Senin, 13 Februari 2012

Mengenang Gus Dur


Berbicara mengenai pluralisme di Indonesia tidak lepas dari peran sosok yang paling membanggakan bangsa Indonesia, yakni Abdurrahman Wahid atau populer dengan nama Gus Dur. Semangat pria yang pernah memimpin Indonesia selama kurang lebih 2 tahun tersebut hingga saat ini terus menjiwai generasi pencinta kebhinekaan di Indonesia. Bukan tidak mungkin, hal tersebut dibuktikan oleh sekelompok pemuda yang menamakan dirinya Gerakan Muda Nahdlatul Ulama (GMNU).
                Demi mengenang kiprah tokoh Gus Dur, Minggu, 12 Februari 2012 siang, GMNU mengadakan konvoi Tour of Holy Glory 2012 mengelilingi kota Sidoarjo. Konvoi yang bertemakan Gus Dur Always in My Heart tersebut berjalan begitu tertib tanpa dikawal oleh petugas kepolisian. Ini menjadi suatu contoh yang sangat baik bagi generasi muda Negara ini dalam mengadakan suatu demonstrasi, penting mengedepankan keamanan, kedamaian,  dan ketertiban. 

Cuma mengenang, Cuma ziarah, Cuma rindu pada sosoknya…
Jangan dianggap ada niatan yang lain lho!!
Kami Cuma berusaha untuk selalu mengenang jasanya. Membaca lagi perjuangannya dalam bentuk pengabdian tanpa pamrih terhadap Negara ini.
Kalau ada yang sepakat dan mengakui, kalau Gus Dur seorang kyai, monggo...
Kalau ada yang sepakat dan mengakui kalo Gus Dur seorang presiden, monggo...
Kalau ada yang sepakat dan mengakui, kalo Gus Dur adalah seorang Bapak Pluralis, ya monggo...
Kalo ada yang sepakat dan mengakui kalo Gus Dur adalah seorang demokrat dan agak edan, ya monggo...
Kalo ada yang sepakat dan mengakui kalo Gus Dur bukan siapa-siapa, ya sah-sah saja.
Bagi kami, Gus Dur adalah sebuah tangan yang mampu meraih, merangkai, dan menggandeng tangan-tangan lainnya untuk menyatu dalam keanekaragaman perbedaan.

Demikian penggalan pesan yang diwartakan generasi GMNU ketika dihubungi Anthoni Primus dari Suara Maumere siang itu. Suatu semangat nasionalisme yang patut mendapatkan antusias yang tinggi, terutama di zaman sekarang di mana perbedaan sering menjadi pemicu pertikaian antar sesama manusia. Indonesia sungguh membutuhkan sosok pemimpin yang memiliki jiwa seperti seorang Gus Dur.(Antoni Primus/Sidoarjo)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar