh Konsili Vatikan II (KV II) ini, umat Katolik dapat terus menerus mewujudkan semangat pertobatan dan pembaharuan Konsili Vatikan II dalam penghayatan iman mereka setiap hari. Maka Gereja Katolik Paroki Santo Vincentius A Paulo Widodaren, Surabaya memprakarsai peringatan 50 tahun Pembukaan Konsili Vatikan II ini dengan menyelenggarakan Talk Show Konsili Vatikan II bertemakan besar: “Pembaharuan dan Penerapannya” bertempat di Empire Palace, Surabaya, mulai Juni hingga Nopember 2012. Pembukaan talk show ini berlangsung pada Minggu, 10 Juni 2012.

Mengenai Konsili Vatikan

Pastor Prof. Eddy Kristiyanto OFM
Sekitar 500 orang mengikuti kegiatan talk show pembukaan ini yang menampilkan 2 (dua) pembicara utama, yakni: Prof Dr Eddy Kristiyanto OFM (dosen Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta) dan Prof Dr Armada Riyanto CM (Rektor STFT Widya Sasana Malang). Pembicara pertama Pastor Eddy Kristiyanto dalam makalahnya mengenai “Konsili Vatikan II: Latar Belakang Historis, Kultural, Teologisnya, dan Pokok-pokok Pembaruannya” hendak diperlihatkan sejumlah pemandangan yang menyingkapkan sejumlah hal sekitar Konsili Vatikan II, dalam sejumlah kajian mengenai KV II ini, ternyata tuntutan perubahan di dalam Gereja Katolik berasal baik dari dalam maupun dari luar komunitas gerejawi.

Paus Yohanes XXIII dalam masa kepemimpinannya ketika sebagai Uskup Vinetia sangat menekankan (pelayanan) pastoral ini merasakan kesumpekan dalam hidup menggereja. Pada waktu penutupan Doa Persatuan Umat Kristen, secara mengejutkan beliau mengemukakan tiga rencana dasariah selama masa kepemimpinannya, yaitu: memanggil sinode keuskupan Roma, memperbarui Hukum Gereja, dan memanggil konsili ekumenis (hal terakhir inilah yang paling mengejutkan). “Konsili ekumenis terakhir yang tidak pernah ditutup secara formal adalah Konsili Vatikan I (1869-1780), karena serangan pasukan Giuseppe Garibaldi ke jantung kota Roma,” ucap Pastor Eddy. Sudah pasti, pernyataan Yohanes XXIII untuk menyelenggarakan KV II oleh sebagian Uskup dan Teolog dianggap sebagai kesempatan bagus untuk memperbarui Gereja. Sekaligus, melalui KVII ini kiranya akan diperlihatkan relevansi warta kekristenan pada dunia di tengah pergumulan sosial yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Tidak semua orang mendukung gagasan menyelenggarakan KV II oleh sebagian Uskup dan Teolog dianggap sebagai kesempatan bagus untuk memperbarui Gereja. Sekaligus, melalui KV II ini kiranya akan diperlihatkan relevansi warta kekristenan pada dunia di tengah pergumulan sosial yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Tidak semua orang mendukung gagasan Yohanes XXIII, hal itu terlihat pada orang-orang yang mau mempertahankan status quo, pelibatan tokoh-tokoh (dari lingkungan teolog) yang “safe”. Namun sejumlah pihak justru mengangkat peran tokoh-tokoh. Keberhasilan KV II ditandai beberapa hal, yaitu: Pertama, Bapa Suci Yohanes XXIII pad Ekaristi pembukaan KV2 menandaskan dengan sangat jelas maksud KV2 yang ditaruh di bawah istilah aggiornamento, yakni kewajiban dan tugas untuk membawa Gereja up to date (njamani). Yohanes XXIII mengundang Gereja untuk melakukan terobosan lebih dalam ke dunia supaya menghadirkan kebijaksanaannya dalam cara-cara yang dimengerti oleh manusia zaman ini. Beliau juga berbicara tentang perlunya mengganti obat-obat (pengecaman) yang keras dengan obat belahkasih. “Orang-orang Katolik harus belajar untuk menyakinkan sesama mengenai kebenaran iman Katolik,” kata Pastor Eddy. Kedua, di hari pertama KV II ketika dipilih 16 Uskup untuk memimpin setiap komisi konsiliar. Terjadi tekanan (dengan pelbagai cara) untuk memilih uskup-uskup yang telah memimpin komisi-komisi yang mempersiapkan draf. Meski ada manuver-manuver pengendalian konsili, namun akhirnya berhasil membuat jeda untuk masuk dalam kelompok berdasarkan lima bahasa untuk mengajukan kandidat-kandidat mereka. Hasilnya sungguh luar biasa, yakni terwakili secara seimbang dari segi ideologi dan geografis tentang komisi-komisi tersebut. ketiga, bagi banyak Uskup, KV II ini menyediakan suatu kesempatan istimewa bagi mereka untuk melakukan bina lanjut (ongoing formation). Hal itu bisa dipahami karena banyak uskup tidak lagi belajar (buku-buku teks) setelah ditahbiskan menjadi imam. “Banyak faktor lain yang menyumbangkan bagi reorientasi dramatis dari KV II yang mengejutkan dan sering menimbulkan rasa kecewa pada kelompok minoritas Uskup, yang melakukan perlawanan terhadap upaya pembaruan Gereja,” ujar Pastor Eddy.

Sebagai data sampingan, ke-21 konsili menghasilkan 37.727 baris teks. Dari jumlah itu, KV II sendiri menghasilkan 12.179 (sekitar 32%), Konsili Trento menghasilkan 5.637 baris teks. Dengan kata-kata lain, kata Pastor Eddy, KV II menghasilkan dokumen yang paling masif di antara semua dokumen konsili ekumenis. Selain itu, dibandingkan dengan dua Konsili sebelum KV II, diperoleh kesan yang sangat kuat bahwa kedua konsili Ekumenis (Trento dan Vatikan I) memperlihatkan suatu ketepatan konseptual, batasan tentang pendirian dan kesatuan yang tidak mendua. Ini semua tidak dapat ditemukan dalam KV II. Jadi, ada semacam kekurangan dasar filosofis dan teologis yang umum pada dokumen-dokumen KV II. Sedangkan dua konsili sebelumnya mendasarkan diri pada skolastisisme teologis yang memberikan pada setiap konsili suatu kesatuan konkret dan konseptual (kendati terbatas). Sebaliknya, dalam KV II didapatkan sejumlah kutipan Kitab Suci, eksposisi historis, analisis isu-isu kontemporer, kutipan-kutipan konsili-konsili sebelumnya, dan rujukan-rujukan pada teks-teks para Bapa Suci, seperti Pius XII.

Para pembicara talk show dari kiri: Pastor Emmanuel Prasetyono CM (moderator), Pastor Armada Riyanto CM (tengah), dan Pastor Eddy Kristiyanto OFM (kanan), Minggu, 10/6.
Meskipun para konsiliaris memperlihatkan keragaman asal-usul, namun secara objektif persoalan yang dicoba didekati KVII  masih memperilhatkan dominasi Eropa. Kultur Eropa dan terutama masalah-masalah yang disoroti berlatarbelakang Eropa. Selain itu, kultur patriakat masih sangat kental. Hal itu terlihat dalam pemberian peran dan keterbukaan pada partisipasi perempuan dalam muktamar agung ini. Konsili Vatikan II tidak memberikan tanda-tanda adanya breakthrough berkenaan dengan perempuan. Meskipun demikian ada peristiwa-peristiwa yang signifikan, yakni mulai ada perubahan tentang bagimana perempuan-perempuan diterima dan diizinkan untuk berperanserta dalam KV II. Sumbangan KV II yang sangat besar adalah keterbukaan baru dan resmi pada perubahan-perubahan yang diciptakan oleh masyarakat Barat modern dengan prinsip-prinsip demokratik-liberal, termasuk perubahan-perubahan dalam status dan peran perempuan.

Kegembiraan dan pengharapan bagi gereja

Pembicara kedua Pastor Armada Riyanto CM menampilkan materi makalahnya: “Panorama Sejarah Konsili Vatikan II: Kronik, Dokumen, Beriman Dialogal” mengatakan Konsili Vatikan II merupakan Konsili ekumenis ke-21 dalam sejarah Gereja Katolik. Konsili ini telah berlangsung tiga tahun tiga bulan. Sebuah Konsili yang menguras tenaga dan waktu luar biasa. dalam sejarah Gereja, Konsili ekumenis terlama adalah Konsili Trente, yang berlangsung delapan belas tahun (1545-1563). Tetapi, Konsili Vatikan II termasuk konsili di zaman modern yang cukup lama.

Kegembiraan dan Harapan (Gaudium et Spes) adalah nama dokumen yang paling akhir dikerjakan dalam KVII. Dokumen ini memberikan pesona dan tantangan “wajah baru” Gereja Katolik, Gereja Pembaruan Konsili Vatikan II. Setiap pembaharuan hidup Gereja menyiratkan dua karakter: menggembirakan dan memberikan pengharapan. Menggembirakan, sebab hidup tidak lagi seperti yang lama. Memberi harapan, karena langkah baru sekaligus mengandaikan keberanian untuk menghadapi banyak tantangan, dan yang terakhir membutuhkan keberanian, cinta, dan kecerdasan. Sepanjang KVII (1962-1965), terdapat 987 proposed constituting sessions (rangkaian sesi yang membahas proposal aneka dokumen).

Gereja Kegembiraan dan Pengharapan adalah karya Roh Kudus. Roh itu telah menghimpun dan menyatukan putera-puteri Gereja. Tidak disangkal bahwa kesatuan Gereja KV II pun dalam peziarahannya menjumpai luka-luka keterpecahan dan deraan skandal dan kelemahan dari para anggotanya. “Namun, Gereja tetap kukuh memberikan kesaksian tentang pengharapan,” kata Pastor Armada. KV II sempat terhenti karena Paus Yohanes XXIII wafat tanggal 3 Juni 1963. Kardinal Montini (Paulus VI0 terpilih menjadi penerusnya tanggal 21 Juni 1963 dan segera mengumumkan KV II segera dilanjutkan. Tanggal 29 September 1963 Paulus VI dalam pidato pembukaan KV II (sebutlah “tahap” kedua Konsili) mengingatkan para Bapa konsili (Uskup) mengenai natura atau kodrat pastoral dari KV II. Ada empat hal penting yang diingatkan oleh Paulus VI: Kodrat Gereja dan peranan Uskup agar lebih didefinisikan lebih jelas, Pembaharuan hidup Gereja, Pemulihan kesatuan seluruh Gereja, dan Dialog dengan dunia modern.

Menurut Pastor Armada, Kegembiraan dan harapan (Gaudium et Spes) membimbing Gereja Katolik dalam pembaharuan peziarahannya di dunia modern. Tidak sepeerti dokumen-dokumen lainnya, Gaudium et Spes (GS) merupakan dokumen KV II yang ditujukan kepada semua orang, siapa pun. “Kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan manusia-manusia zaman ini, khususnya mereka yang miskin dan menderita, adalah kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan para murid Kristus.” Itulah kalimat pertama sekaligus menjadi dasar pembaharuan Gereja Katolik. Gereja mendeklarasikan diri sebagai Gereja yang solider, empati, sehati, setiakawan dengan mereka yang menderita dan tertindas. GS mengukir perkara-perkara keluhuran martabat manusia, relasi individu dengan societas, perkara ekonomi, kemiskinan, keadilan sosial, kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi dan teknologi dan dialog dan ekumenis. GS menjadi salah satu dokumen dengan rujukan isi yang merangkum banyak perkara dunia modern, dan bagaimana Gereja “memasuki” dunia modern, berdialog dan bekerjasama dengan siapa pun yang berkehendak baik.

Pembinaan iman dan katekese bagi umat

Ketua panitia penyelenggara Pastor Rafael Ishariyanto CM menuturkan bahwa tahun 2012 ini adalah 50 tahun pembukaan Konsili Vatikan II, karena disadari banyak umat terutama bagi generasi muda yang tidak mengenal KV II ini, maka Paroki St. Vincentius A Paulo ini berinisiatif memperkenalkan kembali upaya-upaya pembaharuan KV II ini. Selain memperingati 50 tahun pembukaan KV II ini juga memperkenalkan beberapa dokumen penting dari KV II, diantaranya: Dei Verbum, Kitab Suci, kerasulan awam, lalu apa gereja itu. Panitia telah mempersiapkan kegiatan memperingati 50 tahun Pembukaan Konsili Vatikan II dengan para pembicara yang ahli dibidangnya dan tema-tema (1 tema setiap bulannya) dari bulan Juni hingga Nopember 2012. Tema-tema itu, adalah: Panorama Sejarah Konsili Vatikan II (10 Juni), Kitab Suci dan Wahyu (1 Juli), Umat Allah di Tengah Dunia (5 Agustus), Pembaharuan Liturgi (2 September), Gereja Sebagai Terang Dunia (7 Oktober), dan Kerasulan Awam (4 Nopember).
Pembicara lain yang tampil setelah Prof DR Armada Riyanto CM dan Prof DR Eddy Kristiyanto OFM, yakni: Prof DR H Pidyarto O.Carm (1 Juli), DR L Sutadi Pr (5 Agustus), DR E Martasudjita Pr (2 September), DR Deshi Ramadhani SJ (7 Oktober) dan Prof DR Piet Go O.Carm (4 Nopember).

Sebenarnya Pembukaan Konsili Vatikan II ini pada tanggal 11 Oktober 1962, lalu baru mulai terlaksana pada 8 Desember 1962 dan berakhir pada 8 Desember 1965. Awalnya kegiatan ini, kata Pastor Rafael, diperkirakan tidak mendapat respon dari umat paroki yang ada di kota Surabaya, akan tetapi umat menyambutnya dengan antusias untuk ikut kegiatan ini sehingga panitia sedikit kewalahan mengatasi animo dari umat yang cukup besar ini, yang aman tiket yang disediakan hanya untuk 350 orang saja malah melebihi 500 orang. Tidak ada perhitungan dan target dari panitia untuk kegiatan ini, tetapi bagaimana memberikan pembinaan iman dan katekese yang baik bagi umat.

Konsili Vatikan II, menurut Pastor Rafael, masih relevan diangkat kembali ke permukaan untuk dibahas. Di mana upaya pembaharuan itu tidak bisa otomatis langsung diterapkan, hal ini berhubungan dengan mental orang siap atau tidak siap, misalnya: dialog lintas agama. Di sinilah KV II mengatakan kita harus terbuka dengan semua orang dari berbagai latar belakang dan keyakinan. Panitia berharap bagi umat ikut serta dalam kegiatan ini bisa menangkap pesan dari pembaharuan Konsili Vatikan II ini dan menerapkannya dalam lingkup mereka masing-masing. Diharapkan juga hasil-hasil dari KV II ini bisa diterapkan dan diwujudnyatakan oleh umat/peserta talk show sesuai kapasitas dan lingkupnya masing-masing. (Parulian Tinambunan – Surabaya) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar