Sabtu 15 September lalu, Paus Benediktus XVI bertemu dengan
kaum muda dari Libanon dan dari berbagai wilayah di Timur Tengah. Kapanpun Paus
bertemu dengan orang muda, ada dua kata yang mewarnai tujuan perjumpaan
tersebut, yakni “Harapan” dan “masa depan”.
Kata-kata itu menggema dan secara khusus menjadi tanda dan kekuatan
sebagaimana konteks situasi kekerasan dan pertikaian yang terjadi terhadap umat
Muslim dan Kristen di Timur Tengah. Paus
Benediktus XVI mengajak kaum muda agar sadar akan situasi frustrasi dan
kesulitan, dan serius menghadapi tantangan
kurangnya keamanan dan pengangguran yang telah menjadi bagian dari dunia ini. Ia
mengingatkan mereka bahwa di sini Yesus lahir dan kekristenan pun berkembang.
Paus mengatakan bahwa kaum muda adalah masa depan bangsa. “Jadilah pelengkap
yang terbuka bagi yang lain, bahkan kepada mereka yang memiliki perbedaan
budaya, agama dan bangsa. Hormatilah mereka, jadikan mereka baik, inilah revolusi
kebenaran dari Cinta!”ungkap Paus. Lebih lanjut Benediktus XVI menambahkan,
“katakan kepada keluargamu, sahabat-sahabatmu untuk kembali ke rumah bahwa aku tidak melupakan mereka...bahwa aku turut merasakan penderitaan dan dukacitamu”. “Pada saat ini kaum muslim dan Kristen hadir
bersama untuk meletakkan dan mengakhiri kekerasan dan perang”. (Antony/News.Va)
Senin, 17 September 2012
Kunjungan Apostolik Paus Benediktus XVI di Libanon 14-16 September, "Damai kuberikan bagimu"
Hari ini 14 September Paus Benediktus XVI telah tiba di kota Beirut di
Libanon dalam rangka kunjungan apostolik ke Tanah Kohabitasi itu. Bapa
Suci telah diterima oleh Presiden Michel Sleiman, seorang beriman
Katolik Maronit, di bandara internasional Rafiq Hariri.
Pada kunjungan apostoliknya yang ke-24, Paus akan berada di Libanon sampai hari Minggu.
Dalam percakapannya dengan para wartawan di dalam pesawat, Paus berbicara mengenai perang di Siria dan mengatakan, "Eksportasi senjata ke Siria harus dihentikan....karena tanpa importasi senjata perang akan berhenti. Lebih baik mengimpor ide-ide perdamaian, kreativitas dan kasih kepada sesama".
Tentang "revolusi Arab" yang tengah berkembang, Paus mengatakan bahwa "itu tentu saja adalah hal yang positif untuk menyatakan keinginan akan demokrasi, kebebasan dan keinginan akan kepastian identitas Arab, namun, sejarah tentang revolusi -tegas Paus- mengajarkan kita bahwa selalu ada bahaya yang melahirkan kebencian, oleh karena itulah kita harus sedapat mungkin mengusahakan agar kebebasan itu berada di jalan yang benar".
Paus menambahkan, "Fundamentalisme adalah sebuah pemalsuan agama-agama karena Allah mengundang manusia untuk menciptakan perdamaian di dunia dan adalah tugas umat manusia di dunia untuk menciptakan perdamaian. Pada rupa sesama kita menghormati rupa Allah".
"Kita masing-masing diciptakan serupa dengan Allah, kita harus saling menghormati dan menghormati rupa Allah dalam diri sesama, kita harus membawa pesan mendasar melawan kekerasan, yang merupakan pemalsuan dari Iman dan membawa sebuah pesan pembersihan batin menuju kepada rekonsiliasi dan perdamaian".
Di dalam pidatonya hari ini di bandara Rafiq Hariri, Paus mengatakan di hadapan para pejabat tinggi pemerintahan dan keagamaan Libanon, "Kohabitasi yang baik di seluruh wilayah Libanon harus menunjukkan kepada semua negara di Timur Tengah dan dunia bahwa di dalam sebuah negara dapat hadir sebuah kerjasama yang baik antara beberapa jenis Gereja yang semuanya menjadi bagian di dalam Gereja Katolik yang satu, di dalam semangat kebersamaan bersaudara dengan umat Kristen lainnya, dan sekaligus kohabitasi dan dialog yang baik antara umat Kristen dan umat bersaudara dari agama-agama lain".
Sementara itu, Perdana Menteri Libanon, Najib Miqati mengartikan kunjungan Paus Benediktus XVI ke Libanon sebagai kunjungan bersejarah. "Bapa Suci memilih negara kami dalam kunjungan apostoliknya karena merasa yakin akan peranan Libanon bagi wilayah di mana kami berada dan bagi dunia". Miqati melanjutkan, "Libanon memiliki pengalaman yang unik sebagai negara yang telah dan tetap akan menjadi titik pertemuan dan interaksi di antara peradaban dan budaya dan sebagai contoh yang baik dari kohabitasi antara umat Muslim dan Kristen".
Sedangkan bagi Patriark Bechara Boutros Rai, "sosok Paus Benediktus mengalirkan ketenangan dan perdamaian di dalam hati, dan pesan yang akan disampaikannya bersama dengan prinsip-prinsip perdamaian akan dihargai tidak hanya oleh umat Kristen tetapi juga oleh umat Muslim". Katanya, "Umat Muslim sungguh-sungguh merasa antusias akan kunjungan Paus".
Pastor Samir Khalil Samir, seorang ahli Islam yang tinggal di Beirut mengatakan kunjungan Bapa Suci ke Libanon adalah sebuah "tanda perdamaian".
Perdana Menteri Miqati telah memutuskan untuk menetapkan hari Sabtu esok sebagai Pesta Nasional, untuk menyambut Paus Benediktus XVI dalam kunjungan apostoliknya ke Negara Buah Limau itu. (Shirley Hadisandjaja Mandelli-Milano, Italia)
Pada kunjungan apostoliknya yang ke-24, Paus akan berada di Libanon sampai hari Minggu.
Dalam percakapannya dengan para wartawan di dalam pesawat, Paus berbicara mengenai perang di Siria dan mengatakan, "Eksportasi senjata ke Siria harus dihentikan....karena tanpa importasi senjata perang akan berhenti. Lebih baik mengimpor ide-ide perdamaian, kreativitas dan kasih kepada sesama".
Tentang "revolusi Arab" yang tengah berkembang, Paus mengatakan bahwa "itu tentu saja adalah hal yang positif untuk menyatakan keinginan akan demokrasi, kebebasan dan keinginan akan kepastian identitas Arab, namun, sejarah tentang revolusi -tegas Paus- mengajarkan kita bahwa selalu ada bahaya yang melahirkan kebencian, oleh karena itulah kita harus sedapat mungkin mengusahakan agar kebebasan itu berada di jalan yang benar".
Paus menambahkan, "Fundamentalisme adalah sebuah pemalsuan agama-agama karena Allah mengundang manusia untuk menciptakan perdamaian di dunia dan adalah tugas umat manusia di dunia untuk menciptakan perdamaian. Pada rupa sesama kita menghormati rupa Allah".
"Kita masing-masing diciptakan serupa dengan Allah, kita harus saling menghormati dan menghormati rupa Allah dalam diri sesama, kita harus membawa pesan mendasar melawan kekerasan, yang merupakan pemalsuan dari Iman dan membawa sebuah pesan pembersihan batin menuju kepada rekonsiliasi dan perdamaian".
Di dalam pidatonya hari ini di bandara Rafiq Hariri, Paus mengatakan di hadapan para pejabat tinggi pemerintahan dan keagamaan Libanon, "Kohabitasi yang baik di seluruh wilayah Libanon harus menunjukkan kepada semua negara di Timur Tengah dan dunia bahwa di dalam sebuah negara dapat hadir sebuah kerjasama yang baik antara beberapa jenis Gereja yang semuanya menjadi bagian di dalam Gereja Katolik yang satu, di dalam semangat kebersamaan bersaudara dengan umat Kristen lainnya, dan sekaligus kohabitasi dan dialog yang baik antara umat Kristen dan umat bersaudara dari agama-agama lain".
Sementara itu, Perdana Menteri Libanon, Najib Miqati mengartikan kunjungan Paus Benediktus XVI ke Libanon sebagai kunjungan bersejarah. "Bapa Suci memilih negara kami dalam kunjungan apostoliknya karena merasa yakin akan peranan Libanon bagi wilayah di mana kami berada dan bagi dunia". Miqati melanjutkan, "Libanon memiliki pengalaman yang unik sebagai negara yang telah dan tetap akan menjadi titik pertemuan dan interaksi di antara peradaban dan budaya dan sebagai contoh yang baik dari kohabitasi antara umat Muslim dan Kristen".
Sedangkan bagi Patriark Bechara Boutros Rai, "sosok Paus Benediktus mengalirkan ketenangan dan perdamaian di dalam hati, dan pesan yang akan disampaikannya bersama dengan prinsip-prinsip perdamaian akan dihargai tidak hanya oleh umat Kristen tetapi juga oleh umat Muslim". Katanya, "Umat Muslim sungguh-sungguh merasa antusias akan kunjungan Paus".
Pastor Samir Khalil Samir, seorang ahli Islam yang tinggal di Beirut mengatakan kunjungan Bapa Suci ke Libanon adalah sebuah "tanda perdamaian".
Perdana Menteri Miqati telah memutuskan untuk menetapkan hari Sabtu esok sebagai Pesta Nasional, untuk menyambut Paus Benediktus XVI dalam kunjungan apostoliknya ke Negara Buah Limau itu. (Shirley Hadisandjaja Mandelli-Milano, Italia)
Minggu, 02 September 2012
Sekilas Tentang Kardinal Carlo Martini, SJ
Kardinal Carlo Maria Martini, S.J |
Kardinal Carlo Maria Martini, S.J., mantan
uskup Milan meninggal pada Jumat sore, 31 Agustus 2012 waktu Italia, setelah
lama mengalami penyakit Parkinson. Ia berusia 85 Tahun. Dalam sebuah telegram
kepada Kardinal Angelo Scola, Uskup Milan saat ini, Paus Benediktus XVI
menyampaikan rasa dukanya atas wafatnya Kardinal Martini, seorang yang baik
hati dalam pelayanan akan Injil dan Gereja. Paus menyebut Kardinal Martini
telah bertahun-tahun melayani sebagai “seorang
guru, seorang ahli Kitab Suci dan rektor kedua yang dikasihi di
Universitas Kepausan Gregorian dan pada Institut Kitab Suci Kepausan”. Paus
memuji Kardinal Martini sebagai “seorang uskup yang bijaksana dan cerdas dari keuskupan Ambrosian”.
Lahir di Turin, Italia tahun 1927, Kardinal
Martini bergabung dengan Serikat Jesus tahun 1944 ketika usianya 17 tahun.
Delapan tahun kemudian ia ditahbiskan imam tahun 1952. Sebagai seorang sarjana Kitab Suci terkenal,
Kardinal Martini melayani sebagai Dekan Fakultas Kitab Suci pada Institut Kitab
Suci Kepausan. Tahun 1969 ia menjadi Rektor di institut tersebut, sebuah posisi
yang diembannya hingga tahun 1978 kemudian ia dipilih menjadi Rektor pada
universitas Kepausan gregorian. Sebagai seorang ahli ia menulis secara
ekstensif topik-topik Kitab Suci dan juga tentang spiritualitas Ignasian.
Tahun 1979, mendiang Paus Yohanes Paulus II mengangkat Kardinal Martini untuk menjabat sebagai Uskup Milan. Ia adalah salah seorang uskup yang cukup lama mengemban tugas sebagai uskup, lebih dari 20 tahun. Direktur the Holy See's Press office, P. Federico Lombardi, seorang Jesuit, mengatakan wafatnya Kardinal Martini merupakan suatu peristiwa yang sangat mengundang emosional bahkan bagi umat Katolik di Milan. “Dengan kata-katanya, melalui tulisan-tulisannya, inovasi-inovasi pastoral inisiatif, Kardinal Martini mampu secara efektif membimbing umat kepada iman, dan dan mewartakannya kepada orang-orang dalam zaman ini” ungkap P. Lombardi. (Anthoni Primus/news.Va)
Tahun 1979, mendiang Paus Yohanes Paulus II mengangkat Kardinal Martini untuk menjabat sebagai Uskup Milan. Ia adalah salah seorang uskup yang cukup lama mengemban tugas sebagai uskup, lebih dari 20 tahun. Direktur the Holy See's Press office, P. Federico Lombardi, seorang Jesuit, mengatakan wafatnya Kardinal Martini merupakan suatu peristiwa yang sangat mengundang emosional bahkan bagi umat Katolik di Milan. “Dengan kata-katanya, melalui tulisan-tulisannya, inovasi-inovasi pastoral inisiatif, Kardinal Martini mampu secara efektif membimbing umat kepada iman, dan dan mewartakannya kepada orang-orang dalam zaman ini” ungkap P. Lombardi. (Anthoni Primus/news.Va)
Kardinal Carlo Maria Martini, SJ Wafat
Cardinal Carlo Maria Martini, SJ. |
Akhir Agustus, Gereja Katolik kembali
dikejutkan dengan meninggalnya seorang Kardinal yang cukup terkenal dalam
sejarah Gereja, Cardinal Carlo Maria Martini, SJ.
Jenazah Cardinal Carlo Maria Martini, SJ. di Katedral Milan |
Cardinal Carlo Maria Martini, SJ, wafat pada
hari Jumat, 31 Agustus kemarin dalam usianya yang ke-85, setelah dalam waktu
yang lama berjuang melawan penyakit parkinson. Jenazah Kardinal yang akrab
disapa Kardinal Martini disemayamkan di Katedral Milan dimana semua kalayak
dapat memberikan penghormatan yang terakhir bagi sang Kardinal, Ahli Kitab Suci tersebut.
Misa pemakamannya akan dilaksanakan pada hari Senin, 3 September pkl. 16.00 waktu Italia di Katedral Milan. Kardinal martini Masuk Serikat Jesus tahun 1944. Kardinal yang menjadi Uskup Milan ini ditahbiskan menjadi imam pada 13 juli 1952. Beliau juga adalah seorang dosen Kitab Suci di Institut Kitab Suci Kepausan dan sebagai Rektor di Universitas Kepausan Gregorian dimana banyak mahasiswa dari kalangan para imam di Indonesia menamatkan studi Teologi dan Filsafat.
Misa pemakamannya akan dilaksanakan pada hari Senin, 3 September pkl. 16.00 waktu Italia di Katedral Milan. Kardinal martini Masuk Serikat Jesus tahun 1944. Kardinal yang menjadi Uskup Milan ini ditahbiskan menjadi imam pada 13 juli 1952. Beliau juga adalah seorang dosen Kitab Suci di Institut Kitab Suci Kepausan dan sebagai Rektor di Universitas Kepausan Gregorian dimana banyak mahasiswa dari kalangan para imam di Indonesia menamatkan studi Teologi dan Filsafat.
Kardinal Martini dipilih menggantikan Kardinal
Giovanni Colombo sebagai Uskup Agung Milan tahun 1980. Sesudah itu tahun 1983 Kardinal Martini diangkat
sebagai Kardinal dan terus melayani di Keuskupan Milan hingga mengundurkan diri
pada tahun 2002. Selama 6 tahun pertama
pengunduran dirinya, dia melanjutkan studi Kitab Sucinya di Tanah Suci, sebelum
akhirnya penyakit menggerogoti kesehatannya dan kembali ke rumah Jesuit di Gallarate,
Italia, dimana beliau memulai studi filsafatnya lebih dari 6 dekade. Kontribusi
Kardinal Martini sangat besar dalam pewartaan Sabda Tuhan. Kardinal Martini
sangat komitmen terhadap latihan rohani St. Ignatius Loyola.
Bapa Suci Benediktus XV menyampaikan rasa
dukacita yang mendalamnya melalui telegram. Paus juga menyampaikan rasa terima
kasih yang besar atar ajaran yang luar biasa dari seorang putra Jesuit, seorang
dosen Kitab Suci yang sangat termashur, serta seorang Rektor terbaik di
Universitas Kepausan Gregorian dan Institut Kitab Suci Kepausan. “Saya ingat
juga kompetensi dan pelayanan yang sungguh-sungguh Kardinal Martini terhadap
Sabda Allah, selalu mengajak komunitas Gereja untuk menghormati Kitab Suci,
khususnya melalui promosi Lectio Divina. Aku mengucapkan doa yang mendalam
kepada Tuhan, dengan perantaraan Perawan Maria, semoga Kardinal diterima di
sisi-Nya dan masuk ke dalam Yerusalem Surgawi; dan bagi semua yang berkabung
atas kematiannya, saya menyampaikan berkat Apostolik!” ujar Bapa Suci
Benediktus XVI via telegram. (Anthoni
Primus/news.Va)
Selasa, 28 Agustus 2012
PERAK IMAMAT
Ribuan umat menghadiri perayaan syukur perak imamat
Romo Gerardus Janur, Pr di lapangan bola kaki dekat Kapela kampung Barang,
paroki Beamese Kecamatan Cibal, Mangarai, 27 Juli 2012. Perayaan 25 tahun
ziarah imamat Vikep Ruteng ini dipadukan dengan perayaan intan (60) tahun
pernikahan orang tuanya, Bapak Yosef Nalas (Yosesf) dan Mama Yuliana Pisang
(Ana).
Ribuan umat datang dari berbagai tempat dan paroki
guna menghadiri syukur yang dipimpin Vikjen Keuskupan Ruteng, Romo Laurens
Sopang, Pater Dr. Huber Muda, SVD dan puluhan imam. Wakil bupati Deno kamelus ,
para pejabat, biarawan-biarawati, utusan dari paroki-paroki yang pernah menjadi
tempat pelayanan Romo Geradus juga dari
beberapa sekolah di bawah asuhannya.
Pater Huber dalam khotbahnya mengatakan, perayaan 25
tahun imamat dan 60 tahun pernikahan adalah momentum penting dalam perjalanan
manusia baik sebagai imam maupun dalam
kehidupan berkeluarga. Perjalanan panjang para yubilaris menandakan kesetiaan
dan penyertaan Tuhan yang tak pernah berhenti dalam karya dan pengabdian baik
sebagai imam maupun dalam hidup berkeluarga.
“Peristiwa
besar kita rayakan sekarang ini. Apa
yang terjadi pada romo Gerardus dan orang tuanya adalah bukti kebesaran Tuhan
dalam membimbing umatNya.Romo Gerardus, Bapa Yosef dan Mama Ana telah
memberikan teladan untuk kita semua. Hal
yang diteladani adalah tentang bagaimana
mengisi hidup dengan karya-karya nyata
yang tidak saja bermanfaat bagi pribadi,
tetapi juga bagi orang banyak,” katanya.
Vikjen
Romo Laurens Sopang menyatakan terima kasih kepada orang tua dan keluarga yang
merelakan anaknya untuk bekerja di ladang Tuhan. Apa yang terjadi pada keluarga
ini mengingatkan juga semua keluarga katholik untuk selalu menumbuhkan semangat
panggilan, terutama pada anak-anaknya. Di tengah dunia yang membutuhkan banyak
panggilan, kehadiran para pekerja sangat dibutuhkan. Dan kepada semua keluarga
yang hadir Vikjen meminta, “ Jangan Lupa Berdoa Untuk Para Imam, Untuk
Kami-kami ini,” pintanya dengan nada keras.
Romo
Gerardus Janur yang ditabiskan imam 25 tahun lalu, mengatakan, dirinya pernah
bekerja di paroki Pateng-Rego, Paroki Beokina,paroki Cancar dan Paroki Kuwu;
Sejak 5 tahun lalu Uskup Ruteng memberi saya satu tugas lagi Ketua SUKMA (
Sekolah Umat Katolik Manggarai) sampai sekarang.Dalam perjelanan tersebut,
dirinya tidak saja memberikan pelayanan rohani, membangun sarana air bersih,
membuka jalan raya, promosi kesehatan ibu dan anak, promosi tenun ikat pertanian
ekologis dan arisan. Semua bisa berjalan karena selalu bekerja sama dengan
umat, pemerintah dan LSM-LSM dalam dan luar negeri.
“Saya
berterima kasih atas semuanya itu. Terima kasih telah mendukung perjalanan
imamat saya hingga 25 tahun ini dan seterusnya. Karya pastoral saya bisa
berjalan karena bantuan dan dukungan
semua, termasuk kalangan LSM’ katanya.
Wabup
Manggarai Deno Kamelus menyatakan banyak hal telah dilakukan Romo Gerardus selama 25 tahun.Karyanya tidak saja untuk
gereja,tetapi juga untuk pembangunan di wilayah Manggarai. Karya nyata tersebut
telah dirasakan dan sulit untuk dilupakan
umat yang pernah dilayaninya.
“Peristiwa hari ini, saya nilai langka. Perak imamat
anak bisa dirayakan dengan perayaan intan pernikahan orang tua. Dari momen ini,
banyak yang kita pelajari. Kesetiaan akan panggilan dan kepasrahan pada Tuhan
atas hadup dan karya sehari-hari,” katanya.(John Madu)
Langganan:
Postingan (Atom)