Minggu, 25 September 2011

PEMERINTAH KABUPATEN BELU MENGGANDENG KEUSKUPAN ATAMBUA MEMBERANTAS KEMISKINAN


Hampir genap empat tahun sudah Pemerintah Kabupaten Belu menggandeng Keuskupan Atambua untuk menggalang kerja sama kemitraan lintas sektor memerangi kemiskinan melalui budaya kerja keras, cerdas, tuntas dan ikhlas. Kerja sama itu terutama untuk merubah pola pikir (mind-set) masyarakat dan umat bahwa untuk mencapai masyarakat yang sejahtera lahir batin tidak bisa hanya mengandalkan kemampuan bekerja sendiri. Menurut Bupati Belu, Drs. Joachim Lopez, “kita tidak bisa terus-menerus hidup dalam ego-sectoral, seolah-olah hanya kita sendiri yang bisa membangun masyarakat. Pada hal kita tahu bahwa Gereja dalam hal ini, Keuskupan memiliki pengaruh yang besar terhadap masyarakat. Mengapa kita tidak mau bermitra? Apakah dengan bermitra wibawa kita sebagai pemerintah turun? Maka sudah saatnya kita bertobat dan memulai kerja sama yang baik untuk membawa masyarakat yang adalah umat agar semakin lebih baik hidupnya”.
            Hal tersebut diungkapkan Bupati Kabupaten Belu pada acara Rekoleksi Bersama para Pejabat Pemerintah Eselon II yang dipimpin langsung oleh Uskup Atambua, Mgr. Dr. Dominikus Saku Pr, di Emaus Pastoral Center, belum lama ini.
Menanggapi pernyataan Bupati Belu tersebut, Uskup Atambua, Mgr. Dr. Dominikus Saku Pr, mengatakan “Sejak awal setelah saya ditahbiskan sebagai Uskup Atambua, Saya telah berkomitmen untuk menjalin kerja sama dengan pemerintah kedua kabupaten ini (Kabupaten Belu dan Kabupaten TTU, kontributor). Sebab hanya melalui kerja sama dan bekerja bersama-sama kita bisa membangun masyarakarat dan umat Keuskupan Atambua ini lebih baik dan lebih bermutu hidupnya”.
            Kerja sama yang telah berlangsung hampir empat tahun itu konkritnya  tampak dalam pembentukan Tim Gabungan Keuskupan Atambua dan Pemkab Belu yang lebih dikenal dengan “Tim Ekonomi Keuskupan”. Tim yang diangkat oleh Uskup Atambua ini beranggotakan enam orang Imam dan Awam yang bertugas menghadiri rapat-rapat di Bappeda dan memantau pelaksanaan pembangunan di desa-desa yang menjadi Desa Fokus Program dalam bidang Pertanian, Peternakan dan Perikanan. Peran tim ekonomi Keuskupan ini adalah bersama tim Bappeda mendampingi para petani mensukseskan program unggulan Kabupaten Belu sebagai Kabupaten Jagung dan Kabupaten Ternak di Propinsi Nusa Tenggara Timur. Melalui program kerja sama ini pihak Keuskupan Atambua hendak mewujudkan mimpinya memberdayakan ekonomi umat berbasis iman.
            Bapak Uskup Atambua pada kesempatan pembinaan iman ini mengangkat tema: “Kekuatan Salib, Cawan Tuhan dan Pengosongan diri”. Menurut Mgr. Domi, orang Kristen mesti menjadikan salib sebagai kekuatan revolusioner yang mengubah. Karena itu setiap orang Kristen mesti mampu membawakan kekuatan Tuhan sebagai semangat untuk memenangkan dunia bagi Tuhan. Perwujudan iman itu mesti dikonkritkan melalui berbagai upaya positif dengan semangat kerja keras, cerdas, tuntas dan ikhlas. Sebab, demikian kata Bapak Uskup, “Hanya dengan itu kita mampu menjadikan hidup kita lebih bermakna bagi orang lain“.
            Bupati Belu pada akhir pembekalan iman ini memberi kesan bahwa nilai positif rekoleksi kategorial ini dari tahun ke tahun semakin nyata sebagai ajang pencerahan moral dan penyadaran iman yang baik bagi umat Katolik yang sedang terpanggil sebagai pelayan di birokrasi pemerintahan. Lebih konkrit Joachim menyoroti hasil kegiatan evaluasi dan perencanaan pastoral yang dilaporkan Sekretaris Umum Pusat Pastoral Keuskupan Atambua yang secara khusus membicarakan tentang perkembangan dan kemajuan karya pastoral di Keuskupan Atambua, termasuk juga di dalamnya kerja sama yang baik dengan pemerintah Kabupaten Belu.
            Oleh karena itu, menurut Tokoh Umat Katolik ini, agen pastoral mulai dari Komunitas Umat Basis sudah saatnya dijadikan sebagai agen pembangunan masyarakat. Beliau menyarankan ke depannya  para agen pastoral itu diberdayakan dengan memberikan ketrampilan-ketrampilan kepada mereka sehingga mereka semakin terlibat dan peduli dengan lingkungannya. Lebih lanjut, Bupati yang telah memasuki periode kedua pemerintahannya itu, mengatakan salah satu agen pastoral yang perlu diberdayakan adalah Orang Muda Katolik atau OMK. “OMK jangan dipandang sebelah mata. Mereka itu penting. Mak perlu persiapan jauh sebelum mereka memasuki ajang hidup berkeluarga”, kata Bupati. “Untuk itu, saya mengusulkan supaya pemberdayaan OMK kita buat sebagaimana pemberdayaan terhadap Karang Taruna”, tandasnya.
Usul konkrit beliau adalah supaya dalam penanganan OMK kita jadikan OMK Paroki Santo Aloysius Gonzaga Haekesak sebagai pilot program bersama antara pemerintah dan Gereja.*** (Yosef M.L. Hello).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar