Jumat, 16 September 2011

Syahrul Telepon Gubernur NTT

Penikaman Murni Kriminal, Tidak Dibenarkan Razia
MAKASSAR, FAJAR -- Gubernur Sulawesi Selatan  Syahrul Yasin Limpo bersama Kapolda Sulsel Irjen Pol Johny Wainal Usman mengimbau warga Sulsel untuk tidak terprovokasi dengan tragedi  M'Tos, Rabu 16 September lalu.

Syahrul yang mengunjungi pengungsian warga luar Sulsel di Sekolah Polisi Negara (SPN) Batua Makassar kemarin, menyatakan peristiwa terbunuhnya dua bocah dan seorang pensiunan polisi di depan M'Tos Jalan Perintis Kemerdekaan itu murni kriminal.

"Serahkan urusan itu kepada kepolisian untuk menanganinya. Jangan kejadian ini dikait-kaitkan dengan isu SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan). Jangan ada yang terpancing, apalagi sampai melakukan razia. Kalau ada razia itu tak dibenarkan," kata Syahrul.

Komentar sama juga dilontarkan Kapolda Sulsel Johny Wainal Usman. Kepada wartawan dia mengatakan, kasus tersebut memang murni kriminal dan tak ada kaitannya dengan golongan tertentu. Dia juga  mengancam akan menindak tegas jika ada razia atau gerakan massa yang mengancam ketertiban.

"Kami siagakan aparat  dan siap menindaki jika sewaktu-waktu ada tindakan di luar aturan. Tidak boleh kita sewenang-wenang dengan yang lain. Kasihan mereka yang tidak tahu apa-apa," kata Kapolda.

Hingga pukul 16.00 Wita kemarin, ada 2.023 orang diungsikan ke SPN Batua. Mereka berasal dari Makassar, Takalar, dan Gowa. Evakuasi warga yang mengaku ketakutan itu dilakukan oleh dinas sosial masing-masing. Mereka memakai dua barak milik SPN. Barak-barak dilengkapi tempat tidur dan dapur umum yang sering dipakai itu adalah penginapan para calon anggota Polri saat pendidikan.

Kepala Dinas Sosial Kota Makassar, Ibrahim Saleh mengatakan, khusus Makassar para warga ini berasal dari Kecamatan Rappocini, Manggala, dan Panakkukang. Evakuasi dilakukan sejak pagi pukul 07.00 Wita.

"Mereka sebenarnya khawatir dan ketakutan. Makanya mereka memilih meninggalkan rumah dan tempat tinggalnya," ungkap Ibrahim.

Gubernur sendiri pada kesempatan itu sempat menelepon Gubernur Nusa Tenggara Timur, Frans Lebu Raya. Dia menginformasikan bahwa keadaan di Makassar terkendali dan tak ada masalah. Dia juga meminta warga Sulsel di NTT dijamin keamanannya.

"Sebanyak 20 persen warga NTT itu berasal dari Sulsel. Mereka menjadi pedagang dan berbagai macam profesi. Kita juga minta mereka mendapat jaminan keamanan," kata gubernur.

Usai salat Jumat hari ini, para warga ini dijadwalkan meninggalkan lokasi SPN Batua.

Permintaan perlindungan warga 

sebenarnya terjadi usai kasus itu berlangsung. Warga yang khawatir imbas pembunuhan Edi, Saldi, dan Syamsu Alam ini bahkan mulai minta perlindungan polisi pada Rabu tengah malam. Sejumlah kantor polisi seperti Polsekta Panakkukang, Manggala, dan Biringkanaya menjadi sasaran perlindungan warga.

"Warga  Makassar yang khawatir imbas pembunuhan tiga warga di depan M'Tos ini minta perlindungan kepada kita, baik datang sendiri ke kantor maupun minta dijemput. Karena kondisi di Polsekta tidak memungkinkan dan untuk memudahkan koordinasinya, mereka kita bawa ke SPN Batua," ujar Kapolsekta Panakkukang, Kompol Muh Nur Akbar.    

Proses evakuasi warga dari tempat tinggal mereka dan kantor Polsekta ke SPN Batua berlangsung hingga sore kemarin. Sejumlah bus milik Pemkot Makassar dan Pemprov Sulsel dikerahkan untuk mengangkut warga, termasuk kendaraan milik kepolisian dan TNI.

Hingga kemarin, belum ada data resmi berapa banyak warga Makassar yang berasal dari luar Sulsel yang memilih meminta perlindungan kepada kepolisian, namun diperkirakan melebihi seribu orang. Catatan FAJAR, dari Polsekta Panakkukang saja berkisar 600 orang, Polsekta Manggala sekira 162 orang, Polsekta Biringkanaya sekitar 300 orang.

Jumlah tersebut  belum termasuk yang dievakuasi dari sejumlah  Polsek di daerah ini, termasuk yang dievakuasi dari pihak TNI yang jumlahnya juga mencapai ratusan orang.

Proses evakuasi warga ke SPN Batua sendiri dilakukan melalui pengawalan ketat pihak kepolisian dan TNI. Ada yang dikawal menggunakan mobil truk polisi, mobil truk TNI, hingga mobil jenis Barakuda mengawal proses evakuasi warga tersebut.  

Kekhawatiran ini semakin meluas apalagi beredar informasi akan adanya aksi pembalasan atas kasus penikaman ini. Ditambah lagi, penyerangan dua kepala keluarga di Jalan Batua Raya V oleh sekelompok warga menggunakan sepeda motor pada Rabu, 14 September sekira pukul 22.45.

Kelompok penyerang yang tidak diketahui identitasnya itu terlebih dahulu memadamkan listrik Pondok Indah tempat kedua warga yang berasal dari luar Sulsel ini berada. Setelah itu, pelaku langsung melakukan penyerangan dengan senjata tajam jenis parang. Dalam penyerangan ini, dua penghuni yakni Joni dan Petrus Patris Benyamin mengalami luka sabetan parang pada punggung dan tangan.

Sementara dua istri lolos dari penganiayaan warga setelah berhasil melarikan diri. Kedua warga yang menjadi korban penyerangan oknum tidak dikenal itu saat ini dirawat di  RS Bhayangkara dalam penjagaan ketat aparat kepolisian.

Salah seorang warga yang turut mengamankan diri ke kantor polisi, Ilyas Suban mengaku sejak peristiwa terjadi dirinya yang berprofesi sebagai sopir pete-pete tidak berani lagi keluar rumah. "Kita khawatir jangan sampai orang serbu begitu saja. Jadi kita memilih berlindung di kantor polisi," kata Ilyas.

Kasubid Penerangan Masyarakat Polda Sulsel, AKBP Muh Siswa yang ditemui di SPN Batua menegaskan bahwa kondisi kota Makassar secara umum pada dasarnya kondusif. Namun karena ada warga yang khawatir, makanya mereka ditampung di SPN Batua.

"Sebenarnya tidak ada  potensi mereka akan menjadi sasaran penyerangan, tapi karena ada kekhawatiran yang dialami sehingga minta perlindungan polisi. Karena itu memang menjadi tugas kita, makanya kita amankan di sini," kata Muh Siswa.

Terhadap proses penyelidikan kasus pembunuhan ini, Siswa menegaskan bahwa pihak kepolisian masih melakukan penyelidikan. Kendati sejauh ini belum bisa disimpulkan apa yang menjadi motif pelaku melakukan aksi br

Selain melakukan koordinasi dengan pemerintah di kota Makassar hingga aparat kecamatan dan kelurahan, pihak Polda Sulsel juga telah mengintruksikan jajarannya untuk melakukan pencerahan kepada masyarakat, bahwa kasus pembunuhan tersebut adalah murni kriminal yang kebetulan pelakunya adalah warga dari luar Sulsel. (aci-sah) 
 
 
 
Editor: Silahudin Genda
Reporter : Rasid - Hamsah - Amrullah

 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar