Kamis, 10 Mei 2012

Gua Ziarah Umat Katolik Disatroni Massa

(07/05/2012)Pemerintah Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), menghentikan sementara pembangunan sebuah gua yang akan dijadikan tempat ibadah dan ziarah umat Katolik di wilayah kecamatan Gedangsari. Penghentian ini setelah sekelompok massa menyatroni lokasi itu.
Untuk menjaga ketenangan daerah tersebut, polisi menurunkan 500 personel Kepolisian Polres Gunungkidul. Kemudian Nahdlatul Ulama menurunkan pasukan Banser menjaga lokasi yang akan dibangun tempat ziarah tersebut.
Pelaksana Tugas Sekretaris Daerah Kabupaten Gunungkidul Budi Martono, mengatakan upaya penghentian ini dilakukan agar proses pembuatan tempat ibadah dilalui sesuai dengan prosedur yang berlaku. Untuk itu, semua proses bisa diselesaikan lebih dulu sehingga tidak  memicu ketegangan sosial. Sebab, lanjut dia, persoalan ketegangan yang terjadi di sekitar Desa Sampang, Gedangsari, lebih dipicu karena prosedur yang kurang pas dilaksanakan.
''Jadi kami menghentikan dulu proses pengerjaannya. Nanti kami koordinasi dan kita cari jalan tengah yang baik,'' katanya, Senin 7 Mei 2012.
Untuk membahas gua yang akan dijadikan tempat ibadah itu, pemkab akan segera melakukan rapat internal yang melibatkan forum pimpinan daerah serta Forum Kerukunan Umat Beragama(FKUB). Menurutnya persoalan yang harus segera diselesaikan.
''Kami berharap mudah mudahan tidak ada politisasi, sehingga semua menjadi lancar dan warga hidup tenteram,'' lanjutnya.
Sementara, ribuan orang berusaha merangsek barikade  kepolisian yang menutup jalan menuju goa yang kini mulai dibangun sebagai tempat ibadah. Kapolres Gunungkidul AKBP Ihsan Amin yang memimpin langsung pengamanan berharap tidak ada ketegangan di masyarakat berkaitan dengan pembangunan tempat ibadah.
"Sudah ada aturan mengenai pembangunan tempat ibadah. Jadi saya yakin warga masih bisa diajak musyawarah,'' ujarnya.
Untuk melakukan pengamanan, sedikitnya 500 personel kepolisian dilibatkan di desa yang berbatasan dengan Klaten, Jawa Tengah tersebut. Pengamanan ini pihak kepolisian yang juga dibantu Banser.
''Alhamdulillah ini lancar dan kami akan mengunggu proses mediasi dari pemkab. Karena ini tanggungjawab bersama. Kami di sini mengamankan. Jadi Pemkab yang pegang kendali mediasi bersama FKUB,'' ujarnya.
Sebelumnya, panitia pembangunan tempat peribadatan tersebut datang ke DPRD Gunungkidul. Mereka menyampaikan penjelasan mengenai bukti-bukti menyangkut perizinan hingga proses hibah. Semua sudah disampaikan dengan jelas termasuk sebidang tanah sampai dengan masalah pengalihan hak dari pemilik tanah Ny Gito Suwarno warga Desa Sampang, Gedangsari.
Namun demikian, diakui hingga saat ini masih belum ada izin mendirikan bangunan (IMB). Oleh karena itu, pembangunan gua yang sedianya untuk tempat ibadah tersebut untuk sementara dihentikan pembangunannya. (vivanews.com)

Pesan Bapa Suci Benediktus XVI untuk Hari Komunikasi Sosial Sedunia ke-46



Keheningan dan Kata: Jalan Evangelisasi
20 Mei 2012



Saudara dan Saudariku yang terkasih,
Menjelang hari Komunikasi Sedunia tahun 2012, saya ingin berbagi dengan anda beberapa permenungan tentang salah satu aspek dari proses komunikasi manusia yang meskipun penting, sering diabaikan, dan kini tampaknya sangat perlu untuk diingat. Ini menyangkut hubungan antara keheningan dan kata: dua aspek komunikasi yang perlu dipertahankan agar tetap berimbang, untuk diterapkan  secara bergantian dan diintegrasikan satu sama lain jika ingin mencapai dialog yang otentik dan hubungan kedekatan yang mendalam di antara manusia. Ketika kata dan keheningan terpisah satu dengan yang lain, komunikasi menjadi putus entah karena keterpisahan itu menimbulkan kebingungan atau  karena, sebaliknya, menciptakan suasana dingin. Namun apabila mereka saling melengkapi, komunikasi memperoleh nilai dan makna.
Keheningan adalah unsur utuh dari komunikasi;  tanpa keheningan, kata yang kaya pesan tak akan ada. Dalam keheningan, kita lebih mampu mendengar dan memahami diri kita sendiri, gagasan-gagasan dapat lahir dan mencapai kedalaman makna. Dalam keheningan, kita memahami dengan lebih jelas apa yang ingin kita katakan, apa yang kita harapkan dari orang lain dan bagaimana mengungkapkan diri. Dengan  keheningan, kita membiarkan  orang berbicara  dan mengungkapkan dirinya; dan  kita mencegah diri kita terpatok pada kata-kata dan gagasan kita sendiri tanpa ditelaah secara memadai. Dengan demikian, ruang yang diciptakan untuk saling mendengar dan membangun hubungan manusiawi menjadi lebih mungkin.
Seringkali dalam keheningan, misalnya, kita melihat adanya komunikasi paling otentik antara orang yang sedang jatuh cinta: gerak-gerik, ekspresi wajah dan bahasa tubuh adalah tanda-tanda   mereka mengungkapkan dirinya bagi yang lain. Kegembiraan, kecemasan dan penderitaannya dapat dikomunikasikan semuanya dalam keheningan. Sesungguhnya bagi mereka, keheningan merupakan cara mengungkapkan diri yang sangat kuat. Maka keheningan membuka jalan bagi komunikasi yang lebih aktif,  yang bila disertai kepekaan dan kemampuan untuk mendengar, ia mampu mewujudkan takaran dan kodrat hubungan yang benar oleh mereka yang terlibat dalamnya. Ketika pesan dan informasi melimpah ruah, keheningan menjadi hakiki untuk membedakan mana yang  penting dan mana yang tidak berguna atau sekuder. Permenungan yang lebih mendalam membantu kita menemukan  jalinan antara peristiwa-peristiwa yang tampaknya tidak berkaitan, mengevalusasi, menganalisis pesan dan hal ini memungkinkan kita berbagi pendapat yang bijaksana dan relevan, sehingga melahirkan suatu stuktur  otentik mengenai pengetahuan yang kita miliki bersama. Agar hal ini terjadi, perlu dikembangkan lingkungan yang sesuai, sejenis ‘ekosistem' yang mempertahankan keseimbangan antara keheningan, kata-kata, gambar dan suara.
Proses komunikasi pada saat ini sebagian besar  dipicu oleh  pertanyaan pencarian jawaban. Mesin pencari dalam jejaringan sosial telah menjadi titik awal komunikasi bagi banyak orang yang mencari saran, gagasan, informasi dan jawaban. Di zaman kita, internet lebih menjadi sebuah forum untuk pertanyaan dan jawaban. Memang, manusia zaman kini sering diterpa dengan  jawaban-jawaban untuk pertanyaan yang tidak pernah mereka ajukan dan kebutuhan yang tidak pernah mereka sadari. Bila kita mengenal dan berfokus pada pertanyaaan-pertanyaan yang sungguh-sungguh penting, maka keheningan adalah suatu modal berharga yang memampukan kita untuk  memiliki ketrampilan membedakan secara tepat  berhadapan dengan meningkatnya stimulus dan data  yang kita terima. Bagaimanapun juga, di tengah kerumitan dan keragaman dunia komunikasi, banyak orang dihadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan utama tentang keberadaan manusia:  siapakah saya? Apa yang dapat saya tahu? Apa yang harus saya lakukan? Apa yang boleh saya harapkan? Hal ini penting untuk memberikan jawaban kepada mereka yang seringkali melontarkan pertanyaan-pertanyaan serupa dan membuka kemungkinan untuk sebuah dialog yang mendalam- melalui sarana kata-kata dan tukar pikiran- tetapi juga  melalui panggilan untuk permenungan yang hening; sesuatu yang seringkali lebih berharga ketimbang jawaban yang tergesa-gesa, sekaligus memberikan kemungkinan kepada para pencari jawaban menjangkau kedalaman diri dan membuka diri bagi jalan menuju pengetahuan yang telah diukir Allah dalam sanubari manusia.
Pada akhirnya, pertanyaan-pertanyaan  yang senantiasa dilontarkan ini menunjukkan kegelisahan manusia yang tiada hentinya mencari kebenaran- dari yang terpenting hingga yang kurang penting- yang dapat memberikan makna dan harapan bagi kehidupan mereka. Kaum laki-laki dan perempuan tidak boleh merasa puas dengan tukar pikiran dan pengalaman hidup yang dangkal dan meragukan tanpa mempertanyakannya. Kita semua sedang  mencari kebenaran dan memendam kerinduan yang sama lebih dari masa yang pernah ada: "ketika manusia berbagi informasi, mereka telah berbagi diri mereka, pandangan mereka tentang dunia, harapan dan gagasan mereka" (Pesan Hari Komunikasi Sedunia tahun 2011).
Kita perlu menaruh perhatian terhadap berbagai jenis website (laman), aplikasi dan jejaring sosial yang dapat membantu manusia zaman ini menemukan waktu untuk permenungan dan pertanyaan sejati sekaligus  menciptakan ruang untuk keheningan  dan kesempatan untuk berdoa, meditasi, atau syering Sabda Allah. Melalui kalimat-kalimat yang singkat namun padat, seringkali tidak lebih panjang dari sebuah ayat dalam Kitab Suci, sebuah pemikiran yang mendalam dapat dikomunikasikan, asalkan mereka yang terlibat dalam percakapan itu tidak mengabaikan perlunya pertumbuhan hidup batin mereka sendiri. Tidak mengherankan bahwa  berbagai tradisi agama yang berbeda  menganggap kesendirian dan keheningan sebagai suatu keadaan  yang membantu manusia menemukan kembali diri mereka dan kebenaran yang memberikan makna bagi segala hal. Allah dalam wahyu Kitab Suci berbicara juga tanpa kata-kata: ‘seperti yang terungkap oleh Salib Kristus, Allah juga berbicara melalui keheningan. Keheningan Allah, pengalaman berjarak dari Allah yang mahakuasa adalah tahapan yang menentukan dalam perjalanan duniawi Putra Allah, Sabda yang menjelma . . . .keheningan Allah memperkaya kata-kata-Nya yang disampaikan sebelumnya. Dalam masa-masa kegelapan seperti inilah, Dia berbicara melalui rahasia keheningan-Nya" (Verbum Domini,21). Dalam keheningan Salib, kasih Allah dihidupi sedemikian sehingga menjadi sebuah pemberian yang paling utama. Setelah kematian Kristus, ada keheningan besar di atas bumi dan pada hari Sabtu Suci, ketika sang Raja meninggal ... Allah wafat dalam daging  dan membangkitkan mereka yang telah wafat sejak berabad-abad yang lalu" ( bacaan pada Hari Sabtu Suci); suara Allah bergema kembali, dipenuhi kasih bagi umat manusia.
Jika Allah berbicara kepada kita, bahkan dalam keheningan, kita pada gilirannya menemukan dalam keheningan kemungkinan berbicara dengan Allah dan tentang Allah. "kita membutuhkan keheningan untuk kontemplasi yang mengantar kita kepada titik dimana  sang Sabda, yaitu Sabda penebusan, lahir. (Homili, Perayaan Ekaristi bersama para anggota Komisi Teologi Internasional, 6 Oktober 2006). Apabila kita berbicara tentang kebesaran Allah, bahasa yang kita pergunakan tidak selalu memadai, dan dengan demikian, kita perlu membuka ruang untuk kontemplasi dalam keheningan. Dari kontemplasi itu, lahirlah dengan segala kekuatan batin, kerinduan yang mendesak akan perutusan, suatu kebutuhan  ‘mengkomunikasikan apa yang telah kita lihat dan dengar" sehingga semua orang memperoleh persekutuan dengan Allah. (1 Yoh 1:3). Kontemplasi  hening menyelimuti kita di dalam sumber cinta kasih yang  menuntun kita bertemu dengan sesama sehingga kita dapat merasakan penderitaan mereka dan  menyampaikan kepada mereka terang Kristus, amanat kehidupan dan karunia penyelamatan-Nya yang penuh kasih.
Maka, dalan kontemplasi yang hening,  sang Sabda kekal, yang oleh-Nya dunia diciptakan, sungguh-sungguh hadir dan kita  menjadi sadar akan rencana penyelamatan Allah yang terpenuhi melalui sejarah kita oleh perkataan dan perbuatan. Seperti yang ditandaskan oleh Konsili Vatikan II kepada kita, wahyu Ilahi digenapi oleh ‘perbuatan dan perkataan' yang  mengandung kesatuan di dalamnya: sehingga perbuatan-perbuatan yang dilakukan Allah dalam sejarah keselamatan, mewujud  dan menggenapi pengajaran dan kenyataan yang ditandai dengan  perkataan; sementara kata-kata itu  pada gilirannya menyatakan perbuatan dan mengungkapkan rahasia yang tersembunyi di dalamnya"(Dei Verbum, 2). Rencana penyelamatan ini mencapai puncaknya dalam diri Yesus dari Nazareth, pengantara dan pemenuhan semua wahyu.  Ia memperkenalkan diri kepada kita  wajah yang benar dari Allah Bapa dan oleh salib-Nya dan kebangkitan-Nya Ia  membebaskan kita dari perbudakan dosa dan kematian kepada pembebasan anak-anak Allah. Pertanyaan medasar tentang makna keberadaan manusia  menemukan jawabannya dalam misteri Kristus yang mampu membawa damai bagi hati manusia yang gelisah. Pertusan Gereja berasal dari misteri ini dan itulah misteri yang mendorong orang-orang Kristiani menjadi pembawa harapan dan keselamatan, saksi-saksi akan kasihAllah yang  menjunjung martabat manusia serta membangun keadilan dan damai.
Kata dan keheningan: belajar berkomunikasi adalah belajar untuk mendengar dan merenung sebagaimana berbicara. Hal ini terutama penting bagi mereka yang  terlibat dalam karya evangelisasi: baik keheningan maupun kata adalah unsur hakiki, bagian utuh karya komunikasi Gereja demi pembaruan karya pewartaan Kristus zaman ini.  Kepada  Bunda Maria,  yang dalam keheningannya "mendengarkan Sabda dan menjadikannya mekar" (Doa pribadi di Loreto, 1 September 2007),  saya mempercayakan semua karya evangelisasi yang Gereja laksanakan melalui sarana komunikasi sosial.

Vatikan, 24 Januari 2012, Pesta Santo Fransiskus dari Sales
Paus Benediktus XVI.

Minggu, 06 Mei 2012

Happy Birthday Papa!!!!!


Pertemuan Paus dengan Presiden Albania

Sabtu pagi ini, 5 Mei 2012 Paus Benediktus XVI bertemu Presiden Republik Abania, Bamir Topi, yang sebelumnya disambut oleh Sekretaris negara, Kardinal Tarcisio Bertone dan Uskup Dominique Mamberti.  Pertemuan itu membahas isu-isu pokok seputar hubungan kedua negara, hubungan antara Gereja dengan komunitas masyarakat, termasuk membahas seputar dialog inter-religius dan kontribusi Gereja bagi perkembangan pendidikan dan kehidupan sosial. Mereka juga membahas kesepakatan negara Abania untuk masuk menjadi bagian dari negara=negara uni-eropa.  Paus dan Bamir Topi juga sempat membahas mengenai krisis ekonomi global yang dewasa ini melanda dunia.(Antoni Primus)

Rabu, 18 April 2012

Agnes Monika: “Puji Tuhan”


Agnes Monica Muljoto

Menjadi artis Internasional merupakan dambaan sebagian besar artis Indonesia, tak terkecuali bagi wanita secantik Agnes Monica Muljoto. Tahun 2011 dan 2012 menjadi permulaan penting melonjaknya karir wanita kelahiran Jakarta, 1 Juli 1986 tersebut untuk go International. Dengan mengusung motto “Dream, believe, and make it happen” Agnes Monika menunjukkan bahwa ia memiliki kemampuan yang setara dengan artis-artis internasional. Hal ini dibuktikan Agnes dengan beberapa bulan lalu ketika ia memenangkan Shorty Awards yang diselenggarakan di Time Center, New York, Amerika Serikat, dimana ia dikabarkan telah menyingkirkan posisi Justin Bieber dan Lady GaGa. Bukan hanya itu saja, tetapi juga berbagai penghargaan Internasional diraih pelantun tembang “Matahariku” tersebut. Agnes Monika meraih gelar penghargaan dalam kategori Singer and Fashion.
Ketika tiba di bandara Internasional, Agnes mengungkapkan rasa syukurnya kepada Tuhan Yesus, Penyelamat, yang telah membimbing Agnes menggapai impiannya selama ini. Itulah kebiasaan Agnes setiap kali meraih prestasi nama Jesus Christ selalu pertama disebutnya. “Mengalahkan Justin Bieber, yah gimana ya…Puji Tuhan saja.. bersyukur punya fans yang sangat mendukung  dan bisa punya kesempatan masuk nominasi itu saja juga bersyukur sekali. Banyak hal yang mesti disyukuri aja” ujar Agnes Monika. Kebanggaan ini tentu saja tidak serta-merta membuat artis yang juga salah satu juri Indonesian Idol ini puas. Sebab ia masih memiliki impian yang besar yakni dapat masuk dalam nominasi Gramy Award, sebuah ajang bergengsi di Amerika Serikat.  
“popularitas dan uang itu akan datang dengan sendirinya, jadi kalau misalkan kita mau dikasi berkat yang sepuluh kali lipat jadi kita harus bekerja lebih keras 20 atau 30 kali lipat lebih daripada orang lain. Istilahnya kita jangan mengeluh, ih aduh…kok dia bisa, gue engga ya? Cari tau kenapa orang lain bisa dan aku ngga. Untuk  mencapai target yang aku pingin belum. Karena target aku tu pingin menang Gramy. Jadi belum, cuman menuju ke sana sudah” seru Agnes yakin akan kesempatannya untuk masuk dalam nominasi Gramy.
Alumni Universitas Pelita Harapan, Jurusan Hukum ini berjanji akan terus berprestasi untuk menghasilkan yang terbaik dari setiap penampilannya sebagaimana yang dipesankan oleh Ibundanya kepadanya. "Ibu saya selalu bilang, jangan fokus sama award-nya. Itu hanya salah satu indikator prestasi. Banyak yang nggak menang award tapi prestasinya baik," kata Agnes menirukan pesan Ibunya ketika diwawancarai salah satu media.
                “Aku bilang itu semua berasal dari mimpi. Aku bisa sampai di sini juga karena dream gitu” pungkas Agnes menapik anggapan orang-orang yang pesimis dengan kiprahnya untuk go Internasional. Bagi pemeran sinetron “Pernikahan Dini” ini, yang terpenting ialah usaha dan kerja keras yang terus-menerus.  
                Awal mula karir Agnes di dunia entertaintment ditekuninya sejak kecil dengan menjadi presenter dan penyanyi cilik. Ketika itu Agnes kecil melantunkan single seperti Si Meong, Bala-Bala, Yess, dan Tralala-Trilili. Momen yang paling berkesan dan mengantarnya mulai terkenal ketika ia terpilih untuk membintangi sinetron “Pernikahan Dini” dengan membawakan lagu soundtracknya sendiri yang berjudul “Pernikahan Dini” dan “Seputih Hati”. Putri kedua dari dua bersaudara ini semakin mengembangkan karirnya dengan merilis album pertamanya yang bertajuk “And The Story Goes…” Hadirnya album ini mendorong Agnes untuk berani bermimpi untuk berprestasi dalam dunia musik internasional. Ia pun memproduksi beberapa album hitsnya antara lain ”Tanpa Kekasihku”, ”Tak Ada Logika”, dan ”Cinta Di Ujung Jalan”. Menarik bahwa dalam album kedua Agnes telah menggandeng Keith Martin, Artis Amerika yang populer dengan lagu “Because of You”. Salah satu lagu populernya  yang menjadi Soundtrack di sinetronnya yang berjudul “Jelita” adalah “Matahariku” yang akhirnya berhasil mengantar Agnes meraih “The Most Favourite Female” MTV INDONESIA AWARDS 2008. Beberapa prestasi lain juga diraihnya antara lain masuk dalam nominasi MTV Europe Music Award, yang menjadi kesempatan bagi Agnes berduet dengan musisi kelas dunia,  Michael Bolton.
Sejak terpilih menjadi salah satu host red carped AMA (American Music Awards) 2010 lalu, artis dengan segudang prestasi ini menjadi sering bolak-balik Indonesia – Amerika. Di ajang bergengsi di Amerika tersebut, Agnes mendapat kesempatan untuk berduet dengan artis asal Meksiko yang juga seorang pemeran telenovela, Christian Chavez. Mereka menyanyikan lagu berjudul En Donde Estas. Agnes sendiri menyanyikan lagu tersebut dalam tiga bahasa sekaligus, yakni Spanyol, Indonesia, dan Inggris, sedangkan Christian tentu menyanyikan lagu tersebut dalam bahasa Spanyol dan Inggris. Ini merupakan penampilan yang tak kalah spektakuler, karena mendapat antusias yang tinggi dari para pencinta musik internasional. Kiprah Agnes yang pantang putus asa tersebut mendapat perhatian berbagai kalangan untuk menyampaikan penghargaan bagi wanita multitalent tersebut. Di antaranya pemilik album SACRREDLY AGNEZIOUS ini mendulang penghargaan Nugraha Bhakti Musik Indonesia 2011 dari  Menteri Kebudayaan dan Pariwisata dan Persatuan Artis Penyanyi, Pencipta Lagu dan Penata Musik Rekaman Indonesia  (PAPPRI), karena kontribusinya bagi perkembangan musik di Indonesia. Dalam ajang musik Asia, Agnes turut bersaing di JpopAsia International Music Awards 2010 dan bersaing dengan bintang-bintang Top Asia. Dalam ajang ini, Agnes menjadi satu-satunya artis Indonesia yang masuk dalam nominasi untuk kategori
·         Favourite Artist
·         Best Female Solo
·         Best Musical Ability
·         Sexiest Female Singer dan
·         Most Want-to-be Girlfriend
                Semua penghargaan yang diterima Agnes Monika menjadi pemicu semangatnya untuk terus menjadi yang terbaik. Baginya penghargaan ini perlu ia pertanggung jawabkan dengan karya-karya monumentalnya baik di ajang nasional maupun internasional. Tentunya segala upaya tersebut tidak menjadikan agnes berbangga dengan dirinya sendiri, sebab ia yakin akan keajaiban Tuhan Yesus yang tetap menjadi sosok istimewa dalam setiap kehidupannya. Itulah sebabnya, Agnes tergolong artis pendatang baru yang kuat bertahan di tengah arus gosip yang melanda sejumlah artis Indonesia. Di samping itu, peran keluarga sangat tinggi mendampingi kiprah Agnes terutama mewujudkan impiannya “go International”. Dukungan keluarga tampak nyata dalam diri kakaknya, Steve, yang sekaligus menjadi managernya sendiri.
                Selain dukungan keluarga, tidak kalah penting juga dukungan para fans yang t5idak pernah merasa bosan dengan penampilan Agnes Monika. Di antaranya seperti yang dialaminya ketika mengadakan Live In Concert pada 15 April lalu di Medan. “Dari berbagai kota yang pernah saya singgahi, tipikal dan karakter fans di Kota Medan ini sangat berbeda sehingga saya sangat senang sekali bila hadir ke sini. Dan bukan yang pertama, sebelumnya saya hadir untuk perkenalan album pun sambutan fans luar biasa, wow. Apalagi saat di bandara luar biasa gila,” ucap Agnes yang melanjutkan pendidikannya di OSU Amerika Serikat dengan Program Distance Education Jurusan Political Science,  dalam suatu temu pers sebelum mulai konser di Convention Centre Santika Hotel Medan. Dukungan para fans diakui Agnes menjadi penguat langkah karirnya dan Putri pasangan Jenny Siswono dan Ricky Suprapto ini tidak pernah berhenti mengucapkan terima kasihnya kepada masyarakat yang telah menerimanya dengan gembira melalui karya-karya spektakulernya. (Anthoni)


Sekularisme Tantangan Iman Umat


Mgr. Suharyo

Dalam seminar tentang Ekaristi bersama para pengikut St. Fransiskus dari Asisi di Jakarta bulan lalu, Uskup Agung Jakarta Mgr. Ignatius Suharyo, Pr mengungkapkan peran Ekaristi sebagai sumber iman dalam dunia modern menemukan tantangan sekularisme. ”Sekularisme berawal dari sekularisasi yakni pengakuan akan otonomi manusia yang disertai sikap menyingkirkan Allah. Bila dahulu, segala persoalan selalu dikaitkan atau dilihat dalam hubungannya dengan Allah, maka sekarang semua dianggap sebagai urusan manusia,” jelas Uskup yang juga adalah seorang Profesor Kitab Suci Perjanjian Baru tersebut.
”Sadar atau tidak sadar orang beragama pun sudah menganggap Allah tidak ada, sehingga keputusan-keputusan yang diambil dalam hidup tidak lagi mencermikan pengakuannya akan  adanya Allah,” pungkas Mgr. Suaharyo menambahkan. Beliau menekankan puncak dari sekularisme ialah hancurnya kehidupan manusia.  Kehancuran itu tidak lain karena manusia telah kehilangan fondasi dasar hidupnya, yakni iman. Untuk itu, Mgr. Suharyo mengajak umat untuk kembali kepada sumber hidupnya, yakni Ekaristi.
”Di dalam ekaristi, kita mampu menemukan siapa diri kita, yakni sebagai ciptaan. Karena itu, Ekaristi mesti selalu membarui hidup kita,” ungkapnya penuh keyakinan. Di dalam Ekaristi, manusia dapat menemukan hakikat hidupnya yang bersumber dari Allah.
”Untuk itulah maka upaya memaknai kembali Ekaristi sebagai sumber dan puncak iman kita menjadi perhatian Gereja, termasuk Gereja Keuskupan Agung Jakarta yang menjadikan tahun ini sebagai Tahun Ekaristi,” ujar Uskup.
”Kehidupan bersama akan menjadi harmonis bila setiap pribadi mampu mengalahkan sekularisme yang tampak dalam kecenderungan-kecenderungan untuk menganggap diri berkuasa dan mampu melakukan segalanya” pungkas Uskup lagi.
 “Dalam Ekaristi kita merayakan Allah, Allah yang sungguh terlibat dalam hidup kita, Allah yang berkuasa atas kita. Jadi, bukan kita yang berkuasa atas hidup dan dunia ini, sebagaimana menjadi ciri sekularisme,” tegas Mgr. Suharyo menekankan. (Grantes)

14 Frater Ditahbiskan Menjadi Diakon


Sebanyak 14 Frater ditahbiskan menjadi diakon oleh Uskup Ruteng Mgr. Hubert Leteng, Pr yang bertempat di Aula Seminari Tinggi Ritapiret Maumere Flores Minggu 15 April lalu. Ke-14 Frater yang ditahbiskan adalah: Fr. Albertus Polikarpus Dedon (Keuskupan Agung Ende), Fr. Anicetus Rahmat Hami (Keuskupan Agung Ende), Fr. Antonius Sanor (Keuskupan Ruteng), Fr. Benediktus Rizaldo Baeng (Keuskupan Ruteng), Fr. Damianus Doweng (Keuskupan Larantuka), Fr. Dionisius Tasman Ware (Keuskupan Maumere), Fr. Fridus Masut (Keuskupan Ruteng), Fr. Hendrikus Nong (Keuskupan Maumere), Fr. Thomas Paulus Parera (Keuskupan Agung Ende), Fr. Silvester Gonzaga (Keuskupan Ruteng), Fr. Rick Jame Ruiz Domangan SDV (Kongregasi Vocationis), Fr. Donatus Pale Gare OCSO (Ordo Terapis) dan Fr. Andreas Era, O.Carm (Ordo Karmel).
Uskup Leteng pada kesempatan itu antara lain mengingatkan para diakon dalam tugasnya selalu bersikap netral dan berpihak pada semua golongan.”Para diakon harus netral dan janganlah terjebak dengan kepentingan kelompok tertentu,”tandas mantan Praeses Seminari Tinggi Ritapiret ini. (Yuven Fernandez)

Mgr Soegijapranata, Teladan Katolik Sejati:


‘menjadi seratus persen Katolik, seratus persen Indonesia’
Mgr Soegijapranata

“Soegija menjadi tokoh penting baik bagi Gereja maupun negara. Semboyannya yang terkenal ‘menjadi seratus persen Katolik, seratus persen Indonesia’ menginspirasi kita untuk menghayati agama sekaligus berperan serta dalam membangun bangsa,” ungkap Rm. Antonius Benny Susetyo, Sekertaris Eksekutif Komisi Hubungan Agama dan Kepercayaan Konferensi Waligereja Indonesia dalam sebuah dialog baru-baru ini di Gedung KWI, Jakarta, menyongsong peluncuran Film Mgr. Soegija”. Film yang mengisahkan kehidupan dan karya seorang Katolik sejati, Mgr. Soegija ini disutradarai oleh seorang sutradara terkenal, Garin Nugroho dengan melibatkan beberapa artis nasional Indonesia. ”Untuk konteks sekarang pun orang Katolik tidak bisa tidak mesti terlibat dalam persoalan bangsa. Jangan lagi menganggap diri sebagai minoritas. Mari kita bersama-sama membangun bangsa ini,” Tambah Rm. Benny yang juga seorang alumni STFT Widya Sasana Malang ini. Dialog yang dihadiri oleh sejumlah seniman seperti para artis papan atas dan para produser film serta sejarahwan tersebut menjadi momen penting menggapai suatu dialog keberagaman dalam konteks Indonesia.
Garin Nugroho, dalam komentarnya memuji sosok Uskup Pribumi Pertama Indonesia tersebut sebagai seorang yang sangat humanis dan memiliki jiwa pluralis. “Film itu tidak hanya berbicara tentang agama Katolik melainkan lebih banyak tentang pesan universal dan kemanusiaan,” jelas Garin. Sementara itu, salah satu pemeran film ini, Olga Lidya, menyampaikan harapannya agar film ini dapat menghidupkan kembali semangat cinta akan kedamaian. “Opsi Soegija untuk menghentikan kekerasan perlu dihidupkan lagi,” ujar Olga. Dalam kesempatan yang sama, Uskup Agung Jakarta, Mgr. Ign. Suharyo mengemukakan bahwa tindakan Mgr. Soegija merupakan wujudnyata dari kehendak Allah dalam menciptakan bonum commune. Ini menjadi panggilan khas iman Kristiani sebagai bagian dari bangsa Indonesia. Film yang monumental ini rencananya akan tayang mulai 7 Juni 2012 mendatang di bioskop-bioskop XXI di Jakarta. Diharapkan Film yang mengambil setting di kota Semarang, Jawa Tengah ini dapat memberikan kontribusi positif bagi perkembangan pluralisme di Indonesia. (Grantes)



Selasa, 17 April 2012

Megawati Soekarno Putri: “Saya akan maju menjadi presiden jika Rakyat menginginkan”


Mantan Presiden Indonesia, Megawati Soekarno Putri pada senin lalu, 16 April mengungkapkan kesiapannya untuk dicalonkan menjadi Presiden RI pada 2014 mendatang. “Saya akan maju menjadi presiden jika Rakyat menginginkan”, demikian ujar mantan Presiden wanita pertama Indonesia tersebut penuh keyakinan.

Pemimpin dan pendiri Partai Demokrat Indonesia Perjuangan (PDIP) tersebut begitu optimis bahwa ia akan memenangkan hati rakyat pada pemilihan presiden yang akan datang. Megawati menyampaikan bahwa optimismenya tidak sekedar optimisme pribadi tetapi berdasarkan dukungan dan permintaan masyarakat kepadanya. Putri dari Proklamator Indonesia, Soekarno tersebut mengungkapkan akan mempertimbangkan permintaan tersebut ketika mengunjungi Bali, pada Minggu 15 April lalu. Megawati menambahkan bahwa di manapun ia berada atau mengadakan kunjungan, dukungan terhadap kiprahnya selalu “mengalir”. (Anthoni Primus)

Senin, 16 April 2012

Pengelolaan Keuangan Pendidikan Katolik Melalui Investasi


Rapat Umum Anggota Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik  ke 29 Tahun 2012   12 – 15 Maret 2012 di Surabaya


Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik (APTIK) tahun 2012 ini melaksanakan Rapat Umum Anggota (RUA)  ke 29 di Surabaya yang berlangsung dari tangal 12 – 15 Maret 2012 bertempat di Hotel Mercure-Grand Mirama Surabaya. Tuan rumah dan panitia penyelenggara adalah Yayasan Widya Mandala dan Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya.
Sebanyak 113 peserta mengikuti pertemuan rapat umum anggota yang setiap tahun diadakan, RUA ini bertemakan: “Meningkatkan Kualitas Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi Melalui Manajemen dan Tata Kelola Keuangan” dihadiri Duta Besar Tahta Suci Vatikan untuk Indonesia Mgr. Antonio Guido Fillipazzi, Ketua Komisi Pendidikan KWI Mgr. Aloysius Sudarso SCJ dan Uskup Surabaya Mgr. Vincentius Sutikno Wisaksono. Tampak hadir juga badan pengurus APTIK, Sekretariat APTIK, Pemenang APTIK Award ke 2 tahun 2012, para Koordinator Program, Asisten Koordinator Program, Pimpinan Yayasan dan Perguruan Tinggi di lingkungan APTIK, para peninjau dan undangan khusus.
Kehadiran Dubes Tahta Suci ke Surabaya ini diundang APTIK kapasitasnya bukan sebagai kunjungan Pejabat Negara tapi kunjungannya sebagai Pejabat Gereja yang membuka secara resmi RUA APTIK ke-29 tahun 2012 ini. Acara pembukaannya berlansung di Auditorium Benedictus Unika Widya Mandala Surabaya.
Kehadiran Dubes Tahta Suci Vatikan ini di Surabaya sebagai Wakil Bapa Suci pada kesempatan ini menggarisbawahi bagaiman Bapa Suci sungguh memperhatikan karya pendidikan terutama pada pendidikan perguruan tinggi dalam konteks gereja Indonesia. Perhatian dari Bapa Suci ini terhadap karya pendidikan di Indonesia ditengah masyarakat telah digarisbawahi melalui berbagai pernyataan dari Bapa Paus yang dilanjutkan kepada pejabat negara dan komunitas Katolik Indonesia.
Seperti amanat yang telah disampaikan oleh Beato Yohanes Paulus II ketika Beliau bertemu dengan para cendikiawan di Unika Atma Jaya Jakarta pada tanggal 12 Oktober 1989 yang lalu. Bapa Suci senantiasa menggarisbawahi bahwa karya pendidikan merupakan salah satu kontribusi yang terpenting dapat diberikan oleh gereja kepada bangsa Indonesia sekaligus Bapa Suci meminta kepada pejabat negara agar senantiasa menghormati dan mendukung kebebasan gereja untuk berkarya dalam bidang ini. Paus Pius ke XII juga ketika menerima wakil diplomatik dari negara Indonesia di tahta suci untuk pertama kalinya sesudah merdeka, mengingatkan bahwa Presiden Soekarno berhak menyatakan bahwa karya umat Katolik dalam bidang pendidikan ini perlu dibawah wewenang Pancasila sendiri.

Pesan Nuntius
Dalam sambutannya sebelum membuka secara resmi RUA APTIK ini Nuntius mengatakan, rapat umum ini merupakan kesempatan untuk melanjutkan dan meningkatkan mutu dan tugas luhur dalam bidang pendidikan yang dipercayakan gereja kepada kita sekalian. Tujuan cita-cita pernah tercapai karena tuntutan dari gereja dan masyarakat serta tuntutan dilihat dari tugas dalam bidang pendidikan itu sendiri, terus-menerus membawa pembaharuan berkelanjutan. Tuntutan-tuntutan terus bermunculan dan demikian juga tantangan dalam masalah yang mempersulit tugas pendidikan-pendidikan anda sekalian, diantara tantangan-tantangan ini ada juga yang berkaitan dengan pengelolaan universitas dan lembaga lain yang diwakili di sini. Inilah fokus perhatian dalam pendalaman dan diskusi yang akan berlangsung selama beberapa hari di pertemuan ini.  
“Saya tidak bermaksud dan tentu saja ini bukan kapasitas saya untuk memberi nasihat yang bersifat teknik, lagipula kita semua menyadari betapa menyakini semua saudara-saudari kita yang bertugas dalam tata pengelolaan karya pendidikan di universitas. Saya ingin mengingatkan bahwa sambil mendalami tema dan persoalan-persoalan ini kita tidak boleh mencari solusi hanya dari sudut pandang pragmatis belaka. Kita tidak boleh menghemat dan berinvestasi secara cermat ataupun mencari subsidi tanpa memperhatikan cara untuk memenuhinya. Kita mesti mengingat bahwa setiap upaya untuk memperbaharui tata kelolaan tidak boleh lepas dan beberapa masukan yang tidak dapat ditawar-menawar oleh universitas Katolik,” ucap Nuntius.
Poin pertama ialah bahwa kita mungkin selalu mengenang tujuan yang sebenarnya dari universitas Katolik, misinya ialah misi seluruh gereja yang  dipanggil untuk mewartakan Injil yakni meneruskan misi Yesus Kristus sendiri. Mereka yang berkarya dan bekerja di universitas Katolik tidak bertujuan untuk studi dan penelitian belaka seperti di universitas yang lain. Lebih lagi, kita tidak boleh bertujuan untuk mencari untung kepentingan pribadi, sukses dan pindah politik atau sosial untuk memenuhi karya pendidikan. Jika gereja ini dan memiliki universitas Katolik, tujuannya ialah agar universitas-universitas ini memberi kontribusi sesuai dengan ciri khasnya masing-masing demi kedatangan kerajaan Allah. Kita semua tahu bahwa tidak sedikitlah jumlahnya orang non-Kristiani yang mengenal Kristus dan iman Katolik, justru melalui kemuliaan di lembaga-lembaga perguruan tinggi Katolik. Pada awal karya penelitian, Yesus mengutip kata-kata nabi “Tuhan tengah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin. Kata-kata ini mengingatkan kita bahwa kaum miskinlah yang musti kita prioritaskan seperti pada zaman Yesus sendiri. Oleh karena itu tidak bisa disetuju jika lembaga-lembaga Katolik hanya menerima pemuda-pemudi yang kaya, hanya karena krisis kesulitan dari segi finansial. Sejarah gereja memberi contoh yang banyak mengenai orang-orang suci yang mempersembahkan hidupnya dan mendirikan lembaga-lembaga untuk memberikan akses bahwa pendidikan kepada mereka yang tidak mampu.
Satu poin lainnya, menurut Nuntius, tidak boleh kita lupakan itikad kita membicarakan soal-soal yang menyangkut tata pengelolaan. Kita cukup jelas bertujuan baik, tujuan itu mesti kita capai melalui sarana-sarana yang baik juga. Tentu saja kita semua sadar, bahwa manajemen lembaga-lembaga kita meski memadai agar universitas dapat hidup dan berkarya tanpa hambatan finansial. Namun, dengan mengingat harus mengurus prinsip kebenaran, keyakinan, transparansi, hormat pada manusia, dan hukum serta ketulusan moral. Kita mengingat kata-kata Yesus yang mengatakan bahwa kita ada di dunia namun bukan dari tudingan yakni kita tidak bisa memakai pola pikir duniawi yang sedemikian selebihnya dipakai untuk berurusan dalam bidang sosial dan ekonomi, memakai pola pikir duniawi dalam mengelola universitas Katolik merupakan kesaksian yang bertentangan dengan Injil. Injil, kaum miskin dan keadilan, ketiga kata ini merangkul semua idealisme yang tidak dapat ditawar ketika kita berbicara soal pengelolaan universitas agar tetap terjaga ciri khas universitas Katolik. Tentu saja, hal tersebut tidak berarti menyangkal ataupun merendahkan pentingnya kompetensi dan profesionalitas. Dua-duanya merupakan visi dan kor yang sama, kita tidak boleh memisahkannya jika sungguh mau berkomitmen demi pendidikan melalui karya perguruan tinggi. Tema yang akan dibahas dalam pertemuan ini agak kompleks, baik karena sulitnya topik sendiri maupun pembahasannya mesti tetap berkenaan dengan arti dan budi baik kita Katolik yang sebenarnya.
Meskipun demikian kita tidak boleh melupakan bahwa kita sangat terbantu oleh kerjasama kita sebagai anggota dari lembaga ini harus menjadi ruangan untuk menemukan formasi, membagi-bagi, memberi nasihat, dan merencanakan bersama. Dalam pertemuan anda sekalian diajak untuk membagi pengalaman masing-masing serta jalan dan solusi terbaik untuk masa depan. Kita mensyukuri apa adanya lembaga seperti ini serta menyadari bahwa organisasi harus difungsikan semaksimal mungkin. Oleh karena itu, selama berlangsungnya pertemuan semua anggota dengan rela membagi pengetahuan dan pengalaman yang dia miliki. Dan juga rela menerima dorongan, nasihat, usul, saran dan koreksi dari anggota-anggota lain. Kadangkala sikap kurang rendah hati dan kedangkalan dalam relasi antara kita mengalami kerelaan yang bersisi dua berseteru. Dengan demikian kita tidak memperhatikan orang lain,  hendak mendalami rasa yang mereka dapatkan jika bersifat depresif dan agresif terhadap orang lain. Kita tidak rela lebih jauh kembali, karena dalam perbuatan kita dan sebagainya. Oleh karena itu kita tidak akan memanfaatkan kekayaan dan hal-hal berguna yang diutarakan dalam assembling ini.
Sehingga pertemuan ini akan menjadi kegiatan sia-sia, sesuatu yang dijalankan sebagai kewajiban diantara kegiatan lain yang mengisi agenda kita semata. Saya percaya bahwa saudara sekalian menyadari betapa besar manfaatnya dari pertemuan ini guna menghadapi persoalan-persoalan yang menjadi keprihatinan kita bersama dengan seluruh gereja Indonesia. Saya juga yakin bahwa saudara sekalian berkomitmen untuk menjadikan pertemuan ini, berkesempatan memperoleh wacana dan gagasan, penghiburan dan semangat baru guna kembali ke tugas anda di perguruan tinggi masing-masing dalam menghadapi kesulitan baik kecil maupun besar yang dialami dalam pengelolaan dan administrasi sehari-hari.

Peningkatan kualitas perguruan tinggi
Ketua Komisi Pendidikan KWI Mgr Aloysius Sudarso SCJ dalam sambutannya memberikan apresiasi kepada APTIK yang mendorong anggotanya melakukan berbagai pengembangan bagi pimpinan yayasan dan perguruan tinggi, dosen maupun karyawan melalui berbagai pelatihan kepemimpinan, manajemen dan bahkan dalam dua periode terakhir memfasilitasi pemberian hadiah kepada para peneliti yang berprestasi. Meningkatkan dedikasi dan kompetensi dosen di Indonesia merupakan pekerjaan yang tidak mudah karena diperlukan langkah strategis untuk memetakan, menjaring kualitas dosen dalam meningkatkan keterampilan mengajar dan membangkitkan keprofesionalisme mereka.
Berbekal pengetahuan yang cukup dan pengalaman yang teruji, Komisi Pendidikan KWI berharap APTIK dapat menyebarluaskan tata kelola penyelenggaraan pendidikan yang baik dikalangan lembaga-lembaga pendidikan Katolik di Indonesia yang sedang menghadapi berbagai ancaman budaya konsumerisme, intoleransi dan radikalisme agama yang didukung hilangnya draft kepercayaan akhir-akhir ini yang membahayakan hidup bernegara dan berbangsa. Kepercayaan satu sama lain juga terhadap pemerintah dan sebagainya sangat juga mempengaruhi situasi kita.

“Kami berharap agar keunggulan tata kelola pendidikan di zaman ini akan terwujud juga ditengah-tengah perguruan tinggi Katolik dibawah APTIK ini. Dengan kepemimpinan yang visioner learning centre organiz system dengan ketetapan berfokus ke masa depan dan mempunyai tanggung jawab sosial sebagaimana yang sangat diharapkan dan diperjuangkan serta memperjuangkan nilai-nilai yang luhur,” ucap Mgr Aloysius yang juga Uskup Agung Palembang.
APTIK yang terdiri dari 17 Anggota Yayasan pengelola bagi 19 Perguruan Tinggi Katolik memiliki sekitar 79.000 mahasiswa. Beberapa diantara perguruan tinggi Katolik berada diantara 50 perguruan tinggi terbaik di Indonesia yang diumumkan Dirjen Pendidikan Tinggi setiap tahunnya, walaupun harus diakui masih terdapat anggota APTIK yang harus mengejar ketinggalan untuk itu.
Sementara itu Ketua APTIK  Richardus Djokopranoto pada sambutannya berharap dari hasil pertemuan dan pendalaman ini akan memungkinkan para anggota APTIK untuk lebih mampu lagi menata dan mengembangkan kekayaan yang dipercayakan masyarakat untuk kinerja dan kualitas perguruan tinggi masing-masing.
Sebagaimana telah diketahui bersama tema RUA APTIK sama dengan tema Hari Studi APTIK di bulan Oktober 2011. Yaitu: “Meningkatkan Kualitas Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi Melalui Manajemen dan Tata Kelola keuangan”. Tema ini sama dengan hari studi, karena memang ingin melanjutkan pembicaraan dan diskusi, sebagai kelanjutan dari pembicaraan dan pendalaman di hari studi yang lalu dibicarakan tentang manajemen perguruan tinggi, tata kelola keuangan perguruan tinggi dan wealth manajement penyelenggaraan perguruan tinggi dari para narasumber di dalam kalangan sendiri. kali ini pendalaman akan dilengkapi dengan menerima penjelasan narasumber dari lembaga pengelola keuangan dan lembaga manajer investasi pengelola reksadana terbesar di Indonesia.

Pengelolaan keuangan yang transparansi
Sebelumnya bertempat di Bangkok Room, Hotel Mercore-Grand Mirama Surabaya, Ketua APTIK Richardus Djokopranoto dan Sekretaris APTIK Prof. Bernadette Setiadi serta Ketua Panitia Penyelenggara Kuncoro Foe mengadakan Press Conference kepada para media cetak dan elektronik. Pada press conference itu disampaikan bahwa kebijakan pemerintah yang mendorong manajemen perguruan tinggi untuk terus mengupayakan pengelolaan perguruan tinggi secara otonom, akuntabel, dan transparan telah membuka peluang bagi penyelenggara perguruan tinggi untuk dapat melakukan berbagai langkah terobosan yang inovatif dan kreatif. Hal ini pada gilirannya diyakini mampu menghasilkan produk pendidikan yang bermutu, dalam hal lulusan, hasil riset dan publikasi, karya inovasi, dan pada akhirnya memperbesar kontribusinya bagi pembangunan bangsa.
Press conference ini hanya berlangsung 30 menit, para awak media ada bertanya mulai soal dosen asing yang mengajar di perguruan tinggi di Indonesia, lalu bertanya bagaimana manajemen tata kelola keuangan secara terbuka di sebuah perguruan tinggi hingga standarisasi bagi keanggotaan APTIK itu sendiri. “Menjadi pemikiran yang serius bagi penyelenggara pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh masyarkat untuk mencari sumber pendanaan alternatif selain uang sumbangan pembinaan pendidikan dari mahasiswa. APTIK sebagai suatu asosiasi berskala nasional yang beranggotakan Yayasan Pendidikan Tinggi Katolik, serius menyikapi hal tersebut,” ucap Djokopranoto kepada media yang hadir.

Pada kesempatan itu Ketua APTIK Menyampaikan sejarah APTIK yang didirikan tahun 1984 di kota Surabaya (28 tahun), waktu didirikan anggotanya baru 4. Kini anggotanya ada 17 Yayasan yang menyelenggarakan perguruan tinggi Katolik, 17 yayasan ini yang mengelola 19 Perguruan Tinggi yang ada di seluruh Indonesia, mulai dari Pontianak, Medan, Palembang, Jakarta, Jogyakarta, Semarang, Madiun, Surabaya, Makassar, Kupang dan Menado.
Kegiatan APTIK hanya sebagai asosiasi bersama-sama secara sinergis saling bertukar pengalaman, bekerjasama, saling memajukan untuk mempelajari hal-hal yang sama, yang berpengalaman banyak membantu yang muda – yang kuat membantu yang lemah sehingga bisa maju bersama. Secara konkrit setiap tahun mempunyai 2 pertemuan secara nasional yang diikuti anggota. Seperti diadakan setiap minggu pertama atau kedua di bulan Maret yang dinamakan RUA APTIK, badan tertinggi adalah rapat umum anggota untuk membicarakan sesuatu topik dan juga membicarakan program kerja serta menilai dan menganalisis program kerja tahun yang lalu kemudian membuat anggaran dan sebagainya. Secara rutin diadakan dengan tempat yang berpindah-pindah dimana anggota APTIK berada.
Pertemuan nasional kedua yang adakan tiap bulan Oktober merupakan hari studi, selama 2 hari melakukan studi bersama tentang suatu topik tertentu. Studi pada Oktober yang lalu (2011) dan RUA sekarang ini (2012) yang sekarang ini menjadi tema, yaitu: “Meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan tinggi melalui manajemen dan tata kelola keuangan”. Setiap tahun berganti topiknya. Sebetulnya ada tiga hal krusial yang menentukan kemajuan dari perguruan tinggi. Pertama, peraturan dan perundang-undangan yang ada mengenai pendidikan tinggi. Kedua, mengenai peningkatan mutu dosen dan Ketiga, mengenai kemampuan keuangan. Kali dibicarakan mengenai bagaimana mengatur keuangan, bagaimana mengelola secara tata kelola yang baik dan bagaimana menginvestasikan keuangan ini sebaik-baiknya sehingga apa keuangan yang terbatas ini bisa digunakan seoptimal mungkin dan sebagainya. Untuk ini mengundang narasumber dari dalam maupun dari luar.

Perencanaan keuangan yang baik
Ketua panitia Kuncoro Foe menuturkan Perguruan tinggi maupun sekolah tinggi yang tersebar dari paling barat Medan hingga paling timur Kupang, bagaimana caranya pengelolaan manajemen dan sumber daya terbatas ini bisa tetap menyediakan pendidikan tinggi yang berkualitas, memperluas akses terutama untuk daerah-daerah yang tertinggal sehingga itulah mungkin bisa menjadi bahan diskusi kita sebagai bentuk keprihatinan dan komitmen kita bersama untuk mendukung kualitas perguruan tinggi yang baik di Indonesia.
Ketua APTIK menjawab di dalam UU Yayasan yaitu UU No. 16 tahun 2001 yunto No. 28 tahun 2004  di sini sudah diatur Yayasan termasuk yayasan penyelenggara perguruan tinggi atau yayasan penyelenggara sekolah, jika kekayaannya itu melebihi 20 milyar, dia harus menyampaikan laporan keuangannya itu harus diaudit  dan harus disampaikan kepada publik. Juga kalau menerima donasi lebih dari 50 juta satu tahun juga harus menyampaikan itu kepada publik, itu bentuk keterbukaan transparansi tata kelola yang baik. Tapi mungkin ini belum mulai dijalankan, sebetulnya karena relasi UU Yayasan ini masih baru dan masih belum semuanya melaksanakan itu. Tapi semuanya itu sudah diatur seperti itu suatu cara  supaya ada transparansi. Akuntan publik yang sudah mempunyai izin dari pemerintah untuk  mengaudit.
Dalam RUA APTIK ini tidak mengeluarkan rekomendasi apapun, RUA ini hanya memperkuat keuangan bagi para anggota APTIK sendiri, seperti ada anggota yang belum bisa laporan keuangannya diaudit, perlu perencanaan agar bisa diaudit oleh akuntan publik. Itulah tata kelola keuangan yang baik. Anggota APTIK itu sangat bervariasi, APTIK sebagai asosiasi tidak menentukan ini dan itu kepada anggotanya. Masing-masing anggota itu bebas menentukan sendiri, jadi bermacam-macam anggota APTIK itu dibagi menjadi tiga bagian, yakni: Besar, yang mana anggota APTIK yang memiliki mahasiswa lebih dari 5000 orang. Sedang, yang mahasiswanya antara 1000 – 5000 orang. Kecil, mahasiswanya yang memiliki dibawah 1000 orang. Kira-kira sepertiga jumlahnya ada yang besar, sedang dan kecil. Masing-masing anggota itu mempunyai program untuk proyek beasiswa bagi mereka yang perlu dibantu.
Bernadette menyampaikan bahwa perguruan tinggi yang dibiayai dari dana masyakat perlu mempertanggungjawabkan kembali tetapi dalam hal ini yang terutama adalah bagaimana meningkatkan efisiensi, karena dana sangat terbatas sedangkan penggantian dan sebagainya itu masih tergantung kepada dana dari mahasiswa dan dana-dana penelitian yang masih dicari, oleh karena itu efisiensi masih sangat penting. Penyikapan yang dilakukan dalam hal administrasi, seleksi kepegawaian dan sebagainya, diusahakan supaya rasionya lebih terbatas seperti kemampuannya yang baik sehingga demikian bekerja dengan baik pula. Tetapi ini semua tergantung kepada pengalaman masing-masing universitas. Kekuatan dari Asosiasi ini adalah bagaimana para anggota yang besar dan lebih tua usianya men-share pengalamannya kepada yang lebih muda sehingga tidak akan mengalami kesulitan seperti pada pengalaman-pengalaman sebelumnya. “Selama 28 tahun ini semangat solidaritas dan subsidiaritas serta sinergitas dalam setiap programnya dan saling membantu satu sama lainnya oleh setiap anggota tanpa mengurangi otoritas dari masing-masing perguruan tinggi yang menjadi anggota APTIK,” tambah Kuncoro.  
Sistem kerja yang dilakukan APTIK kepada anggotanya, menurut Djokopranoto, bahwa setiap anggota membayar iuran secara tertentu yang besar membayar lebih besar dari yang kecil, jadi tidak persis sama tapi tergantung dari jumlah mahasiswanya. Jadi perguruan tinggi yang besar membayar iuran makin lebih besar dan selama itu dibayarkan secara tepat waktu, lalu ada dana kebersamaan yang digunakan bersama-sama untuk menyekolahkan para dosen yang harus berpendidikan minimum S2 atau S3 di perguruan tinggi itu. Ini program yang sejak 25 tahun yang lalu itu dengan dana kebersamaan itu membiayai pendidikan dosen-dosen untuk mendapatkan program S2 dan S3. Perioritasnya yang lepas itu mendapatkan perioritas yang lebih besar daripada yang kuat itu, kerjasamanya itu dengan uang iuran dan sebagainya.

Mengelola keuangan dengan menginvestasi
Poin-poin yang dibicarakan selama RUA ini, dalam pembahasan tata kelola keuangan ini APTIK mengundang dua narasumber dari manajer investasi yang memberikan kita bagaimana cara supaya dana yang ada yang dipunyai masing-masing anggota itu supaya diinvestasikan supaya mendapatkan penghasilan yang lebih besar daripada sekedar deposito. Sekarang ini, tata cara managemen keuangan yang tradisional itu disimpan dalam bentuk tabungan dan deposito, ini adalah ciri dari masyarakat tradisional seperti itu. Tapi ciri masyarakat modern itu sudah ada dengan investasi-investasi antara lain diinvestasi di instrumen keuangan dan sebagainya. Kita mendengar dari nara sumber itu bagaimana dan terserah kepada anggota yang mulai berpikir juga ke arah itu. Kalau kita melihat universitas-universitas di luar neger negeri di negara yang sudah maju telah lama menggunakan cara-cara investasi yang mana bagaimana mengelola keuangan dengan menginvestasikan selain hanya tabungan dan deposito. Ini sesuatu yang baru itu, diantara anggota ini sudah ada yang melakukan tapi masih banyak yang belum. Di samping itu juga dalam RUA ini membicarakan program-program rutin dan juga membicarakan peraturan-peraturan pemerintah yang sedang jadi pembicaraan, misalnya RUU tentang Pendidikan Tinggi, lalu peraturan Dirjen Dikti mengenai keharusan mempublikasikan karya ilmiah. Semua yang dibicarakan tersebut akan diambil sikap dari APTIK dan dirumuskan sesudah RUA ini. Harapan dari RUA ini, terbuka kesempatan kepada anggota RUA untuk menata kembali mengenai manajemen keuangan dan berani mencari cara-cara yang baru, selain cara yang tradisional dalam mengelola keuangan yang dipercayakan masyarakat kepada mereka.
Menurut data APTIK, perguruan tinggi Katolik yang jumlah terbesar mahasiswanya adalah Unika Atma Jaya Jakarta yang mahasiswan hampir 13.000. Dalam APTIK sendiri tidak ada istilah pembuatan rangking kepada anggotanya. APTIK sendiri melakukan dengan memacu pengembangan standar dan sebagainya, misalnya untuk kedua kalinya mengadakan APTIK Award yang memberikan penghargaan kepada dosen-dosen terbaik bagi anggota Asosiasi ini. APTIK Award ini dilaksanakan 3 tahun sekali, kriterianya sama dengan yang di Dikti dilihat dari sisi pengajaran, penelitian dan sebagainya itu dikompetensikan.
Djokopranoto mengakui bahwa APTIK sendiri tidak melakukan pemerangkingan bagi anggotanya. Melihat rangking dibuat salah satu media cetak nasional, kota-kota yang ada anggota APTIKnya selalu ada masuk dalam rangking yang dibuat media tersebut, misalnya: Unika Atma Jaya Jakarta, Parahyangan Bandung dan Sanata Dharma Yogyakarta, Soegijopranoto Semarang, Widya Mandala Surabaya dan Atma Jaya Jogyakarta. (Parulian Tinambunan – Surabaya)