"Ledalero
kirim yang terbaik"
Di usianya yang
ke-75, Pater Paulus Budi Kleden, SVD, seorang dosen dan teolog muda Ledalero
terpilih sebagai anggota Dewan Jenderal di Roma. Dalam sejarah Ledalero, Budi
Kleden adalah orang ketiga dari Ledalero yang terpilih sebagai anggota dewan
Jenderal. Sebelumnya Pater Hendrick Heekeren, SVD (1978-1988), seorang dosen
Kitab Suci Ledalero berkebangsaan Belanda dan menyusul Pater Leo Kleden, SVD
(2000).
"Kita memang
kehilangan seorang dosen yang terbaik. Para mahasiswa tentu kecewa, tetapi kita
selalu mengirimkan yang terbaik untuk kebutuhan serikat," demikian Leo
Kleden, Provinsial SVD Ende ketika menyampaikan sambutannya saat resepesi pesta
intan Ledalero.
Lebih dari dua ratus
imam hadir dalam perayaan puncak intan Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero pada
Sabtu (8/9/2012). Ekaristi yang berlangsung di Aula St. Thomas Aquinas Ledalero
itu dipimpin oleh Rektor Ledalero, P. Kletus Hekong, SVD didampingi provinsial
SVD Ende dan Vikjen keuskupan Maumere.
Dalam kata pengantarnya,
ketika membuka perayaan ini, Rektor Ledalero mengatakan bahwa merayakan ulang
tahun berarti merayakan kehidupan.
"Dalam nada penuh syukur seminari ini merayakan kehidupan yang telah
dimulai sejak 75 tahun silam,"
demikian kata Pater Kletus Hekong, SVD.
|
Pater Paul Budi Kleden, SVD |
"Sebagai sebuah seminari terbesar dalam SVD bahkan dalam gereja Katolik, Seminari ini telah
menjadi rahim yang mengandung dan melahirkan; ibu yang telah menghidupkan para imam dan awam
yang tangguh," imbuh Kletus
Hekong.
Bertepatan dengan perayaan
intan Seminari Tinggi tertua di regio Nusa Tenggara ini, hadir pula ratusan
misionaris Serikat Sabda Allah (SVD) yang bekerja baik di dalam maupun luar
negeri serta wakil para alumni awam.
Sementara itu, Pater Paul Budi Kleden, SVD dalam khotbahnya mengatakan Ledalero yang dahulunya bukit angker
dan dijauhi oleh masyarakat sekitar justru telah memikat hati anak-anak muda.
"Sebagai
panti pendidikan, bukit ini
membantu agar para frater mampu mengambil keputusan yang tepat, entah diutus
sebagai awam yang menggarami dunia dalam beragam bidang karya, atau dikirim
sebagai misionaris ke berbagai penjuru dunia yang pantulkan cahaya dan gemakan warta kesetiaan Allah," demikian Budi
Kleden.
Perayaan intan
Ledalero ini sekaligus menjadi momen untuk menyampaikan rasa bangga bagi yang sukses,
mengungkapkan keprihatinan kepada yang salah arah, dan meneguhkan yang
kecapaian di medan karya.
"Sebagai almamater, bukit ini selalu
memanggil para alumni, awam dan imam, untuk menyegarkan komitmen dan membaharui tekad bersama agar di mana dan
kapan saja kita tetap menjadi Ledalero, menjadi bukit yang memancarkan terang
dan menggemakan suara Tuhan," imbuh Budi Kleden.
Di akhir perayaan ekaristi Pater provinsial SVD
Ende membacakan benuming (penempatan) pertama tujuh belas orang frater yang
berkaul kekal dan tiga orang diakon yang sedang berpraktik di Keuskupan
Maumere. Dari keduapuluh misionaris muda ini enam belas orang dikirim ke luar
negeri dan hanya lima orang yang bekerja di Indonesia.
Hadir pula dalam perayaan ini para pimpinan biara,
anggota DPR RI, Bpk. Melkhias
Markus Mekeng dan Bpk. Yosef Nai Soi, anggota DPR Provinsi, Bpk. Kristo Blasin,
Bupati dan Wakil Bupati Sikka serta para alumni dan anggota komunitas Seminari Tinggi Ledalero. Perayaan ekaristi menampilkan juga
nuansa inkulturatif dengan menghadirkan tarian-tarian daerah dan doa umat dalam
beberapa bahasa daerah di NTT. (
Yuven Fernandez)
________________________________________________________________________________
Umat merasa memiliki Ledalero
Dalam sejarahnya Ledalero pernah melewati
masa-masa krisis yang berat. Tahun 1942, baru lima tahun sesudah Seminari ini
berdiri Seminari ini dijarah tentara Jepang dan para pastor Belanda ditawan.
Tahun 1978 pemerintah Indonesia membatasi masuknya misionaris asing. Tahun 1992
Ledalero diguncang gempa. Namun, Ledalero terbukti berhasil melewati masa-masa
sulit ini.
“Ketika misionaris
dibatasi pada tahun 1978 reaksi umat sangat positif. Umat ambil tanggung jawab
dan panggilan imam bertumbuh subur.
Tahun 1992 gempa bumi hancurkan Ledalero, tetapi itu menjadi saat membaharui
sistem formasi dari sistem sentral ke sistem unit-unit," terang Leo Kleden
dalam sambutannya.
Saat ini Ledalero
tengah mengalami krisis keuangan tetapi reaksi umat sangat positif. "Bukan
hanya di Flores tapi sampai di Jawa umat merasa sangat memiliki Ledalero,"
demikian Leo Kleden.
"Dalam sejarah
gereja tidak ada satu biara pun yang ditutup karena krisis finansial. Biara itu
mati karena para anggota tidak menghayati kharisma dan panggilan dasar
tarekatnya secara konsekuen,” tegas Pater Leo Kleden, SVD, Provinsial SVD Ende saat
resepsi perayaan intan 75 Tahun Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero.
Seminari tinggi
Ledalero merekam jejak sejarah pendidikan yang penting di bumi Flores. Flores
yang jauh tidak diperhitungkan oleh bangsa kolonial dalam peta kekuasaan
Belanda waktu itu, namun Flores yang saat itu termasuk dalam kepulauan Sunda
Kecil diperhitungkan oleh para misionaris Belanda. "Jawa penting karena
tanahnya subur dan menjadi pusat kolonialisme, demikian pun Sumatra dan
Kalimantan, tetapi Flores? Sebetulnya tidak ada harapan sama sekali,"
demikian Leo Kleden.
"Coba bayangkan,
sudah sejak tahun 1926, para misionaris mulai berpikir untuk memulai sebuah
seminari di Sikka-Lela. Itu artinya, mereka mau supaya orang-orang kita menjadi
sama dengan mereka. Dan ini adalah suatu tanda sejarah yang luar biasa,"
kata Leo Kleden.
"Konon, ketika
dua seminaris angkatan pertama, Pater Karel Kale Bale, SVD dan Pater Gabriel
Manek, SVD ditahbiskan imam Pater Frans Cornelissen, SVD, guru mereka,
berteriak seperti orang gila karena rasa tidak percaya."
Menurut Leo Kleden,
dengan adanya pendidikan calon imam dan tahbisan imam pribumi ini menjadi satu
tanda sejarah yang mebangkitkan rasa percaya diri masyarakat kita.
_________________________________________________________________________________
Frater
pesantren bawa grup kasidah
Resepsi bersama di
aula Seminari Tinggi Ledalero diisi beragam acara. Tampil pula pada kesempatan
ini grup kasidah dari pesantren Wali Songo Ende.
Kehadiran siswa-siswi
pesantren ini sudah menarik perhatian para tamu dan undangan sejak awal
perayaan ekaristi. Yosef Nai Soi, anggota DPR RI ketika memberikan sambutannya
mengapresiasi kehadiran para siswa pesantren ini. "Ledalero sudah
menunjukkan keterbukaan dan toleransi dalam hidup bermasyarakat bagi agamaku,
bagimu agamamu," demikian Nai Soi mengutip ayat-ayat Alquran.
Grup kasidah ini dibawa
oleh frater Baltasar Asa, SVD yang sedang berpraktik di pesantren tersebut.
Sejak tahun 1997 hingga kini Ledalero masih terus mengirim fraternya untuk
berpraktik pada pesantren tersebut.
Hal tersebut bisa
dilihat sebagai salah satu bentuk penerapan dari ilmu yang telah diperoleh di
ruang kuliah. Sebab dalam perkuliahan di Ledalero, para frater juga dibekali
dengan mata kuliah ilmu perbandingan agama dan Islamologi yang diasuh oleh P.
Dr. Philipus Tule, SVD.
Tampil pula pada kesempatan tersebut tarian
tradisional Hegong dari siswa-siswi SDI Gere. Perayan syukur ini ditutup dengan
penyerahan hadiah bagi para pemenang lomba kuis Kitab Suci antar Sekolah dasar
dan Sepak Bola Mini. Kuis Kitab Suci dimenangkan oleh SDI Gere sedangkan Sepak
Bola mini dimenangkan oleh SDK Wairpelit.