Rabu, 27 Juni 2012

Petualangan Nadine Candrawinata


                “Hidup adalah sebuah petualangan”, demikian ungkapan yang mewarnai hidup dan semangat  seorang Nadine Chandrawinata. Selebriti kelahiran Hannover, Jerman, 08 Mei 1984 ini memiliki segudang pengalaman petualangan yang menakjubkan. Petualangan itu berawal dari kiprahnya di dunia entertaintment. Awal mula meniti karir entertaint, Nadine kesulitan mendapat izin orangtua, namun ia tidak putus asa sebab kemauannya untuk mengikuti casting sangat besar. “Sebelum mencoba ke dunia entertaint, saya sempat ga diizinkan. Sampe 2 minggu saya kabur dari rumah. Sebenarnya bukan kabur sih tapi nginap di rumah saudara juga. Namanya juga masa lalu, tetapi ngga melakukan hal yang aneh-aneh. Orangtua tahu saya pergi ke mana, saya butuh sendiri dulu dan orangtua memang lihat, oh anak ini emang serius mau ke dunia entertain. Saya datang dengan sandal jepit, celana pendek dengan rambut acak-acakan. Akhirnya sama Puput dibenarin pake lipstik tapi ga menor, tetap dengan gaya saya gitu. Saya ga mau berubah gitu” Kisah Nadine dalam suatu wawancara dengan sebuah media. “Jadi pertama kali datang Cuma pake celana jeans, baju kaos, sendalnya kayak sepatu sandal gitu. Sama sekali ga make up. Cuma pake bedak doang. Orang mikir ni anak sebenarnya niat ga sih datang ke sini gitu kan?” jelas wanita yang memiliki hobby renang tersebut. Nadine seolah-olah tidak jauh dari karakternya yang tomboy. Sejak SMA, Nadine tidak terlihat feminin bahkan penampilannya terkesan bandel, sehingga ia kerap ditegur oleh gurunya. Nadine sering mengenakan rok super ketat, sehingga beberapa kali ia diperingati oleh gurunya, hingga akhirnya Nadine pun membeli rok panjang ukuran besar. Tanpa disadari, ternyata rok panjang yang ia kenakan hanyalah monopoli belaka.
                “Saya sih cerita aja ke orangtua, karena kita pake rok yang super ketat dan segala macam ya. Kita diskors, yah udah, nikmatin aja kamu. Distrap dari sekolah, pas masuk lagi ke sekolah yah ngga mungkinlah kita beli rok besar semua; akhirnya mama yang panik, ‘kamu jangan sampai diskors lagi di sekolah yah’. Yah biasalah orangtua, akhirnya aku mikir juga nih, ‘yah udah deh aku beli aja rok yang sebesar karung’, extra size…hahahaha…. Jadi setiap kali ada guru penjaga, biasanya ada kontrol. Nah, setiap kali udah lihat itu, ‘ha..ni bentar lagi guru itu mau lewat, pasti teman-teman yang ngasi: ‘wah sebentar lagi ibu ni mau datang’, namanya Ibu Flora. Akhirnya aku keluarin rok yang segede karung, benar-benar gede, mungkin dua orang bisa masuk. Itu aku dobelin, jadi setiap kali dia lewat itu aku dobelin aja. Setelah dia dah lewat yah aku lepasin lagi… saat itu saya selalu lolos karena selalu dobelin rok itu. Teman-teman lain yah kena skors lagi. Maka itu, kita mau berbuat sesuatu yang menantang diri kita… tetapi kita juga harus smart, bagaimana kita harus rajin cari solusinya. Itu keseruannya. Keseruan dalam arti, walaupun badung-badung, nilai tetap kita perhatikan. Lulus semua satu angkatanku. Itu menjadi cerita tersendiri sih… hehe…jadi ga enak hati nih, sorry yah pak guru, bu guru, ga bermaksud…hehehe” sharing Nadine sembari tersipu malu mengisahkan kenangan masa lalunya.
Kejutan dari Sang Ayah
                Popularitas Nadine Chandrawinata, tidak terlepas dari kejutan yang luar biasa dari Sang Ayah, Andi Chandrawinata yang mendaftarkan putri kesayangannya itu secara diam-diam. Ini bermula ketika mahasiswi di London School ini hendak mengikuti kontes kecantikan Putri indonesia. “Waktu itu saya ingin go international untuk modeling. Saya ingin ke Hongkong. Sambil menunggu, ternyata ada formulir Putri Indonesia. Ini juga bisa go international juga, karena menjadi miss universe. Tetapi saya mikir yah kayaknya bukan saya deh… Aku ngga terlalu feminim juga yah. Bukan aku deh gitu!  Akhirnya aku ngga peduliin sebenarnya. Aku tetap fokus ke dunia modeling aja gitu. Sekarang lagi nunggu, tetapi tidak tahu bagaimana, formulir itu terisi oleh ayah saya tanpa sepengetahuan saya. Jadi, ayah saya yang menyuruh saya untuk ke sana ikut putri indonesia gitu. Ayah saya bilang, ‘sambil menunggu ya kamu coba aja ngisi waktu, ikut pembekalan putri Indonesia kan lumayan kalau kamu pingin jalan-jalan ke luar negeri, jalan-jalan ke seluruh daerah yang ada di Indonesia, kamu kan punya teman gitu. Nanti kalau kamu ke Aceh, kamu punya teman, ke Papua ada teman, ke mana-mana kamu aman gitu’” cerita Nadine menirukan pesan Ayahnya sebelum ia mengikuti kontes Putri Indonesia. Niat Nadine tersebut mendapat antusias yang besar dari kedua saudara kembarnya, Marcel dan Mischa Chandrawinata, terutama ketika Nadine menuju kontes dunia,  Miss Universe tahun 2006.
Banyak pengalaman dan kesan menarik yang diperoleh Nadine selama menjadi Putri indonesia. “Selama menjadi putri Indonesia banyak sekali pengalaman. Yang pertama yang saya rasakan adalah saya belajar menjadi lebih feminin..hahaha…. kayaknya ada udang di balik batu deh tujuan dari ayah, saya belajar untuk lebih jadi perempuan dalam arti seperti duduknya lebih rapi,  table manner belajar” ujar  pemeran film Cinta dan Rock’n Roll ini. Prestasinya makin meningkat dengan adanya berbagai kesempatan untuk membintangi film layar lebar. Meskipun banyak tawaran membintangi film, Nadine tetap ingin hidup menurut karakternya sendiri yang sangat menyukai tantangan dengan segala kreativitasnya. Baginya, tantangan itu membuka wawasannya untuk menjadi lebih kreatif mengatasi berbagai persoalan hidup. “Syutingnya itu selalu malam hari dan tantangannya adalah kalau malam hari itu dingin dan selama syuting saya harus mengenakan celana pendek dan baju sobek-sobek, jadi selalu masuk angin. Supaya ga masuk angin saya selalu minum jahe. Itu tantanganku, saya selalu kedinginan. Saya ngga kuat dingin. Di rumahku juga ngga pake AC tidurnya. Tidur pun juga pake kaus kaki” aku Nadine.
Kecantikan dari Alam
Alam semesta begitu menggoda bagi Nadine, dia sangat menyukai berkelana menyambangi nusantara. “Saya senang traveling, saya tidak perlu pura-pura untuk tampil cantik atau, tampil elegan atau apa, dalam traveling, karena dalam traveling pun kita bisa  menemukan kecantikan di alam dan itu mempercantik diri kita sendiri dari dalam. Kita bersyukur dan air muka kita berubah. Kita akan menjadi diri sendiri. Saya bisa menunjukkan bahwa saya bisa menjadi diri sendiri saat traveling, karena inilah saya saat traveling, berpakaian seperti ini. Setiap perempuan memiliki sosok sebagai “putri”, princes yang disayang orangtuanya, sisi keibuannya itu ada. Jadi yang saya cari dari traveling ialah sisi spiritualitas saya” ungkap mantan Putri Indonesia 2005 ini mantap. Nadine pernah hampir mengalami musibah dalam travelingnya, peristiwa yang mengancam maut itu membuka pikirannya untuk memahami alam dan mencintai alam.
“Ada hambatan yang menurut saya cukup ekstrim, namun saya mencoba untuk berpikir positif. Waktu saya ke Wakatobi. Di mana saya terdampar di situ. Memang sih berangkatnya rada sore. Tidak diharuskan untuk berangkat karena ombaknya cukup tinggi, tetapi kita sudah ditunggu, jadi dari Kendari, kita berangkat. Pas di tengah laut karena ombak tinggi, GPS kita kehilangan sinyal dan kita kehilangan arah. Kita semua panik gitu. Tetapi dari situ saya malah berpikir saya bisa banyak belajar karena kita di tengah laut, kapal ngga bisa jalan, nyangkut di karang karena udah bergeser sedikit. Kita hanya berharap ada kapal yang lewat, kita bisa numpang untuk tidur dan menunggu, dan menahan diri dari kelaparan. Tidak ada stok makanan, karena berpikir jalannya hanya 2-3 jam. Ternyata kita terdampar. Cuma ada biskuit saat itu” kisah Nadine. Alam seolah – olah telah menghipnotis Nadine untuk menjadi “Gadis Petualang”. “Kenapa mau terjun di alam bebas. Lebih fokus ke penyu, terumbu karang di bawah laut. Karena aku punya pengalaman, pada saat menyelam  bukan menikmati keindahan karangnya, tetapi mungutin sampah di bawah, terus pada saat di atas juga bukan melihat bukit dan gunung yang indah, tetapi malah terkecoh dengan sampah di permukaan air, itu menjadi gangguan tersendiri buat saya. Jadi fokus saya ingin mengkampanyekan itu, jadi pada saat saya melakukan hobi saya diving, saya mencoba untuk penyuluhan pada daerah itu dan thanks God, pemda dan bupatinya juga mendukung setiap kali Nadine datang ke tempat itu, belajar bersama, sekolah dan pengenalan akan daerahnya, mengusahakan peningkatan daerahnya. Itu tidak gampang kita menyisihkan waktu sehari untuk menggali, mengeksplore daerah itu, mengeluarkan tenaga untuk penyuluhan, diving dari satu titik ke titik yang lain” kisah pemeran film horor Mati Suri, garapan sutradara Rizal Mantovani. Seluruh petualangan hidup Nadine dituangkan dalam bukunya berjudul “Nadrenalin”, mengungkapkan pengalamannya mengambangi berbagai lokasi di beberapa tempat yang dikunjunginya. Nadine ingin menyampaikan pesan bahwa traveling adalah hal yang menyenangkan sekaligus penuh tantangan. Inilah salah satu cita-cita yang telah ia tuntaskan. “saya banyak menulis lagi gitu, ya makanya kemarin, ada buku “Nadrenalin” keluar tentang tulisan saya traveling, itu karena perjalanan saya sekarang ini tentang traveling terus”. “Dari Nadrenalin, saya mencoba men-support anak muda untuk menyadari semangat. Semangat dalam arti bahwa kita bisa mencapai titik itu selama masih di bawah langit. Kita bisa kalau kita mau. Di situ juga saya berpesan bahwa jangan pernah takut untuk keluar rumah dan mencari pengalaman di luar sana, karena di sana banyak sekali ilmu yang kita dapat” ungkap presenter acara musik Mantap ini. Selain menulis, Nadine juga melirik bisnis lain, seperti bisnis Salon Kecantikan. Tujuan utamanya memberi karya dan membuka lapangan kerja bagi orang-orang di sekitarnya. “Sekarang ini saya sedang mencoba bisnis, salon, kemudian saya juga punya majalah gratis, tentang diving sendiri bersama Riani, kemudian di gudang galeri Lantai 2 untuk pameran gratis, di situ juga ada sekolah belajar gratis dengan Anton Ismail dan di sana juga bisa nongkrong dan menggali ilmu tentang dunia fotografi. Saya juga mencoba untuk membuat usaha research bersama adik saya, di Raja Ampat. Susah lho, itu jauh” pungkas Nadine. 
Nadine dan Impian
Ada banyak impian Nadine dalam memaknai hidup dan karyanya. Salah satunya ialah impiannya  untuk membangun sebuah lembaga pendidikan. “Yang belum kesampaian adalah sekolah, belajar. Sekarang ini saya sudah memiliki sekolah alam di beberapa daerah, dengan LSM. Dulunya saya berpikir ingin punya sekolah di mana siapa pun bisa belajar, terutama untuk anak-anak yang kurang mampu. Tetapi tidak segampang itu, jadi saya mengerucutkan itu semua, sekolah alam dan sekolah belajar. Mungkin butuh fokus dulu. Saya masih traveling dulu. Saya menyampingkan itu tetapi tidak menghilangkannya” Ungkap Nadine. Bagi Nadine, selama hidup di dunia, ia tidak akan pernah berhenti berkarya karena rasa puas. “Kalau merasa puas yah, manusia tidak pernah merasa puas. Tetapi kita harus bilang pada diri kita sendiri bahwa kita puas akan kerja keras kita. Karena kalau kita berharap ada orang lain yang bilang: ‘wah kamu hebat ya, kamu sempurna, kamu dah dapat segalanya’, kita ngga pernah puas, kita menunggu itu, ga akan datang. Jadi kita harus berbicara pada diri kita sendiri, kita hargai apa yang sudah kita lakukan: ‘saya puas dengan apa yang saya lakukan’, walaupun hasilnya belum sesuai target tetapi saya puas dengan usaha yang sudah saya keluarkan sebanyak-banyaknya itu. Itulah orang yang produktif” Jelas Nadin yakin. (Anthoni Primus)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar