Senin, 05 Desember 2011

Parenting seminar



“Panduan Praktis Mengasuh Sendiri
Anak usia 0-36 Bulan”


            Anak, merupakan salah satu tujuan perkawinan dan keluarga, namun apakah anak-anak sudah pasti menjadi tujuan? Apa yang dimaksud dengan pernyataan anak-anak sebagai tujuan? Sebagai tujuan, anak-anak perlu menjadi prioritas perhatian dalam keluarga. Kenyataan dewasa ini, tidak sedikit anak-anak yang tidak dapat berkembang secara baik dalam keluarga. Kesulitan yang sering ditemukan ialah pola pengasuhan yang keliru sejak anak usia dini, terutama bagi keluarga-keluarga yang cenderung memiliki banyak kesibukan di luar rumah. Kenyataan tersebut menggugah keprihatinan Maria Veronica Suzie Sugijokanto untuk menggelar “Parenting seminar’ yang bertajuk “Panduan Praktis Mengasuh Sendiri Anak usia 0-36 Bulan” pada 6 November lalu, di Chatolic Center Surabaya.
“Saya prihatin melihat semakin banyaknya bisnis-bisnis yang mengeksploitasi bayi dan para orangtua tidak sadar akan hal itu. Sehingga saya memberi sharing dan pengertian kepada orangtua untuk tidak mudah tergiur dengan program-program yang mengatasnamakan bayi misalnya Baby Spa, Baby Swim, Baby Yoga, Baby School. Saya berpikir mungkin orangtua kurang pengetahuan yang cukup dalam mengasuh bayinya sendiri, sehingga akhirnya cari cara yang paling cepat dan gampang yaitu diserahkan ke lambaga-lembaga tersebut. Misalnya Baby Massage/Baby Spa yang sekarang lagi menjamur. Menurut International Association of Baby Massage (IBMA), pijat bayi yang benar itu selain bertujuan untuk melancarkan peredaran darah dan alasan-alasan sejenis, yang penting adalah agar terjalin kedekatan emosional/hubungan batin yang erat antara orangtua dan bayi. Nah disini, yang aneh.... Pijat bayi dilakukan oleh seorang terapis. Apa kita mau anak kita lebih akrab dengan terapis atau dengan orangtua sendiri? Seorang instruktur (bukan terapis) bertujuan memberikan pengarahan gerakan-gerakan baby massage yang benar dalam suatu kelas. Tapi yang melakukan tetap orangtua sendiri” ungkap wanita yang bekerja sebagai Motivational Trainer pada Surabaya Life Education ini kepada Majalah keluarga Kana. Istri dari  Andreas Theofilus Suwanto Prayogo tersebut menambahkan bahwa tujuan utama seminar ini ialah membangkitkan semangat dan memberi pengetahuan khususnya kepada orangtua muda cara menstimulasi bayinya sendiri demi tumbuh kembangnya yang optimal.

Memahami Tahap-Tahap Perkembangan Bayi
            Seminar yang dijadwalkan mulai pukul 09.00 sampai 13.00 tersebut banyak mengupas tentang tahap-tahap perkembangan bayi sejak usia 0-36 bulan. Perkembangan bayi yang demikian meliputi perkembangan emosi sosial, perkembangan audio visual, Gross Motor, Fine Motor, perkembangan bahasa, kemampuan membaca dan kemampuan berpikir (Cognitive development). Menurut Maria Veronica Suzie Sugijokanto, mengikuti tahap-tahap perkembangan anak merupakan salah satu upaya menciptakan kedekatan batin antara orangtua dan anak, khususnya ibu. Kedekatan itu membantu orangtua untuk dapat memahami dan mengembangkan karakter pribadi anak. “Anak jangan dipaksa, tetapi ikutilah perkembangan anak, dan jika anak salah melangkah, orangtua tidak boleh memarahinya, tetapi menuntun dengan penuh kasih sayang. Orangtua harus membuka diri dan menjadi teman yang baik”, ujar  wanita yang akrab disapa Suzie. Ia menjelaskan betapa orangtua perlu memiliki kesabaran yang luar biasa, dan terutama rasa cinta bahwa anak adalah anugerah dari TUHAN.  Untuk itu orangtua perlu mempersiapkan sarana-sarana bermain yang sesuai dan aman bagi anak dalam mengungkapkan emosinya. Permainan-permainan yang dapat merangsang perkembangannya, terutama saraf motorik halus dan kasar, serta kemampuan kognitif.
            Seorang anak tumbuh dan berkembang dalam kebiasaan, maka menanamkan kebiasaan kepada anak harus terus-menerus dan konsisten. Terutama ketika anak berusia 12-24 bulan (Toddler), usia dimana anak mudah meniru apa yang dilihatnya. Perilaku anak cenderung aktif dan sangat membutuhkan kehangatan kasih orangtua. Wanita kelahiran Surabaya, 19 Agustus 1975 ini menyarankan agar ketika anak usia 3 tahun pertama jangan dibiasakan dengan televisi. Tanamkan kasih sayang selalu dan latih ia mandiri, seperti makan sendiri.

Orangtua Ideal
Pada kesempatan yang berbeda, sarjana Diploma in Business Studies dari The London School of Public Relations, Jakarta ini mengungkapkan bagaimana menjadi orangtua ideal. “Setidaknya kita berusaha yang terbaik untuk anak kita. Memberikan cinta sejak awal hidupnya, agar dapat tumbuh menjadi manusia dewasa yang sehat, beriman, mandiri, cerdas dan berkarakter baik. Semua karakter yang kita miliki sebagian besar karena pengaruh lingkungan sekitar misalnya pengaruh teman-teman dan pengalaman hidup. Tapi sebagian besar karena pembentukan sejak dini. Oleh karena itu saya mengajak masyarakat sekarang untuk mengubah pola pikir bahwa bila anak itu tumbuh bermasalah, jangan tuding anak. Tapi mari berkaca pada diri sendiri, karena pasti ada yang salah dengan cara kita mendidik dan membesarkannya. Cara orangtua yang selalu mencaci-maki anak sebagai anak nakal, anak tidak tahu berbalas budi, anak kurang ajar, harus dihilangkan. Anak yang tidak tahu balas budi terhadap orangtua, karena anak itu tidak ada kedekatan emosional terhadap orangtua sejak muda. Mungkin ketika muda, pengasuhan anak lebih banyak diserahkan ke baby sitter” aku Suzie.
            Lebih lanjut, wanita yang menikah di Gereja Katolik St. Yakobus Surabaya pada 10 Desember 2009 lalu ini membeberkan kelemahan orangtua umumnya yang cenderung menyibukkan diri dengan berbagai urusannya. Banyak orangtua sekarang yang tidak mau repot, sehingga mudah mengambil pilihan-pilihan yang mudah dan instant. Seperti misalnya memberi makanan padat untuk bayi dengan bubur bayi yang banyak beredar dipasaran. Padahal seharusnya menurut para pediatrics di Amerika makanan untuk bayi yang baru disapih seharusnya dibuat sendiri dari bahan-bahan alami tanpa tambahan gula, garam dan bahan pengawet lainnya. Negara kita ini kaya akan sumber daya alamnya, mengapa generasi muda kita harus mengkonsumsi bahan-bahan sintetis? Kedua, banyak orangtua di sini yang bermaksud menyayangi anak. Tapi sebenarnya itu memanjakan anak dan merusak mentalnya. Misalnya dengan menyuap makanan sepanjang jalan. Tidak terpikir apakah debu jalanan menjadikan makanan untuk bayi tidak higienis? Sudah saatnya membiasakan bayi selama dia bisa duduk, untuk duduk sendiri pada saat makan bersama keluarga. Tanpa TV. Agar anak mempunyai kesempatan untuk belajar menyuapi makan bagi dirinya sendiri. Dengan demikian diharapkan anak tumbuh dengan sikap mandiri dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri” kata Suzie ketika dihubungi Majalah Keluarga Kana.
            Seminar yang dihadiri sebagian besar dari kalangan wanita ini diakhiri dengan makan siang bersama. Semua peserta begitu antusiasme menyambut sajian seminar yang begitu bermanfaat bagi keluarga. Antusiasme ditunjukan terutama dalam sesion tanya jawab bersama. Harapan Maria Veronica Suzie Sugijokanto sendiri  agar orangtua lebih jeli dan kritis memilih sarana yang dibutuhkan untuk perkembangan anak. “Agar orang tua senantiasa selalu berpikir kritis, apakah banyaknya fasilitas dan berbagai tawaran kemudahan saat ini sesuai dengan kebutuhan bayi anda, dan apakah berguna. Daripada membuang uang, mengapa tidak dilakukan sendiri. Memang ini merepotkan, tapi hasil kedepannya akan jauh lebih baik”. Beliau berpesan agar orangtua harus sudah mempersiapkan kebutuhan anak-anak sejak dini. “Sejak awal mungkin, persiapkan semuanya. Mulai persiapan batin, bahwa saat ini perhatian dan waktu bakal lebih tersita untuk anak. Usahakan agar nutrisi bayi dari bahan-bahan alami. Mulai dari persiapan gizi yang baik untuk kebutuhan menyusui sejak hamil, Inisiasi Menyusui Dini (IMD), sampai kepada proses penyapihan yang penuh dengan kesabaran karena harus menghadapi penolakan dan adaptasi bayi terhadap makanan baru serta kreatifitas orangtua dalam menyajikan rasa makanan bertekstur lembut. Baru kemudian bertekstur agak sedikit kasar sampai benar-benar mampu makan makanan padat. Kedua, ini yang penting. Jangan pernah memberikan tontonan TV atau layar komputer pada anak pada usia 3 tahun pertama. Karena akan membuat kecenderungan anak nantinya akan duduk mematung berjam-jam di depan TV dan komputer. Biasanya orangtua mengeluh kalau anaknya sudah tergila-gila dengan game online dan internet. Tanpa disadari bukankah ini hasil dari memberikan tayangan TV terlalu dini pada anak? Biarkan usia 3 tahun pertama ini menjadikan kesempatan untuknya berinteraksi dengan orangtua dan keluarga” pungkas Suzie menutupi bincang-bincang dengan Majalah keluarga Kana. (Primus-Kana)

Sabtu, 22 Oktober 2011

Seorang wanita meninggal akibat aborsi paksa

Women’s Rights Without Frontiers and China Aid telah mendapat informasi bahwa pada 12 Oktober 2011, seorang wanita meninggal saat aborsi paksa. Dia sedang hamil enam bulan, lapor Independent Catholic News.
Jihong Ma dari daerah Lijing di Provinsi Shandong ditangkap oleh Petugas Keluarga Berencana untuk melakukan aborsi paksa. Ia  melanggar Kebijakan Satu Anak. Ia dipasang oksigen.
Menurut seorang anggota keluarga: “Lebih dari sepuluh orang dari Biro Keluarga Bencana datang, melepaskan masker oksigen dari wanita itu dan membujuknya untuk melakukan induksi persalinan. Ketika dia dimasukkan ke ruang operasi pada pukul 16:00, tidak ada berita tentang dia. . . Pada malam hari sekitar 10:00, seseorang datang, membuka pintu ruang tersebut dan menyelinap pergi.
Kami berlari ke ruang operasi dan para dokter dan perawat semua menghilang sementara tubuh Jihong Ma sudah benar-benar dingin dan kaku dengan bibir berwarna ungu dan hidung berdarah, sambil berbaring di meja operasi tanpa gerakan apapun. . .
Putri Jihong Ma belum tahu bahwa ibunya sudah meninggal. Dia menangis mencari ibunya setiap hari. ”
Reggie Littlejohn, ketua Women’s Rights Without Frontiers, menyatakan: “Hati kami sedih dengan keluarga Jihong Ma, yang adalah istri, ibu atau putri mereka.
Kebijakan aborsi yang memaksa kejam dan barbar di Cina menyebabkan banyak kekerasan terhadap perempuan dan gadis daripada kebijakan resmi lainnya di negeri itu. Ini merupakan bentuk perang Cina terhadap perempuan dan gadis.
Wanita secara paksa melakukan aborsi hingga kehamilan sembilan bulan. Aborsi paksa bukanlah suatu pilihan. Ini adalah perkosaan resmi pemerintah. ”
Sumber: Woman reportedly dies during forced abortion

Senin, 10 Oktober 2011

Fenomena Menarik! Penampakan 'Yesus' di Solo Setelah Bom Bunuh Diri di Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Kepunton

SOLO (JATENG) - Sebuah fenomena penampakan yang dianggap sebagai Tuhan Yesus ramai diperbincangkan dalam group Blackberry Messenger beberapa hari ini. Penampakan tersebut terjadi di kota Solo, Jawa Tengah dan berhasil diabadikan oleh salah seorang warga Solo yang tidak sengaja melihat peristiwa itu.

Dilansir dari Suara Pembaruan, foto yang diambil oleh warga Solo pada Rabu, (05/10/2011) ini. adalah sebuah gambar unik yaitu cahaya matahari yang menerobos awan.

Hasilnya dari cahaya tersebut tampak seperti gambar Yesus Kristus berkilau cahaya, persis seperti gambar 'Yesus yang naik ke Surga', seperti yang lazim digambarkan pada hari Paskah.

Dalam teksnya, gambar tersebut diambil di Solo Jawa Tengah pada Selasa, (04/10/2011) siang dan diambil melalui Blackberry. Gambarnya memang tidak terlalu besar karena resolusinya kecil. Tetapi "Yesus yang Naik ke Surga itu" tampak jelas di belakang tiang-tiang listrik. Foto ini ramai dikomentari di grup BBM. Komentar itu antara lain, "Puji Tuhan, Solo diberkati."

Peristiwa ini terjadi hanya beberapa hari setelah aksi bom bunuh diri di Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Kepunton Solo yang menewaskan dua orang yaitu pelaku bom bunuh diri itu sendiri dan melukai sejumlah orang lainnya (SuaraPembaruan).

Sabtu, 08 Oktober 2011

Grand Final Pemilihan Puteri Indonesia XVI/2011


Jakarta, 7 October 2011 – Yayasan Puteri Indonesia (YPI) kembali menggelar Malam Grand Final Pemilihan Puteri Indonesia (PPI) XVI/2011, bertema “Wujudkan Cintamu pada Negeri Melalui Apresiasimu dan Penggunaan Produk Indonesia " di Plenary Hall, Jakarta Convention Center. Setelah melalui 10 hari masa karantina di hotel Ritz Carlton Jakarta, 38 finalis dari 33 propinsi akan segera mengetahui siapa yang berhasil meraih mahkota berlapis Emas Putih PLG serta bertaburkan batu-batuan alam dan mutiara Indonesia. Malam Grand Final PPI 2011 ini akan dihadiri tamu istimewa, yaitu Miss Universe 2011, Leila Lopes dari Angola.


Gelar yang diperebutkan oleh kontestan dari seluruh penjuru tanah air, antara lain : Puteri Indonesia 2011, Runner Up 1 (Puteri Indonesia Lingkungan 2011), Runner Up 2 (Puteri Indonesia Pariwisata 2011), Puteri Indonesia Persahabatan, Puteri Indonesia Berbakat, Puteri Indonesia Favorit, Puteri Indonesia Favorit Kepulauan (Sumatera ; Jawa ; Kalimantan; Sulawesi; Bali, NTT, NTB ; Indonesia Timur), dan Puteri Indonesia Intelegensia (I, II, III) yang akan mendapatkan beasiswa pendidikan Strata (S1) dan Pascasarjana (S2) dari Universitas Indonesia. Pemilihan berdasarkan polling sms terbanyak dilakukan untuk Puteri Indonesia Favorit (ketik PPI(spasi)NAMA PROPINSI) dan Puteri Indonesia Kepulauan Favorit (ketik PPIK(spasi) NAMA PROPINSI) kemudian kirim ke 7288 (tarif 2000/sms).

Juri yang akan memberikan penilaian antara lain : Bernada Sukma Harahap (Ketua Umum DPP ASITA), Fira Basuki, MA (Editor in Chief Cosmopolitan Indonesia Magazine), Artika Sari Devi (Puteri Indonesia 2004), Dr. Triyadi (Direktur Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Dirjen Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan Sosial), Drg. Ida Suselo Wulan, MM (Deputi Bidang Pengarusutamaan Gender Bid. Politik, Sosial, Hukum Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak), Achirina Soetjitro (Direktur Strategi Pengembangan Bisnis Dan Manajemen Risiko PT. Garuda Indonesia), Amir Husein (General Manager PT. Mustika Ratu), Nurul Arifin (Anggota DPR RI), Rusian Prijadi Ph.D (Ketua Departemen Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia), dan Erwin Aksa (Ketua Umum BPP HIPMI).

Para finalis Puteri Indonesia 2011 malam ini tampil cantik dengan cocktail dress dari cocktail dress dari Parang kencana saat opening, Gaun malam cantik dari Hian Tjen, Imelda Kartini, dan Albert Yanuar, untuk finalis yang masuk 10 besar akan mengunakan rancangan gaun malam dari Barly Asmara, kebaya anggun dari Intan Avantie untuk finalis yang masuk 5 besar dan Anne Avantie untuk finalis yang masuk ke 3 besar.  Selain itu, busana para finalis didukung oleh sepatu dari Bellagio, aksesoris dari Emas Putih PLG dari PT. Hartono Wiratanik, Elizabeth Wahyu, dan Jewel of Eden juga dipercantik oleh tata rias wajah dan rambut dari tim artistik Moor’s Professional Make Up Mustika Ratu.

Terwujudnya kegiatan ini tidak lepas dari dukungan para sponsor, di antaranya Mustika Ratu, Mustika Puteri, Indosiar, Yamaha, Garuda Indonesia, Proton, Ritz Carlton Mega Kuningan, Nexian, Bigen Prominous Color, Tikma Photography, Hard Rock Cafe, Hotel Sheraton Mustika Yogyakarta, Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Mooryati Soedibyo (LPPMS) dan Taman Sari Royal Heritage Spa, serta official Media Partners yaitu Indosiar, Suara Pembaruan, Kompas, Koran Jakarta, Media Indonesia, Indopos, Cosmopolitan, Spice, Kartini, Grazia, Cleo, Elshinta, Wanita Indonesia, Kapanlagi.com, Kaskus, kompas.com, detik.com, 101.4 Trax FM.

Pemenang Puteri Indonesia 2011, Runner Up 1, Runner Up 2 akan meraih kesempatan untuk berprestasi di ajang internasional, yaitu Miss Universe, Miss International, dan Miss Asia Pacific International Pageant. Acara turut dimeriahkan oleh penampilan Bunga Citra Lestari, Eka Deli, Yovie Nuno, Christopher Abimanyu dan diiringi oleh Dian Hp Orchestra serta MC Melanie Putria, Nadya Mulya dan Choki Sitohang.

Public Relations
Yayasan Puteri Indonesia
Tel/ Fax : 021-8306754 / 021-830-6603
www.puteri-indonesia.com

Minggu, 25 September 2011

PEMERINTAH KABUPATEN BELU MENGGANDENG KEUSKUPAN ATAMBUA MEMBERANTAS KEMISKINAN


Hampir genap empat tahun sudah Pemerintah Kabupaten Belu menggandeng Keuskupan Atambua untuk menggalang kerja sama kemitraan lintas sektor memerangi kemiskinan melalui budaya kerja keras, cerdas, tuntas dan ikhlas. Kerja sama itu terutama untuk merubah pola pikir (mind-set) masyarakat dan umat bahwa untuk mencapai masyarakat yang sejahtera lahir batin tidak bisa hanya mengandalkan kemampuan bekerja sendiri. Menurut Bupati Belu, Drs. Joachim Lopez, “kita tidak bisa terus-menerus hidup dalam ego-sectoral, seolah-olah hanya kita sendiri yang bisa membangun masyarakat. Pada hal kita tahu bahwa Gereja dalam hal ini, Keuskupan memiliki pengaruh yang besar terhadap masyarakat. Mengapa kita tidak mau bermitra? Apakah dengan bermitra wibawa kita sebagai pemerintah turun? Maka sudah saatnya kita bertobat dan memulai kerja sama yang baik untuk membawa masyarakat yang adalah umat agar semakin lebih baik hidupnya”.
            Hal tersebut diungkapkan Bupati Kabupaten Belu pada acara Rekoleksi Bersama para Pejabat Pemerintah Eselon II yang dipimpin langsung oleh Uskup Atambua, Mgr. Dr. Dominikus Saku Pr, di Emaus Pastoral Center, belum lama ini.
Menanggapi pernyataan Bupati Belu tersebut, Uskup Atambua, Mgr. Dr. Dominikus Saku Pr, mengatakan “Sejak awal setelah saya ditahbiskan sebagai Uskup Atambua, Saya telah berkomitmen untuk menjalin kerja sama dengan pemerintah kedua kabupaten ini (Kabupaten Belu dan Kabupaten TTU, kontributor). Sebab hanya melalui kerja sama dan bekerja bersama-sama kita bisa membangun masyarakarat dan umat Keuskupan Atambua ini lebih baik dan lebih bermutu hidupnya”.
            Kerja sama yang telah berlangsung hampir empat tahun itu konkritnya  tampak dalam pembentukan Tim Gabungan Keuskupan Atambua dan Pemkab Belu yang lebih dikenal dengan “Tim Ekonomi Keuskupan”. Tim yang diangkat oleh Uskup Atambua ini beranggotakan enam orang Imam dan Awam yang bertugas menghadiri rapat-rapat di Bappeda dan memantau pelaksanaan pembangunan di desa-desa yang menjadi Desa Fokus Program dalam bidang Pertanian, Peternakan dan Perikanan. Peran tim ekonomi Keuskupan ini adalah bersama tim Bappeda mendampingi para petani mensukseskan program unggulan Kabupaten Belu sebagai Kabupaten Jagung dan Kabupaten Ternak di Propinsi Nusa Tenggara Timur. Melalui program kerja sama ini pihak Keuskupan Atambua hendak mewujudkan mimpinya memberdayakan ekonomi umat berbasis iman.
            Bapak Uskup Atambua pada kesempatan pembinaan iman ini mengangkat tema: “Kekuatan Salib, Cawan Tuhan dan Pengosongan diri”. Menurut Mgr. Domi, orang Kristen mesti menjadikan salib sebagai kekuatan revolusioner yang mengubah. Karena itu setiap orang Kristen mesti mampu membawakan kekuatan Tuhan sebagai semangat untuk memenangkan dunia bagi Tuhan. Perwujudan iman itu mesti dikonkritkan melalui berbagai upaya positif dengan semangat kerja keras, cerdas, tuntas dan ikhlas. Sebab, demikian kata Bapak Uskup, “Hanya dengan itu kita mampu menjadikan hidup kita lebih bermakna bagi orang lain“.
            Bupati Belu pada akhir pembekalan iman ini memberi kesan bahwa nilai positif rekoleksi kategorial ini dari tahun ke tahun semakin nyata sebagai ajang pencerahan moral dan penyadaran iman yang baik bagi umat Katolik yang sedang terpanggil sebagai pelayan di birokrasi pemerintahan. Lebih konkrit Joachim menyoroti hasil kegiatan evaluasi dan perencanaan pastoral yang dilaporkan Sekretaris Umum Pusat Pastoral Keuskupan Atambua yang secara khusus membicarakan tentang perkembangan dan kemajuan karya pastoral di Keuskupan Atambua, termasuk juga di dalamnya kerja sama yang baik dengan pemerintah Kabupaten Belu.
            Oleh karena itu, menurut Tokoh Umat Katolik ini, agen pastoral mulai dari Komunitas Umat Basis sudah saatnya dijadikan sebagai agen pembangunan masyarakat. Beliau menyarankan ke depannya  para agen pastoral itu diberdayakan dengan memberikan ketrampilan-ketrampilan kepada mereka sehingga mereka semakin terlibat dan peduli dengan lingkungannya. Lebih lanjut, Bupati yang telah memasuki periode kedua pemerintahannya itu, mengatakan salah satu agen pastoral yang perlu diberdayakan adalah Orang Muda Katolik atau OMK. “OMK jangan dipandang sebelah mata. Mereka itu penting. Mak perlu persiapan jauh sebelum mereka memasuki ajang hidup berkeluarga”, kata Bupati. “Untuk itu, saya mengusulkan supaya pemberdayaan OMK kita buat sebagaimana pemberdayaan terhadap Karang Taruna”, tandasnya.
Usul konkrit beliau adalah supaya dalam penanganan OMK kita jadikan OMK Paroki Santo Aloysius Gonzaga Haekesak sebagai pilot program bersama antara pemerintah dan Gereja.*** (Yosef M.L. Hello).

Bom bunuh diri meledak di Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) di Kepunton, Solo.

Solo - Minggu 25 September, Indonesia digemparkan oleh sebuah ledakan Bom bunuh diri di sebuah rumah ibadat Bom bunuh diri tersebut meledak di Gereja Bethel Injil Sepenuh, kawasan Kepunton, Solo, Jawa Tengah. Bom yang meledak usai Misa pukul 11.00 WIB. tersebut menewaskan dua orang, seorang di antaranya diduga pelaku  bom bunuh diri dan melukai sekitar 8-15 orang di sekitarnya. Bom tersebut tidak sampai menghancurkan Gereja, karena memiliki daya ledak yang tidak begitu besar.
Menyikapi situasi tersebut muncul banyak kecaman dari berbagai pihak. "Lagi-lagi, tindakan model seperti ini terjadi. Sungguh biadab dan tidak bisa ditolerir. Selain tidak beradab, tindakan ini secara nyata merusak martabat, integrasi dan makna kebhinnekaan Indonesia," kata Ketua Umum GP Ansor, Nusron Wahid. Nusron bahkan menambahkan bahwa untuk mengantisipasi serangan bom bunuh diri selanjutnya ia berupaya mengerahkan tanaga bantuan dari kelompok GP Ansor untuk turut mengamankan setiap rumah ibadah. Pendeta di Gereja Nusukan Solo, Bambang Sriwijadi, yang  sempat tiba di tempat kejadian menuturkan bahwa wajah korban tewas yang diduga pelaku masih utuh dan dapat dikenali bukan jemaat Gereja setempat. Para korban telah dievakuasi ke Rumah Sakit Panti Waluyo. namun  karena keterbatasan peralatan, para korban dipindahkan ke RS Dr. Oen Solo.
sementara itu pemerintah pun mulai mengambil sikap mengusut peristiwa tersebut. "Presiden telah memerintahkan Kapolri dan jajaran kepolisian segera menyelidi tempat kejadian," kata juru bicara Istana Julian Aldrin Pasha. bahkan hingga saat ini  sebagai langkah antisipasi polisi telah  mengerahkan personilnya untuk melakukan pengamanan  ketat di setiap rumah ibadat.
 Bom bunuh diri yang terjadi menunjukan bahwa tingkat pengamanan di Indonesia terutama di tempat ibadah masih belum maksimal. untuk itu perlunya kerja sama dengan masyarakat untuk memantau setiap orang di sekitarnya terutama yang menunjukan gejala-gejala tindakan yang mencurigakan. Sangat disayangkan bahwa pelaku berhasil membaur bersama umat, bahkan selama ibadat berjalan pelaku sulit dikenali membawa detonator bom di balik pakaiannya..  Korban tewas telah diidentifikasi  di Rumah Sakit Polri Semarang. Hingga saat ini polisi masih mengadakan pnyelidikan terhadap motif pelaku melakukan bom bunuh diri. Dugaan sementara pelaku terkait pengaruh jaringan alqaedah, sebab pelaku diduga sebelum melakukan aksinya sempat mendatangi sebuah warnet untuk menyaksikan laman alqaedah. (Anthoni Primus)

Lisa Elly Purnamasari, Putri Indonesia Jawa Timur 2011: Perjuangan Meraih Mimpi


Lisa Elly Purnamasari, wanita kelahiran Malang, 27 Maret 1991 ini terpilih sebagai putri Jawa Timur di ajang pemilihan Putri Jawa Timur yang berlangsung di kompleks Tunjungan Plaza, Surabaya waktu lalu. Demikian Lisa akan  mewakili Jawa Timur pada kompetisi pemilihan Putri Indonesia di Jakarta, 5 Oktober yang akan datang.  Tidak disangka bahwa wanita cantik ini merupakan salah satu alumni  SDK  Frateran  Mardi Wiyata II Malang, 2003-2004. Serentak kemenangan wanita peraih The Best Catwalk Aneka Yess tahun 2006 ini juga menjadi kemenangan almamater tercintanya. Hal ini terlihat ketika beberapa waktu lalu, Lisa mengunjungi SDK Frateran Mardi Wiyata II Malang. Antusiasme dan letupan kegembiraan para penghuni sekolah yang dikelola oleh para Frater BHK tersebut  memenuhi halaman tengah sekolah menyambut sang putri beranjak turun dari mobil yang membawanya. Sambil melemparkan senyum manisnya, Lisa memberikan salam kepada setiap orang yang menghampirinya.
Di sela-sela kunjungannya tersebut, Mahasiswi London School of Public Relation, Jakarta ini menyampaikan kesanb dan pesannya kepada seluruh siswa-siswi  Mardi  Wiyata II Malang. “Kaka dulu seperti kalian, teriak-teriak  sana sini, masih bandel sama guru, mainan sana sini, yah samalah. Kaka ngga beda jauh sama semua yang ada di sini,  tapi kita harus bisa menanamkan dalam diri kita, jati diri. Kita harus tahu tujuan kita sebenarnya apa. kita harus bisa meraih impian semaksimal mungkin. Jangan pernah menyerah! jangan pernah minder, jangan pernah mikir aku bukan siapa-siapa. Tuhan ngga mungkin mencintai kita kalau kita ngga punya tujuan. Percaya sama Tuhan, apa pun yang kita lakukan Dia selalu ada di dalam diri kita. Jangan menyia-nyiakan kesempatan walaupun hanya sekali saja. Ungkap Lisa.  “Kaka Cuma minta dukungannya, doa dan teruslah berusaha semaksimal mungkin yah buat semuanya. Jadilah anak yang berbelas kasih bagi orangtua, di mata Tuhan dan bagi bangsa semuanya. Terima kasih…” tambah wanita yang menguasai potensi budaya dan pariwisata Indonesia ini.
Fr. Dr. M. Moontfort, BHK. SE. MPd., ketua Yayasan Frateran Mardi Wiyata, ketika ditemui Anthoni Primus dari Majalah Keluarga Kana,  mengungkapkan kedatangan Lisa merupakan suatu bentuk penghargaan bagi para guru dan juga memberikan motivasi bagi para siswa-siswi agar lebih termotivasi dalam mengembangkan diri mereka. Sementara itu, Kepala sekolah SDK  Frateran Mardi Wiyata II Malang, Y.B. Wiyoto, SPd  mengungkapkan  sosok  Lisa  termasuk  salah  satu siswa berprestasi, terutama dalam bidang modeling. “kami di sekolah ada ekstrakulikuler khusus Modeling dan fashion. Prestasi Lisa yng paling menonjol itu fashion” ungkap Kepala Sekolah yang telah lebih dari 10 tahun memimpin SDK Mardi Wiyata II Malang tersebut. “tujuan kedatangannya juga sebagai suatu ajang silaturahmi di mana guru-guru juga termasuk ikut andil dalam membentuk si Lisa, yang kedua untuk mohon doa restu karena setelah ini dia akan mengikuti ajang pemilihan Putri Indonesia dan menghadapi karantina selama sekitar 5 bulan” lanjut Y.B. Wiyoto mengakiri perbincangan. (Primus)
Lisa berfpose bersama staf guru SDK Mardi Wiyata II Malang

Lisa (tengah) didampingi oleh Fr. Dr. Moonfort, BHK (Kiri) dan YB Wiyoto (Kanan)

Lisa berfpose bersama staf guru SDK Mardi Wiyata II Malang




Rabu, 21 September 2011

Astrid Tyar Yosephine: Tentang Pasangan Ideal


                Siapa yang tidak kenal presenter cantik yang energik dan selalu ceria, Astrid Tyar Yosephine? Gadis yang mengawali debut dunia entertaintmennya lewat kemenangannya dalam sayembara Gadis Sampul tahun 2000 lalu tersebut saat ini sedang “naik daun”. Itulah alasannya  ia begitu sering muncul di televisi-televisi swasta terkenal. Lantas jadwal aktivitasnya pun terus bertambah dan semakin padat. Meskipun demikian, ia tetap tidak ingin menunjukan kesombongannya sebagai artis yang tergolong populer di tahun 2011 ini. Kesederhanaan hidup dan berpegang pada nilai-nilai luhur keluarga dan ajaran Kristus ternyata merupakan bagian  yang membentuk kepribadiannya. 





Selain aktif sebagai presenter, ia juga telah membintangi beberapa film dan sinetron, antara lain  ATAS NAMA CINTA produksi MD Entertainment, yang ditayangkan SCTV, sinetron ATAS PUSING BAWAH PENING, TOPENG,  AJARI AKU CINTA, Pernikahan Dini bersama artis Multitalent Agnes Monika dan Roger Danuarta.  Konon putri bungsu pasangan W. Panjaitan dan T. Silaen ini pernah sekitar 5 tahun tidak muncul di hadapan pemirsa Indonesia. Lalu apa yang dikerjakannya selama 5 tahun tersebut? Rupanya si cantik ini tengah menyelesaikan kuliah sarjananya di bidang Hukum. "Aku 5 tahun ke belakang konsentrasi pendidikan. Aku sekarang mau kejar ketertinggalan aku selama ini" ceritanya. Gelar sarjana yang diraihnya tersebut merupakan hasil dari kritik ayahnya lantaran Astrid terlihat cendrung mengutamakan entertainment daripada pendidikan, sementara sudara-saudaranya telah meraih gelar dokter spesialis mata, spesialis penyakit dalam, dan profesional di bidang teknologi informasi. Bahkan ibunya sendiri, T. Silaen, juga seorang dokter. Ayahnya begitu bangga memiliki ketiga putra yang berpendidikan tinggi, namun terhadap Astrid, ayahnya memandang sinis. Kalau kita mengunjungi rumah Astrid, di sana terpajang foto saudara-saudaranya yang berpakaian kebesaran dengan toga, dan foto Astrid juga terlihat begitu cantik.  Namun didekat foto wanita  yang pernah menggantikan posisi Luna Maya sebagai presenter Dahsyat ini, sang Ayah meninggalkan tulisan: "Kapankah Anda sekolah?". Kalimat tersebut tidak membuat ia berkecil hati dan mengantar ia meraih gelar sarjana hukum. bahkan Astrid berencana untuk melanjutkan pendidikannya hingga ke jenjang S2 Hukum.
Lantas apa yang membuat Wanita Batak ini memiliki karir keartisan dan pendidikan yang terus berkembang? Tidak lain karena ia memiliki trik jitu menata hidupnya yakni melalui: Berdoa, bersyukur, berusaha, berserah, beriman. Astrid selalu bersyukur atas segala peristiwa hidupnya, namun ia tidak sekedar bersyukur. bagi Astrid, tanpa usaha, doa kita tidak akan terkabulkan.
                Berbagai kepopuleran Artis cantik ini rupanya tidak membuat ia sukses dalam konteks asmara. Astrid mengakui, hingga saat ini ia belum memiliki pasangan hidup yang ideal. "Dulu aku punya rencana menikah umur 22. Sekarang aku sudah 24 tahun. Ya sudah, dedikasinya sama Tuhan saja. Ternyata rencanaku itu belum bisa terwujud," ujar Astrid. Astrid juga sering mengelak jika dimintai pendapatnya soal kekasih pujaannya. "Lala...la...la gimana yah. Nanti saja deh. Kok tiba-tiba hang ya otakku. Pokoknya, aku mau fokus dulu sama karir yang sempat vakum lima tahun," kisahnya sambil tersenyum. Artis yang dikenal sedikit tomboi ini bahkan bersedia meninggalkan dunia hiburan bila kerap menihkah nanti. Baginya keluarga adalah segala-galanya dalam hidupnya dan ia hendak berusaha mempersembahkan apa yang terbaik bagi keluarganya kelak. "Saya berhenti kalau sudah bersuami," ujarnya tersenyum. Siapa calon suaminya? "Belum punya, tapi pacar punya," akunya. Di sisi lain keluarganya sudah berupaya menjodohkan ia dengan beberapa pria berdarah Batak namun semua calon tidak ada yang cocok dengan astrid, ditolak Astrid dengan alasan tak ada yang pas baginya. “Berawal dari jodoh ni, banyak juga yang beraneka ragam, ayo sini. sebentar aja deh mama, harus mengerti ya, yang terpenting harus Batak dan Kristen. Karena aku mau meneruskan tongkat estafet gitu” ungkapnya beberapa waktu lalu. Astrid sedikit keberatan dengan cara perjodohan, namun tetap terbuka soal jodoh. Di sela-sela kesibukannya ia tengah membuka mata dan hati untuk seorang arjuna yang mendekatinya. tidak ada kriteria yg lebih khusus bagi pasangan yang mau menjadi kekasihnya. ia hanya ingin pasangan yang baik, memiliki satu keyakinan dan taat beragama. “Pengin sih laki-laki… yang satu, takut akan Tuhan, beragama memang, tapi bukan hanya sekedar agama doang, tapi benar-benar dia mendalami agama itu. Kalau menikah aku harus tahu konsekuensinya. Aku harus jadi wanita yang baik untuk keluargaku itu. keluarga Batak kan! Keluarga Batak itu ialah keluarga yang perempuannya Batak kehebatannya dimana dia bisa mendidik anaknya hingga besar dan menjaga keluarganya seutuhnya. nah aku sebagai perempuan Batak itu tanggung jawab besarnya di aku ketika sudah menikah aku harus rela mengorbankan semuanya” katanya meyakinkan. Impiannya untuk membangun keluarga yang ideal tersebut tidak lain merupakan inspirasi dari seorang Ibu. Astrid sangat mengfagumi sosok sang Ibu. Artis berdarah Batak, kelahiran Jakarta, 12 Juli 1986  ini memiliki kesan tersendiri terhadap sosok seorang Ibu. Bahkan  saking  besarnya rasa kagum terhadap sang Ibu membentuk persepsinya di masa depan. Ada apa di balik sosok  seorang Ibu bagi artis cantik yang dikabarkan pernah menjalin hubungan cinta dengan Gading Marten, putra artis senior Roy Marten? “Mama kalau sudah menikah saya janji akan seperti mama.  itu janjiku  kepada mama” janji mantan pacar Eross Candra personil 'Sheila on 7' tersebut.
                Astrid berharap di tahun ini ia ingin selalu mempersembahkan yang terbaik bagi banyak orang. Artis yang bercita-cita ingin menjadi dosen ilmu hukum ini bahkan berniat untuk memperbaiki kiprah sebelumnya yang masih terasa banyak kekurangan. Baginya tidak ada hal yang tidak dapat diraih bila ada kemauan dan usaha yang keras dengan didukung oleh semangat doa yang terus-menerus. (Anthoni Primus).



Minggu, 18 September 2011

Filosofi Samurai dalam Budaya Jepang

Budaya Jepang harus diakui memiliki keunikan sendiri. Terlahir dari cerita perjalanan yang panjang rnasa-rnasa kekaisaran, budaya Jepang menjelma jadi primadona pariwisata sendiri di dunia ini. Di matsa para wisatawan, budaya Jepang rnenjadi daya tanrik utama.
Budaya Jepang merniliki banyak sekali variasi. Kehidupan masyarakatnya sehari-hari juga sudah rnerupakan salah satu bentuk budaya Jepang yang paling sederhana. Budaya Jepang yang lebih kompleks pun sangat banyak, mulai dari makanan khas Jepang, rurnah adat, pakaian adat, tarian, bahasa Jepang, dan satu hal yang tidak bisa dilepaskan dari budaya Jepang adalah samurai.
Samurai sangat identik dengan negara rnatahari terbit ini. Namun, sayangnya, keterkenalan samurai di kalangan masyarakat dunia atau Indonesia tidak diikuti dengan inforrnasi yang berisi kebenaran tentang samurai ini. Budaya Jepang yang satu ini pun hanya sedikit dirnengedi betul oleh masyarakat.
Kita sering salah mernaharni kata samurai dengan rnengartikannya sebagai narna jenis senjata dalam budaya Jepang. Padahal samurai merujuk pada orang atau jalan hidup. Sedangkan senjata sejenis pedang yang sejenis ini banyak diartikan sebagai samurai, sebenarnya adalah katana/Catena. Dalam budaya Jepang, Catena rnerupakan senjata khas para samurai berbentuk pedang.


Budaya Jepang — Bukan Samurai tapi Katana
Istilah samurai pada awalnya digunakan untuk menyebut orang yang mengabdi kepada bangsawan. Berawal dari kata “saburau” yang populer pada zaman Nara (710-784), yang pengucapannya bergeser rnenjadi saburai.
Pada zarnan Kamarnura abad ke-12 deism budaya Jepang, arti kata saburai bersisian dengan “bushi”, yang berarli: orang yang dipersenjatai. Lantas, kata saburai berubah menjadi samurai pada zarnan Azuchi­Momoyama (1573-1600) dan awal zaman Edo (1603), yang merniliki arti “orang yang mengabdi”.
Budaya Jepang juga diisi dengan berbagai cerita sejarah yang menarik. Dahulu, perternpuran yang berkepanjangan menimbulkan kernatian di kalangan penguasa sehingga banyak samurai kehilangan tuannya. Mereka pun rnenjadi sekelornpok samurai liar dan tidak terikat yang disebut dengan istilah ronin. Istilah ini rnuncul pedarna kali pada tahun 1392, dan sernakin definitif pada zarnan Edo (1603-1867).
Samurai memiliki posisi unik dalam struktur kekuasaan Jepang rnasa lalu. Berawal dari kekacauan politik akibat pajak yang berat dan memicu pemberontakan di banyak tempat, penjarahan terhadap tuan tanah, memaksa mereka mempersenjatai keluarga dan para petani, dari sini nanti lahir kelas samurai dalam budaya Jepang.
Pada masa Hojo (1199-1336), ajaran Zen berkernbang di kalangan samurai, dan rnenjadi gerakan massal yang rnelahirkan ciri bahwa para samurai menganut paham keseirnbangan dalarn falsafah hidup rnereka. Dalam budaya Jepang, para samurai rnendapatkan ternpat yang istirnewa dikalangan rnasyarakat.


Budaya Jepang — Filosofi Kematian dalam Samurai
Dalam budaya Jepang, samurai rnerniliki pandangan unik tentang kernatian. Menjelang peperangan Hakagure, seorang tokoh samurai menulis buku berjudul Hakagure, yang rnenjadi rujukan awal filosofi kernatian. Pada bagian pendahuluan buku ini tertulis: “Jalan Samurai ditemui dalarn kematian. Apabila tiba kepada kernatian, yang ada hanya pilihan yang pantas untuk kernatian.”
Kalimat yang bisa dan rnultitafsir pada buku tersebut diduga telah rnernbawa panji samurai ke arah kemelaratan dan kesesatan. Buku tersebut rnelahirkan budaya Jepang, khususnya budaya dikalangan samurai tentang cara kernatian yang dipilih, yaitu:
  1. Mati di medan perternpuran adalah cara yang paling terhormat. Para samurai menyukai mati di dalam pedernpuran daripada tertangkap musuh.
  2. Seppuku, adalah tindakan bunuh diri dengan cara rnenyobek perut. Seppuku sangat populer dalam mitos samurai. Seppuku dianggap sebagai tindakan gagah berani.
  3. Junshi: adalah seppuku yang dilakukan sebagai tren kesetiaan kepada raja, sebagairnana dilakukan Jendral Nogi  sernasa Maharaja Meiji. Junshi dinilai merugikan negara sehingga sernpat dilarang pada zarnan Edo.
  4. Sokotsu-shi, adalah seppuku yang dilakukan untuk rnenebus kesalahan. Jenderal Yamamoto Kansuke Haruyuki (1501-1561) rnelakukan sokotsu-shi karena rnernbuat kesalahan fatal yang rnenyebabkan Kaisar Takeda berada dalarn bahaya.
Setelah kurun yang lama, dalarn budaya Jepang sekaligus budaya samurai rnengenai pandangan tentang bunuh diri sebagai tindakan terhormat rnengalarni pergeseran dan mulai dianggap sebagai tindakan yang sia-sia.
Budaya Jepang — Filosofi Samurai
Sama sepedi jenis budaya Jepang yang lain, samurai memiliki sebuah filosofi. Filosofi yang dirniliki samurai terletak pada seragam kebesaran dengan sirnbol bulan sabit di atas helm. Jalan hidup samurai yang mengambil inti ajaran Zen, menekankan bahwa ketenangan jiwa dan keyakinan hati adalah sumber kehidupan.
Hal mendasar adalah ajaran menjunjung tinggi kejujuran. Jujur kepada diri sendiri dan orang lain. Karena itu, berbohong adalah aib yang tak mungkin ditanggung. Budaya Jepang yang seperti itu tampaknya  diamini oleh sernua masyarakat tanpa terkecuali.
Bunga sakura sirnbol samurai mengandung muatan filosofis pentingnya menghargai waktu. Sebab, sakura hanya berserni dan berbunga dalam waktu singkat seperti umur manusia. Karelia itu, tidak boleh ada penyesalan di dalamnya.
Dalam budaya Jepang dijelaskan bahwa samurai juga menjunjung tinggi nilai keadilan. Kenshin Uesugi, tokoh samurai, menolak arnbil bagian dalam sebuah pertarungan jika tidak melihat ada keadilan di dalamnya.
Bagi samurai, perternpuran adalah sesuatu yang sakral. Ada etika ketat dalam pedernpuran samurai, yaitu:
  • Tidak boleh rnenyerang dari belakang.
  • Harus dilakukan dengan keindahan dan harga diri
  • Harus dilakukan sampai tuntas.
  • Pedang adalah simbol spiritual dan komitmen.

Budaya Jepang — Samurai Tanpa Pedang
Dalam budaya Jepang ada seorang tokoh samurai bernarna Toyotami Hideyoshi, pemirnpin legendaris Jepang abed ke-16. Dia dianggap tokoh fenomenal yang mengembangkan paham samurai tanpa pedang, berprinsip: “Prajurit terbaik tidak pernah menyerang, prajurit terhebat berhasil tanpa kekerasan, dan penakluk terbesar menang tanpa perang.”
Dalam budaya Jepang, Hideyoshi (1536-1598) mampu menyatukan Jepang pada masa paling krusial, perang antar-klan, dan mevvariskan falsafah kepemirnpinan yang tetap relevan hingga zaman modern. la terlahir dari kalangan petani miskin di Provinsi Owari, dengan nama Nakamura. Perawakannya kecil, mukanya jelek sehingga sering disebut “wajah monyet,” dan tidak berpendidikan.
Pandangan Hideyoshi kemudian diamini oleh banyak tokoh samurai lainnya. Singer Harunobu Takeda mengatakan “Memenangkan ratusan peperangan bukanlah kebanggaan. Tapi, kemenangan tanpa peperangan adalah kebanggaan yang sesungguhnya.”
Ditambah lagi dengan yamoto Musashi, seorang samurai terbesar dalam sejarah, mengatakan bahwa, “Kekuatan tertinggi ilmu pedangku adalah ketiadaan.” Inilah inti yang sesungguhnya, bahwa kekuatan utama bukanlah pada fisik, tetapi hati. tvlaka, kejujuran dan sikap melindungi adalah filosofi sesungguhnya dari jalan samurai. Bahwa sebagai warga jepang budaya samurai tidak lagi selalu identik dengan penggunaan pedang yang mernbabi buta dan tanpa alasan yang jelas.

Sumber:  AnneAhira.com Content Team, Editor Anthoni Primus

Sejarah Kota Makassar


Awal Kota dan bandar makassar berada di muara sungai Tallo dengan pelabuhan niaga kecil di wilayah itu pada penghujung abad XV. Sumber-sumber Portugis memberitakan, bahwa bandar Tallo itu awalnya berada dibawah Kerajaan Siang di sekitar Pangkajene, akan tetapi pada pertengahan abad XVI, Tallo bersatu dengan sebuah kerajaan kecil lainnya yang bernama Gowa, dan mulai melepaskan diri dari kerajaan Siang, yang bahkan menyerang dan menaklukan kerajaan-kerajaan sekitarnya. Akibat semakin intensifnya kegiatan pertanian di hulu sungai Tallo, mengakibatkan pendangkalan sungai Tallo, sehingga bandarnya dipindahkan ke muara sungai Jeneberang, disinilah terjadi pembangunan kekuasaan kawasan istana oleh para ningrat Gowa-Tallo yang kemudian membangun pertahanan benteng Somba Opu, yang untuk selanjutnya seratus tahun kemudian menjadi wilayah inti Kota Makassar.
   
Pada masa pemerintahan Raja Gowa XVI ini didirikan pula Benteng Rotterdam di bagian utara, Pemerintahan Kerajaan masih dibawah kekuasaan Kerajaan Gowa, pada masa itu terjadi peningkatan aktifitas pada sektor perdagangan lokal, regional dan Internasional, sektor politik serta sektor pembangunan fisik oleh kerajaan. Masa ini merupakan puncak kejayaan Kerajaan Gowa, namun selanjutnya dengan adanya perjanjian Bungaya menghantarkan Kerajaan Gowa pada awal keruntuhan. Komoditi ekspor utama Makassar adalah beras, yang dapat ditukar dengan rempah-rempah di Maluku maupun barang-barang manufaktur asal Timur Tengah, India dan Cina di Nusantara Barat. Dari laporan Saudagar Portugal maupun catatan-catatan lontara setempat, diketahui bahwa peranan penting Saudagar Melayu dalam perdagangannya yang berdasarkan pertukaran surplus pertanian dengan barang-barang impor itu. Dengan menaklukkan kerajaan¬kerajaan kecil disekitarnya, yang pada umumnya berbasis agraris pula, maka Makassar meningkatkan produksi komoditi itu dengan berarti, bahkan, dalam menyerang kerajaan-kerajaan kecil tainnya, para ningrat Makassar bukan hanya menguasai kawasan pertanian lawan-tawannya itu, akan tetapi berusaha pula untuk membujuk dan memaksa para saudagar setempat agar berpindah ke Makassar, sehingga kegiatan perdagangan semakin terkonsentrasi di bandar niaga baru itu.
 
Dalam hanya seabad saja, Makassar menjadi salah satu kota niaga terkemuka dunia yang dihuni lebih 100.000 orang (dan dengan ini termasuk ke-20 kota terbesar dunia Pada zaman itu jumlah penduduk Amsterdam, kota terbesar musuh utamanya, Belanda, baru mencapai sekitar 60.000 orang) yang bersifat kosmopolitan dan multikultural. Perkembangan bandar Makasar yang demikian pesat itu, berkat hubungannya dengan perubahan¬-perubahan pada tatanan perdagangan internasional masa itu. Pusat utama jaringan perdagangan di Malaka, ditaklukkan oleh Portugal pada tahun 1511, demikian di Jawa Utara semakin berkurang mengikuti kekalahan armada lautnya di tangan Portugal dan pengkotak-kotakan dengan kerajaan Mataram. Bahkan ketika Malaka diambil-alih oleh Kompeni Dagang Belanda VOC pada tahun 1641, sekian banyak pedagang Portugis ikut berpindah ke Makassar.
 
Sampai pada pertengahan pertama abad ke-17, Makassar berupaya merentangkan kekuasaannya ke sebagian besar Indonesia Timur dengan menaklukkan Pulau Selayar dan sekitarnya, kerajaan-kerajaan Wolio di Buton, Bima di Sumbawa, Banggai dan Gorontalo di Sulawesi bagian Timur dan Utara serta mengadakan perjanjian dengan kerajaan-kerajaan di Seram dan pulau-pulau lain di Maluku. Secara internasional, sebagai salah satu bagian penting dalam Dunia Islam, Sultan Makassar menjalin hubungan perdagangan dan diplomatik yang erat dengan kerajaan¬-kerajaan Banten dan Aceh di Indonesia Barat, Golconda di India dan Kekaisaran Otoman di Timur Tengah.

Hubungan Makassar dengan Dunia Islam diawali dengan kehadiran Abdul Ma'mur Khatib Tunggal atau Dato' Ri Bandang yang berasal dari Minangkabau Sumatera Barat yang tiba di Tallo (sekarang Makassar) pada bulan September 1605. Beliau mengislamkan Raja Gowa ke-XIV I¬MANGNGARANGI DAENG MANRABIA dengan gelar SULTAN ALAUDDIN (memerintah 1593-1639), dan dengan Mangkubumi I- MALLINGKAANG DAENG
MANYONRI KARAENG KATANGKA yang juga sebagai Raja Tallo. Kedua raja ini, yang mulai memeluk Agama Islam di Sulawesi Selatan. Pada tanggal 9
Nopember 1607, tepatnya hari Jum’at, diadakanlah sembahyang Jum’at pertama di Mesjid Tallo dan dinyatakan secara resmi penduduk Kerajaan Gowa-Tallo tetah memeluk Agama Islam, pada waktu bersamaan pula, diadakan sembahyang Jum’at di Mesjid Mangallekana di Somba Opu. Tanggal inilah yang selanjutnya diperingati sebagai hari jadi kota Makassar sejak tahun 2000, yang sebelumnya hari jadi kota Makassar jatuh pada tanggal 1 April.
 
Para ningrat Makassar dan rakyatnya dengan giat ikut dalam jaringan perdagangan internasional, dan interaksi dengan komunitas kota yang kosmopolitan itu me¬nyebabkan sebuah "creative renaissance" yang menjadikan Bandar Makassar salah satu pusat ilmu pengetahuan terdepan pada zamannya. Koleksi buku dan peta, sesuatu yang pada zaman itu masih langkah di Eropa, yang terkumpul di Makassar, konon merupakan salah satu perpustakaan ilmiah terbesar di dunia, dan para sultan tak segan-segan memesan barang-barang paling mutakhir dari seluruh pelosok bumi, termasuk bola dunia dan teropong terbesar pada waktunya, yang dipesan secara khusus
dari Eropa. Ambisi para pemimpin Kerajaan Gowa-Tallo untuk semakin memper-luas wilayah kekuasaan serta persaingan Bandar Makassar dengan Kompeni Dagang Belanda VOC berakhir dengan perang paling dahsyat dan sengit yang pernah dijalankan Kompeni. Pasukan Bugis, Belanda dan sekutunya dari Ternate, Buton dan Maluku memerlukan tiga tahun operasi militer di seluruh kawasan Indonesia Timur. Baru pada tahun 1669, akhirnya dapat merata-tanahkan kota Makassar dan benteng terbesarnya, Somba Opu.
 
Bagi Sulawesi Selatan, kejatuhan Makassar di tangan federasi itu merupakan sebuah titik balik yang berarti Bandar Niaga Makassar menjadi wilayah kekuasaan VOC, dan beberapa pasal perjanjian perdamaian membatasi dengan ketat kegiatan pelayaran antar-pulau Gowa-Tallo dan sekutunya. Pelabuhan Makassar ditutup bagi pedagang asing, sehingga komunitas saudagar hijrah ke pelabuhan-pelabuhan lain.
Pada beberapa dekade pertama setelah pemusnahan kota dan bandar Makassar, penduduk yang tersisa membangun sebuah pemukiman baru di sebelah utara bekas Benteng Ujung Pandang; benteng pertahanan pinggir utara kota lama itu pada tahun 1673
ditata ulang oleh VOC sebagai pusat pertahanan dan pemerintahan dan diberi nama barunya Fort Rotterdam, dan 'kota baru' yang mulai tumbuh di sekelilingnya itu dinamakan 'Vlaardingen'. Pemukiman itu jauh lebih kecil daripada Kota Raya Makassar yang telah dihancurkan. Pada dekade pertama seusai perang, seluruh kawasan itu dihuni tidak lebih 2.000 jiwa; pada pertengahan abad ke-18 jumlah itu meningkat menjadi sekitar 5.000 orang, setengah di antaranya sebagai budak.
 
Selama dikuasai VOC, Makassar menjadi sebuah kota yang tertupakan. “Jan Kompeni” maupun para penjajah kolonial pada abad ke-19 itu tak mampu menaklukkan jazirah Sulawesi Selatan yang sampai awal abad ke-20 masih terdiri dari selusinan kerajaan kecil yang independen dari pemerintahan asing, bahkan sering harus mempertahankan diri terhadap serangan militer yang ditancurkan kerajaan-kerajaan itu. Maka, 'Kota Kompeni' itu hanya berfungsi sebagai pos pengamanan di jalur utara perdagangan rempah-rempah tanpa hinterland - bentuknya pun bukan 'bentuk kota', tetapi suatu aglomerasi kampung-kampung di pesisir pantai sekeliling Fort Rotterdam.
Pada awalnya, kegiatan perdagangan utama di beras Bandar Dunia ini adalah pemasaran budak serta menyuplai beras kepada kapal¬kapal VOC yang menukarkannya dengan rempah-rempah di Maluku. Pada tahun 30-an di abad ke-18, pelabuhan Makassar dibuka bagi kapal-kapal dagang Cina. Komoditi yang dicari para saudagar Tionghoa di Sulawesi, pada umumnya berupa hasil laut dan hutan seperti teripang, sisik penyu, kulit kerang, sarang burung dan kayu cendana, sehingga tidak dianggap sebagai langganan dan persaingan bagi monopoli jual-beli rempah-rempah dan kain yang didirikan VOC.
 
Sebaliknya, barang dagangan Cina, Terutama porselen dan kain sutera, dijual para saudagarnya dengan harga yang lebih murah di Makassar daripada yang bisa didapat oleh pedagang asing di Negeri Cina sendiri. Adanya pasaran baru itu, mendorong kembali aktivitas maritim penduduk kota dan kawasan Makassar. Terutama penduduk pulau-pulau di kawasan Spermonde mulai menspesialisasikan diri sebagai pencari teripang, komoditi utama yang dicari para pedagang Cina, dengan menjelajahi seluruh Kawasan Timur Nusantara untuk men¬carinya; bahkan, sejak pertengahan abad ke-18 para
nelayan-pelaut Sulawesi secara rutin berlayar hingga pantai utara Australia, di mana mereka tiga sampai empat bulan lamanya membuka puluhan lokasi pengolahan teripang. Sampai sekarang, hasil laut masih merupakan salah satu mata pencaharian utama bagi penduduk pulau-pulau dalam wilayah Kota Makassar.
Setetah Pemerintah Kolonial Hindia Belanda menggantikan kompeni perdagangan VOC yang bangkrut pada akhir abad ke-18, Makassar dihidupkan kembali dengan menjadikannya sebagai pelabuhan bebas pada tahun 1846. Tahun-tahun berikutnya menyaksikan kenaikan volume perdagangan yang pesat, dan kota Makassar berkembang dari sebuah pelabuhan backwater menjadi kembali suatu bandar internasional.
Dengan semakin berputarnya roda perekonornian Makassar, jumlah penduduknya meningkat dari sekitar 15.000 penduduk pada pertengahan abad ke-19 menjadi kurang lebih 30.000 jiwa pada awal abad berikutnya. Makassar abad ke-19 itu dijuluki "kota kecil terindah di seluruh Hindia-Belanda" (Joseph Conrad, seorang penulis Inggris-Potandia terkenal),dan menjadi salah satu port of call utama bagi baik para pelaut-pedagang Eropa, India dan Arab dalam pemburuan hasil-hasil hutan yang amat laku di pasaran dunia maupun perahu-perahu pribumi yang beroperasi di antara Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku.
 
Pada awal abad ke-20, Belanda akhirnya menaklukkan daerah¬daerah independen di Sulawesi, Makassar dijadikan sebagai pusat pemerintahan kolonial Indonesia Timur. Tiga-setengah dasawarsa Neerlandica, kedamaian di bawah pemerintahan kolonial itu adalah masa tanpa perang paling lama yang pernah dialami Sulawesi Selatan, dan sebagai akibat ekonominya berkembang dengan pesat. Penduduk Makassar dalam kurun waktu itu meningkat sebanyak tiga kali lipat, dan wilayah kota diperluas ke semua penjuru. Dideklarasikan sebagai Kota Madya pada tahun 1906, Makassar tahun 1920-an adalah kota besar kedua di luar Jawa yang membanggakan dirinya dengan sembilan perwakilan asing, sederetan panjang toko di tengah kota yang menjual barang-barang mutakhir dari seluruh dunia dan kehidupan sosial-budaya yang dinamis dan kosmopolitan.
Perang Dunia Kedua dan pendirian Republik Indo¬nesia sekali lagi mengubah wajah Makassar. Hengkangnya sebagian besar warga asingnya pada tahun 1949 dan nasionalisasi perusahaan-perusahaan asing pada akhir tahun 1950-an menjadi¬kannya kembali sebuah kota provinsi. Bahkan, sifat asli Makassar-pun semakin menghilang dengan kedatangan warga baru dari daerah-daerah pedalaman yang berusaha menyelamatkan diri dari kekacauan akibat berbagai pergolakan pasca¬ revolusi. Antara tahun 1930-an sampai tahun 1961 jumlah penduduk meningkat dari kurang lebih 90.000 jiwa menjadi hampir 400.000 orang, lebih daripada setengahnya pendatang baru dari wilayah luar kota. Hal ini dicerminkan dalam penggantian nama kota menjadi Ujung Pandang berdasarkan julukan ”Jumpandang” yang selama berabad-abad lamanya menandai Kota Makassar bagi orang pedalaman pada tahun 1971. Baru pada tahun 1999 kota ini dinamakan kembali Makassar, tepatnya 13 Oktober berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 1999 Nama Ujung Pandang dikembalikan menjadi Kota Makassar dan sesuai Undang-Undang Pemerintahan Daerah luas wilayah bertambah kurang lebih 4 mil kearah laut 10.000 Ha, menjadi 27.577Ha