Talk Show Memperingati
50 Tahun Pembukaan Konsili Vatikan II
Paus Yohanes XXIII pada 11 Oktober 1962 membuka Konsili Vatikan II yang
dihadiri 2450 Uskup Gereja Katolik Roma (atau disebut juga Bapa Konsili), 29
pengamat dari 17 Gereja lain, dan para undangan non-Katolik. Konsili Vatikan II
merupakan sidang agung yang dihadiri oleh para uskup Gereja Katolik Roma dari
seluruh dunia, Konsili ini bertujuan untuk mendukung pertumbuhan iman Katolik
dan Pembaharuan Gereja. Tanggal 8 Desember 1965, Paus Paulus VI secara resmi
menutup Konsili tersebut. Pada saat penutupannya, Konsili Vatikan II telah
menghasilkan 16 (enam belas) dokumen resmi yang secara teologis dan pastoral
mengisyaratkan semangat pembaharuan dalam Gereja Katolik.
|
Pastor Armada Riyanto CM yang tampil bicara pada talk show |
Dalam Konsili suci ini dibahas langkah baru Gereja Katolik untuk
merenungkan hakikat dan fungsinya di tengah dunia dewasa ini dengan semangat
Kristiani sejati. Melalui Konsili suci ini, Gereja Katolik ingin menyatakan
perlunya pembaharuan diri agar Gereja dapat melaksanakan panggilan Allah sesuai
dengan tuntutan keadaan zaman. Dengan demikian, Konsili ini menggarisbawahi
perlunya Gereja menaruh kepedulian kepada seluruh situasi dan semua persoalan
yang dihadapi oleh manusia yang hendak diselamatkan Allah dewasa ini.
Kini, 50 (lima puluh) tahun sesudah pembukaan Konsili suci ini,
dipertanyakan mengenai perwujudan semangat pembaharuan (aggiomamento) tersebut di dalam Gereja Katolik Indonesia. Sudahkah
semangat pembaharuan itu dihayati di dalam paroki-paroki, komunitas-komunitas
religius, kelompok-kelompok kategorial dan keuskupan? Lalu manakah hambatan dan
peluang untuk mewujudnyatakan semangat pembaharuan tersebut dewasa ini?
Dengan mempelajari amanat beberapa dokumen resmi yang dihasilkan oleh
Konsili Vatikan II (KV II) ini, umat Katolik dapat terus menerus mewujudkan
semangat pertobatan dan pembaharuan Konsili Vatikan II dalam penghayatan iman
mereka setiap hari. Maka Gereja Katolik Paroki Santo Vincentius A Paulo
Widodaren, Surabaya memprakarsai peringatan 50 tahun Pembukaan Konsili Vatikan
II ini dengan menyelenggarakan Talk Show Konsili Vatikan II bertemakan besar:
“Pembaharuan dan Penerapannya” bertempat di Empire Palace, Surabaya, mulai Juni
hingga Nopember 2012. Pembukaan talk show ini berlangsung pada Minggu, 10 Juni
2012.
Mengenai Konsili Vatikan
|
Pastor Prof. Eddy Kristiyanto OFM |
Sekitar 500 orang mengikuti kegiatan talk show pembukaan ini yang
menampilkan 2 (dua) pembicara utama, yakni: Prof Dr Eddy Kristiyanto OFM (dosen
Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta) dan Prof Dr Armada Riyanto CM
(Rektor STFT Widya Sasana Malang). Pembicara pertama Pastor Eddy Kristiyanto
dalam makalahnya mengenai “Konsili Vatikan II: Latar Belakang Historis,
Kultural, Teologisnya, dan Pokok-pokok Pembaruannya” hendak diperlihatkan
sejumlah pemandangan yang menyingkapkan sejumlah hal sekitar Konsili Vatikan
II, dalam sejumlah kajian mengenai KV II ini, ternyata tuntutan perubahan di
dalam Gereja Katolik berasal baik dari dalam maupun dari luar komunitas
gerejawi.
Paus Yohanes XXIII dalam masa kepemimpinannya ketika sebagai Uskup Vinetia
sangat menekankan (pelayanan) pastoral ini merasakan kesumpekan dalam hidup
menggereja. Pada waktu penutupan Doa Persatuan Umat Kristen, secara mengejutkan
beliau mengemukakan tiga rencana dasariah selama masa kepemimpinannya, yaitu:
memanggil sinode keuskupan Roma, memperbarui Hukum Gereja, dan memanggil
konsili ekumenis (hal terakhir inilah yang paling mengejutkan). “Konsili
ekumenis terakhir yang tidak pernah ditutup secara formal adalah Konsili
Vatikan I (1869-1780), karena serangan pasukan Giuseppe Garibaldi ke jantung
kota Roma,” ucap Pastor Eddy. Sudah pasti, pernyataan Yohanes XXIII untuk
menyelenggarakan KV II oleh sebagian Uskup dan Teolog dianggap sebagai
kesempatan bagus untuk memperbarui Gereja. Sekaligus, melalui KVII ini kiranya
akan diperlihatkan relevansi warta kekristenan pada dunia di tengah pergumulan
sosial yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Tidak semua orang mendukung gagasan menyelenggarakan KV II oleh sebagian
Uskup dan Teolog dianggap sebagai kesempatan bagus untuk memperbarui Gereja.
Sekaligus, melalui KV II ini kiranya akan diperlihatkan relevansi warta
kekristenan pada dunia di tengah pergumulan sosial yang belum pernah terjadi
sebelumnya.
Tidak semua orang mendukung gagasan Yohanes XXIII, hal itu terlihat pada
orang-orang yang mau mempertahankan status quo, pelibatan tokoh-tokoh (dari
lingkungan teolog) yang “safe”. Namun sejumlah pihak justru mengangkat peran
tokoh-tokoh. Keberhasilan KV II ditandai beberapa hal, yaitu: Pertama, Bapa
Suci Yohanes XXIII pad Ekaristi pembukaan KV2 menandaskan dengan sangat jelas
maksud KV2 yang ditaruh di bawah istilah aggiornamento, yakni kewajiban dan
tugas untuk membawa Gereja up to date (njamani). Yohanes XXIII mengundang
Gereja untuk melakukan terobosan lebih dalam ke dunia supaya menghadirkan
kebijaksanaannya dalam cara-cara yang dimengerti oleh manusia zaman ini. Beliau
juga berbicara tentang perlunya mengganti obat-obat (pengecaman) yang keras
dengan obat belahkasih. “Orang-orang Katolik harus belajar untuk menyakinkan
sesama mengenai kebenaran iman Katolik,” kata Pastor Eddy. Kedua, di hari
pertama KV II ketika dipilih 16 Uskup untuk memimpin setiap komisi konsiliar.
Terjadi tekanan (dengan pelbagai cara) untuk memilih uskup-uskup yang telah memimpin
komisi-komisi yang mempersiapkan draf. Meski ada manuver-manuver pengendalian
konsili, namun akhirnya berhasil membuat jeda untuk masuk dalam kelompok
berdasarkan lima bahasa untuk mengajukan kandidat-kandidat mereka. Hasilnya
sungguh luar biasa, yakni terwakili secara seimbang dari segi ideologi dan
geografis tentang komisi-komisi tersebut. ketiga, bagi banyak Uskup, KV II ini
menyediakan suatu kesempatan istimewa bagi mereka untuk melakukan bina lanjut
(ongoing formation). Hal itu bisa dipahami karena banyak uskup tidak lagi
belajar (buku-buku teks) setelah ditahbiskan menjadi imam. “Banyak faktor lain
yang menyumbangkan bagi reorientasi dramatis dari KV II yang mengejutkan dan
sering menimbulkan rasa kecewa pada kelompok minoritas Uskup, yang melakukan
perlawanan terhadap upaya pembaruan Gereja,” ujar Pastor Eddy.
Sebagai data sampingan, ke-21 konsili menghasilkan 37.727 baris teks. Dari
jumlah itu, KV II sendiri menghasilkan 12.179 (sekitar 32%), Konsili Trento
menghasilkan 5.637 baris teks. Dengan kata-kata lain, kata Pastor Eddy, KV II
menghasilkan dokumen yang paling masif di antara semua dokumen konsili
ekumenis. Selain itu, dibandingkan dengan dua Konsili sebelum KV II, diperoleh
kesan yang sangat kuat bahwa kedua konsili Ekumenis (Trento dan Vatikan I)
memperlihatkan suatu ketepatan konseptual, batasan tentang pendirian dan
kesatuan yang tidak mendua. Ini semua tidak dapat ditemukan dalam KV II. Jadi,
ada semacam kekurangan dasar filosofis dan teologis yang umum pada
dokumen-dokumen KV II. Sedangkan dua konsili sebelumnya mendasarkan diri pada
skolastisisme teologis yang memberikan pada setiap konsili suatu kesatuan
konkret dan konseptual (kendati terbatas). Sebaliknya, dalam KV II didapatkan
sejumlah kutipan Kitab Suci, eksposisi historis, analisis isu-isu kontemporer,
kutipan-kutipan konsili-konsili sebelumnya, dan rujukan-rujukan pada teks-teks
para Bapa Suci, seperti Pius XII.
|
Para pembicara talk show dari kiri:
Pastor Emmanuel Prasetyono CM (moderator), Pastor Armada Riyanto CM (tengah),
dan Pastor Eddy Kristiyanto OFM (kanan), Minggu, 10/6. |
Meskipun para konsiliaris memperlihatkan keragaman asal-usul, namun secara
objektif persoalan yang dicoba didekati KVII masih memperilhatkan dominasi Eropa. Kultur
Eropa dan terutama masalah-masalah yang disoroti berlatarbelakang Eropa. Selain
itu, kultur patriakat masih sangat kental. Hal itu terlihat dalam pemberian
peran dan keterbukaan pada partisipasi perempuan dalam muktamar agung ini.
Konsili Vatikan II tidak memberikan tanda-tanda adanya breakthrough berkenaan
dengan perempuan. Meskipun demikian ada peristiwa-peristiwa yang signifikan,
yakni mulai ada perubahan tentang bagimana perempuan-perempuan diterima dan diizinkan
untuk berperanserta dalam KV II. Sumbangan KV II yang sangat besar adalah
keterbukaan baru dan resmi pada perubahan-perubahan yang diciptakan oleh
masyarakat Barat modern dengan prinsip-prinsip demokratik-liberal, termasuk
perubahan-perubahan dalam status dan peran perempuan.
Kegembiraan dan pengharapan bagi
gereja
Pembicara kedua Pastor Armada Riyanto CM menampilkan materi makalahnya:
“Panorama Sejarah Konsili Vatikan II: Kronik, Dokumen, Beriman Dialogal”
mengatakan Konsili Vatikan II merupakan Konsili ekumenis ke-21 dalam sejarah
Gereja Katolik. Konsili ini telah berlangsung tiga tahun tiga bulan. Sebuah
Konsili yang menguras tenaga dan waktu luar biasa. dalam sejarah Gereja,
Konsili ekumenis terlama adalah Konsili Trente, yang berlangsung delapan belas
tahun (1545-1563). Tetapi, Konsili Vatikan II termasuk konsili di zaman modern
yang cukup lama.
Kegembiraan dan Harapan (Gaudium et Spes) adalah nama dokumen yang paling
akhir dikerjakan dalam KVII. Dokumen ini memberikan pesona dan tantangan “wajah
baru” Gereja Katolik, Gereja Pembaruan Konsili Vatikan II. Setiap pembaharuan
hidup Gereja menyiratkan dua karakter: menggembirakan dan memberikan
pengharapan. Menggembirakan, sebab hidup tidak lagi seperti yang lama. Memberi
harapan, karena langkah baru sekaligus mengandaikan keberanian untuk menghadapi
banyak tantangan, dan yang terakhir membutuhkan keberanian, cinta, dan
kecerdasan. Sepanjang KVII (1962-1965), terdapat 987 proposed constituting
sessions (rangkaian sesi yang membahas proposal aneka dokumen).
Gereja Kegembiraan dan Pengharapan adalah karya Roh Kudus. Roh itu telah
menghimpun dan menyatukan putera-puteri Gereja. Tidak disangkal bahwa kesatuan
Gereja KV II pun dalam peziarahannya menjumpai luka-luka keterpecahan dan
deraan skandal dan kelemahan dari para anggotanya. “Namun, Gereja tetap kukuh
memberikan kesaksian tentang pengharapan,” kata Pastor Armada. KV II sempat
terhenti karena Paus Yohanes XXIII wafat tanggal 3 Juni 1963. Kardinal Montini
(Paulus VI0 terpilih menjadi penerusnya tanggal 21 Juni 1963 dan segera
mengumumkan KV II segera dilanjutkan. Tanggal 29 September 1963 Paulus VI dalam
pidato pembukaan KV II (sebutlah “tahap” kedua Konsili) mengingatkan para Bapa
konsili (Uskup) mengenai natura atau kodrat pastoral dari KV II. Ada empat hal
penting yang diingatkan oleh Paulus VI: Kodrat Gereja dan peranan Uskup agar
lebih didefinisikan lebih jelas, Pembaharuan hidup Gereja, Pemulihan kesatuan
seluruh Gereja, dan Dialog dengan dunia modern.
Menurut Pastor Armada, Kegembiraan dan harapan (Gaudium et Spes) membimbing
Gereja Katolik dalam pembaharuan peziarahannya di dunia modern. Tidak sepeerti
dokumen-dokumen lainnya, Gaudium et Spes (GS) merupakan dokumen KV II yang
ditujukan kepada semua orang, siapa pun. “Kegembiraan dan harapan, duka dan
kecemasan manusia-manusia zaman ini, khususnya mereka yang miskin dan
menderita, adalah kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan para murid
Kristus.” Itulah kalimat pertama sekaligus menjadi dasar pembaharuan Gereja
Katolik. Gereja mendeklarasikan diri sebagai Gereja yang solider, empati,
sehati, setiakawan dengan mereka yang menderita dan tertindas. GS mengukir
perkara-perkara keluhuran martabat manusia, relasi individu dengan societas,
perkara ekonomi, kemiskinan, keadilan sosial, kebudayaan, ilmu pengetahuan dan
teknologi dan teknologi dan dialog dan ekumenis. GS menjadi salah satu dokumen
dengan rujukan isi yang merangkum banyak perkara dunia modern, dan bagaimana
Gereja “memasuki” dunia modern, berdialog dan bekerjasama dengan siapa pun yang
berkehendak baik.
Pembinaan iman dan katekese bagi
umat
Ketua panitia penyelenggara Pastor Rafael Ishariyanto CM menuturkan bahwa
tahun 2012 ini adalah 50 tahun pembukaan Konsili Vatikan II, karena disadari
banyak umat terutama bagi generasi muda yang tidak mengenal KV II ini, maka
Paroki St. Vincentius A Paulo ini berinisiatif memperkenalkan kembali
upaya-upaya pembaharuan KV II ini. Selain memperingati 50 tahun pembukaan KV II
ini juga memperkenalkan beberapa dokumen penting dari KV II, diantaranya: Dei
Verbum, Kitab Suci, kerasulan awam, lalu apa gereja itu. Panitia telah
mempersiapkan kegiatan memperingati 50 tahun Pembukaan Konsili Vatikan II
dengan para pembicara yang ahli dibidangnya dan tema-tema (1 tema setiap bulannya)
dari bulan Juni hingga Nopember 2012. Tema-tema itu, adalah: Panorama Sejarah
Konsili Vatikan II (10 Juni), Kitab Suci dan Wahyu (1 Juli), Umat Allah di
Tengah Dunia (5 Agustus), Pembaharuan Liturgi (2 September), Gereja Sebagai
Terang Dunia (7 Oktober), dan Kerasulan Awam (4 Nopember).
Pembicara lain yang tampil setelah Prof DR Armada Riyanto CM dan Prof DR
Eddy Kristiyanto OFM, yakni: Prof DR H Pidyarto O.Carm (1 Juli), DR L Sutadi Pr
(5 Agustus), DR E Martasudjita Pr (2 September), DR Deshi Ramadhani SJ (7
Oktober) dan Prof DR Piet Go O.Carm (4 Nopember).
Sebenarnya Pembukaan Konsili Vatikan II ini pada tanggal 11 Oktober 1962,
lalu baru mulai terlaksana pada 8 Desember 1962 dan berakhir pada 8 Desember
1965. Awalnya kegiatan ini, kata Pastor Rafael, diperkirakan tidak mendapat
respon dari umat paroki yang ada di kota Surabaya, akan tetapi umat
menyambutnya dengan antusias untuk ikut kegiatan ini sehingga panitia sedikit
kewalahan mengatasi animo dari umat yang cukup besar ini, yang aman tiket yang
disediakan hanya untuk 350 orang saja malah melebihi 500 orang. Tidak ada
perhitungan dan target dari panitia untuk kegiatan ini, tetapi bagaimana
memberikan pembinaan iman dan katekese yang baik bagi umat.
Konsili Vatikan II, menurut Pastor Rafael, masih relevan diangkat kembali
ke permukaan untuk dibahas. Di mana upaya pembaharuan itu tidak bisa otomatis
langsung diterapkan, hal ini berhubungan dengan mental orang siap atau tidak
siap, misalnya: dialog lintas agama. Di sinilah KV II mengatakan kita harus terbuka
dengan semua orang dari berbagai latar belakang dan keyakinan. Panitia berharap
bagi umat ikut serta dalam kegiatan ini bisa menangkap pesan dari pembaharuan
Konsili Vatikan II ini dan menerapkannya dalam lingkup mereka masing-masing.
Diharapkan juga hasil-hasil dari KV II ini bisa diterapkan dan diwujudnyatakan
oleh umat/peserta talk show sesuai kapasitas dan lingkupnya masing-masing. (Parulian Tinambunan – Surabaya)