Senin, 16 April 2012

Pengelolaan Keuangan Pendidikan Katolik Melalui Investasi


Rapat Umum Anggota Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik  ke 29 Tahun 2012   12 – 15 Maret 2012 di Surabaya


Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik (APTIK) tahun 2012 ini melaksanakan Rapat Umum Anggota (RUA)  ke 29 di Surabaya yang berlangsung dari tangal 12 – 15 Maret 2012 bertempat di Hotel Mercure-Grand Mirama Surabaya. Tuan rumah dan panitia penyelenggara adalah Yayasan Widya Mandala dan Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya.
Sebanyak 113 peserta mengikuti pertemuan rapat umum anggota yang setiap tahun diadakan, RUA ini bertemakan: “Meningkatkan Kualitas Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi Melalui Manajemen dan Tata Kelola Keuangan” dihadiri Duta Besar Tahta Suci Vatikan untuk Indonesia Mgr. Antonio Guido Fillipazzi, Ketua Komisi Pendidikan KWI Mgr. Aloysius Sudarso SCJ dan Uskup Surabaya Mgr. Vincentius Sutikno Wisaksono. Tampak hadir juga badan pengurus APTIK, Sekretariat APTIK, Pemenang APTIK Award ke 2 tahun 2012, para Koordinator Program, Asisten Koordinator Program, Pimpinan Yayasan dan Perguruan Tinggi di lingkungan APTIK, para peninjau dan undangan khusus.
Kehadiran Dubes Tahta Suci ke Surabaya ini diundang APTIK kapasitasnya bukan sebagai kunjungan Pejabat Negara tapi kunjungannya sebagai Pejabat Gereja yang membuka secara resmi RUA APTIK ke-29 tahun 2012 ini. Acara pembukaannya berlansung di Auditorium Benedictus Unika Widya Mandala Surabaya.
Kehadiran Dubes Tahta Suci Vatikan ini di Surabaya sebagai Wakil Bapa Suci pada kesempatan ini menggarisbawahi bagaiman Bapa Suci sungguh memperhatikan karya pendidikan terutama pada pendidikan perguruan tinggi dalam konteks gereja Indonesia. Perhatian dari Bapa Suci ini terhadap karya pendidikan di Indonesia ditengah masyarakat telah digarisbawahi melalui berbagai pernyataan dari Bapa Paus yang dilanjutkan kepada pejabat negara dan komunitas Katolik Indonesia.
Seperti amanat yang telah disampaikan oleh Beato Yohanes Paulus II ketika Beliau bertemu dengan para cendikiawan di Unika Atma Jaya Jakarta pada tanggal 12 Oktober 1989 yang lalu. Bapa Suci senantiasa menggarisbawahi bahwa karya pendidikan merupakan salah satu kontribusi yang terpenting dapat diberikan oleh gereja kepada bangsa Indonesia sekaligus Bapa Suci meminta kepada pejabat negara agar senantiasa menghormati dan mendukung kebebasan gereja untuk berkarya dalam bidang ini. Paus Pius ke XII juga ketika menerima wakil diplomatik dari negara Indonesia di tahta suci untuk pertama kalinya sesudah merdeka, mengingatkan bahwa Presiden Soekarno berhak menyatakan bahwa karya umat Katolik dalam bidang pendidikan ini perlu dibawah wewenang Pancasila sendiri.

Pesan Nuntius
Dalam sambutannya sebelum membuka secara resmi RUA APTIK ini Nuntius mengatakan, rapat umum ini merupakan kesempatan untuk melanjutkan dan meningkatkan mutu dan tugas luhur dalam bidang pendidikan yang dipercayakan gereja kepada kita sekalian. Tujuan cita-cita pernah tercapai karena tuntutan dari gereja dan masyarakat serta tuntutan dilihat dari tugas dalam bidang pendidikan itu sendiri, terus-menerus membawa pembaharuan berkelanjutan. Tuntutan-tuntutan terus bermunculan dan demikian juga tantangan dalam masalah yang mempersulit tugas pendidikan-pendidikan anda sekalian, diantara tantangan-tantangan ini ada juga yang berkaitan dengan pengelolaan universitas dan lembaga lain yang diwakili di sini. Inilah fokus perhatian dalam pendalaman dan diskusi yang akan berlangsung selama beberapa hari di pertemuan ini.  
“Saya tidak bermaksud dan tentu saja ini bukan kapasitas saya untuk memberi nasihat yang bersifat teknik, lagipula kita semua menyadari betapa menyakini semua saudara-saudari kita yang bertugas dalam tata pengelolaan karya pendidikan di universitas. Saya ingin mengingatkan bahwa sambil mendalami tema dan persoalan-persoalan ini kita tidak boleh mencari solusi hanya dari sudut pandang pragmatis belaka. Kita tidak boleh menghemat dan berinvestasi secara cermat ataupun mencari subsidi tanpa memperhatikan cara untuk memenuhinya. Kita mesti mengingat bahwa setiap upaya untuk memperbaharui tata kelolaan tidak boleh lepas dan beberapa masukan yang tidak dapat ditawar-menawar oleh universitas Katolik,” ucap Nuntius.
Poin pertama ialah bahwa kita mungkin selalu mengenang tujuan yang sebenarnya dari universitas Katolik, misinya ialah misi seluruh gereja yang  dipanggil untuk mewartakan Injil yakni meneruskan misi Yesus Kristus sendiri. Mereka yang berkarya dan bekerja di universitas Katolik tidak bertujuan untuk studi dan penelitian belaka seperti di universitas yang lain. Lebih lagi, kita tidak boleh bertujuan untuk mencari untung kepentingan pribadi, sukses dan pindah politik atau sosial untuk memenuhi karya pendidikan. Jika gereja ini dan memiliki universitas Katolik, tujuannya ialah agar universitas-universitas ini memberi kontribusi sesuai dengan ciri khasnya masing-masing demi kedatangan kerajaan Allah. Kita semua tahu bahwa tidak sedikitlah jumlahnya orang non-Kristiani yang mengenal Kristus dan iman Katolik, justru melalui kemuliaan di lembaga-lembaga perguruan tinggi Katolik. Pada awal karya penelitian, Yesus mengutip kata-kata nabi “Tuhan tengah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin. Kata-kata ini mengingatkan kita bahwa kaum miskinlah yang musti kita prioritaskan seperti pada zaman Yesus sendiri. Oleh karena itu tidak bisa disetuju jika lembaga-lembaga Katolik hanya menerima pemuda-pemudi yang kaya, hanya karena krisis kesulitan dari segi finansial. Sejarah gereja memberi contoh yang banyak mengenai orang-orang suci yang mempersembahkan hidupnya dan mendirikan lembaga-lembaga untuk memberikan akses bahwa pendidikan kepada mereka yang tidak mampu.
Satu poin lainnya, menurut Nuntius, tidak boleh kita lupakan itikad kita membicarakan soal-soal yang menyangkut tata pengelolaan. Kita cukup jelas bertujuan baik, tujuan itu mesti kita capai melalui sarana-sarana yang baik juga. Tentu saja kita semua sadar, bahwa manajemen lembaga-lembaga kita meski memadai agar universitas dapat hidup dan berkarya tanpa hambatan finansial. Namun, dengan mengingat harus mengurus prinsip kebenaran, keyakinan, transparansi, hormat pada manusia, dan hukum serta ketulusan moral. Kita mengingat kata-kata Yesus yang mengatakan bahwa kita ada di dunia namun bukan dari tudingan yakni kita tidak bisa memakai pola pikir duniawi yang sedemikian selebihnya dipakai untuk berurusan dalam bidang sosial dan ekonomi, memakai pola pikir duniawi dalam mengelola universitas Katolik merupakan kesaksian yang bertentangan dengan Injil. Injil, kaum miskin dan keadilan, ketiga kata ini merangkul semua idealisme yang tidak dapat ditawar ketika kita berbicara soal pengelolaan universitas agar tetap terjaga ciri khas universitas Katolik. Tentu saja, hal tersebut tidak berarti menyangkal ataupun merendahkan pentingnya kompetensi dan profesionalitas. Dua-duanya merupakan visi dan kor yang sama, kita tidak boleh memisahkannya jika sungguh mau berkomitmen demi pendidikan melalui karya perguruan tinggi. Tema yang akan dibahas dalam pertemuan ini agak kompleks, baik karena sulitnya topik sendiri maupun pembahasannya mesti tetap berkenaan dengan arti dan budi baik kita Katolik yang sebenarnya.
Meskipun demikian kita tidak boleh melupakan bahwa kita sangat terbantu oleh kerjasama kita sebagai anggota dari lembaga ini harus menjadi ruangan untuk menemukan formasi, membagi-bagi, memberi nasihat, dan merencanakan bersama. Dalam pertemuan anda sekalian diajak untuk membagi pengalaman masing-masing serta jalan dan solusi terbaik untuk masa depan. Kita mensyukuri apa adanya lembaga seperti ini serta menyadari bahwa organisasi harus difungsikan semaksimal mungkin. Oleh karena itu, selama berlangsungnya pertemuan semua anggota dengan rela membagi pengetahuan dan pengalaman yang dia miliki. Dan juga rela menerima dorongan, nasihat, usul, saran dan koreksi dari anggota-anggota lain. Kadangkala sikap kurang rendah hati dan kedangkalan dalam relasi antara kita mengalami kerelaan yang bersisi dua berseteru. Dengan demikian kita tidak memperhatikan orang lain,  hendak mendalami rasa yang mereka dapatkan jika bersifat depresif dan agresif terhadap orang lain. Kita tidak rela lebih jauh kembali, karena dalam perbuatan kita dan sebagainya. Oleh karena itu kita tidak akan memanfaatkan kekayaan dan hal-hal berguna yang diutarakan dalam assembling ini.
Sehingga pertemuan ini akan menjadi kegiatan sia-sia, sesuatu yang dijalankan sebagai kewajiban diantara kegiatan lain yang mengisi agenda kita semata. Saya percaya bahwa saudara sekalian menyadari betapa besar manfaatnya dari pertemuan ini guna menghadapi persoalan-persoalan yang menjadi keprihatinan kita bersama dengan seluruh gereja Indonesia. Saya juga yakin bahwa saudara sekalian berkomitmen untuk menjadikan pertemuan ini, berkesempatan memperoleh wacana dan gagasan, penghiburan dan semangat baru guna kembali ke tugas anda di perguruan tinggi masing-masing dalam menghadapi kesulitan baik kecil maupun besar yang dialami dalam pengelolaan dan administrasi sehari-hari.

Peningkatan kualitas perguruan tinggi
Ketua Komisi Pendidikan KWI Mgr Aloysius Sudarso SCJ dalam sambutannya memberikan apresiasi kepada APTIK yang mendorong anggotanya melakukan berbagai pengembangan bagi pimpinan yayasan dan perguruan tinggi, dosen maupun karyawan melalui berbagai pelatihan kepemimpinan, manajemen dan bahkan dalam dua periode terakhir memfasilitasi pemberian hadiah kepada para peneliti yang berprestasi. Meningkatkan dedikasi dan kompetensi dosen di Indonesia merupakan pekerjaan yang tidak mudah karena diperlukan langkah strategis untuk memetakan, menjaring kualitas dosen dalam meningkatkan keterampilan mengajar dan membangkitkan keprofesionalisme mereka.
Berbekal pengetahuan yang cukup dan pengalaman yang teruji, Komisi Pendidikan KWI berharap APTIK dapat menyebarluaskan tata kelola penyelenggaraan pendidikan yang baik dikalangan lembaga-lembaga pendidikan Katolik di Indonesia yang sedang menghadapi berbagai ancaman budaya konsumerisme, intoleransi dan radikalisme agama yang didukung hilangnya draft kepercayaan akhir-akhir ini yang membahayakan hidup bernegara dan berbangsa. Kepercayaan satu sama lain juga terhadap pemerintah dan sebagainya sangat juga mempengaruhi situasi kita.

“Kami berharap agar keunggulan tata kelola pendidikan di zaman ini akan terwujud juga ditengah-tengah perguruan tinggi Katolik dibawah APTIK ini. Dengan kepemimpinan yang visioner learning centre organiz system dengan ketetapan berfokus ke masa depan dan mempunyai tanggung jawab sosial sebagaimana yang sangat diharapkan dan diperjuangkan serta memperjuangkan nilai-nilai yang luhur,” ucap Mgr Aloysius yang juga Uskup Agung Palembang.
APTIK yang terdiri dari 17 Anggota Yayasan pengelola bagi 19 Perguruan Tinggi Katolik memiliki sekitar 79.000 mahasiswa. Beberapa diantara perguruan tinggi Katolik berada diantara 50 perguruan tinggi terbaik di Indonesia yang diumumkan Dirjen Pendidikan Tinggi setiap tahunnya, walaupun harus diakui masih terdapat anggota APTIK yang harus mengejar ketinggalan untuk itu.
Sementara itu Ketua APTIK  Richardus Djokopranoto pada sambutannya berharap dari hasil pertemuan dan pendalaman ini akan memungkinkan para anggota APTIK untuk lebih mampu lagi menata dan mengembangkan kekayaan yang dipercayakan masyarakat untuk kinerja dan kualitas perguruan tinggi masing-masing.
Sebagaimana telah diketahui bersama tema RUA APTIK sama dengan tema Hari Studi APTIK di bulan Oktober 2011. Yaitu: “Meningkatkan Kualitas Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi Melalui Manajemen dan Tata Kelola keuangan”. Tema ini sama dengan hari studi, karena memang ingin melanjutkan pembicaraan dan diskusi, sebagai kelanjutan dari pembicaraan dan pendalaman di hari studi yang lalu dibicarakan tentang manajemen perguruan tinggi, tata kelola keuangan perguruan tinggi dan wealth manajement penyelenggaraan perguruan tinggi dari para narasumber di dalam kalangan sendiri. kali ini pendalaman akan dilengkapi dengan menerima penjelasan narasumber dari lembaga pengelola keuangan dan lembaga manajer investasi pengelola reksadana terbesar di Indonesia.

Pengelolaan keuangan yang transparansi
Sebelumnya bertempat di Bangkok Room, Hotel Mercore-Grand Mirama Surabaya, Ketua APTIK Richardus Djokopranoto dan Sekretaris APTIK Prof. Bernadette Setiadi serta Ketua Panitia Penyelenggara Kuncoro Foe mengadakan Press Conference kepada para media cetak dan elektronik. Pada press conference itu disampaikan bahwa kebijakan pemerintah yang mendorong manajemen perguruan tinggi untuk terus mengupayakan pengelolaan perguruan tinggi secara otonom, akuntabel, dan transparan telah membuka peluang bagi penyelenggara perguruan tinggi untuk dapat melakukan berbagai langkah terobosan yang inovatif dan kreatif. Hal ini pada gilirannya diyakini mampu menghasilkan produk pendidikan yang bermutu, dalam hal lulusan, hasil riset dan publikasi, karya inovasi, dan pada akhirnya memperbesar kontribusinya bagi pembangunan bangsa.
Press conference ini hanya berlangsung 30 menit, para awak media ada bertanya mulai soal dosen asing yang mengajar di perguruan tinggi di Indonesia, lalu bertanya bagaimana manajemen tata kelola keuangan secara terbuka di sebuah perguruan tinggi hingga standarisasi bagi keanggotaan APTIK itu sendiri. “Menjadi pemikiran yang serius bagi penyelenggara pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh masyarkat untuk mencari sumber pendanaan alternatif selain uang sumbangan pembinaan pendidikan dari mahasiswa. APTIK sebagai suatu asosiasi berskala nasional yang beranggotakan Yayasan Pendidikan Tinggi Katolik, serius menyikapi hal tersebut,” ucap Djokopranoto kepada media yang hadir.

Pada kesempatan itu Ketua APTIK Menyampaikan sejarah APTIK yang didirikan tahun 1984 di kota Surabaya (28 tahun), waktu didirikan anggotanya baru 4. Kini anggotanya ada 17 Yayasan yang menyelenggarakan perguruan tinggi Katolik, 17 yayasan ini yang mengelola 19 Perguruan Tinggi yang ada di seluruh Indonesia, mulai dari Pontianak, Medan, Palembang, Jakarta, Jogyakarta, Semarang, Madiun, Surabaya, Makassar, Kupang dan Menado.
Kegiatan APTIK hanya sebagai asosiasi bersama-sama secara sinergis saling bertukar pengalaman, bekerjasama, saling memajukan untuk mempelajari hal-hal yang sama, yang berpengalaman banyak membantu yang muda – yang kuat membantu yang lemah sehingga bisa maju bersama. Secara konkrit setiap tahun mempunyai 2 pertemuan secara nasional yang diikuti anggota. Seperti diadakan setiap minggu pertama atau kedua di bulan Maret yang dinamakan RUA APTIK, badan tertinggi adalah rapat umum anggota untuk membicarakan sesuatu topik dan juga membicarakan program kerja serta menilai dan menganalisis program kerja tahun yang lalu kemudian membuat anggaran dan sebagainya. Secara rutin diadakan dengan tempat yang berpindah-pindah dimana anggota APTIK berada.
Pertemuan nasional kedua yang adakan tiap bulan Oktober merupakan hari studi, selama 2 hari melakukan studi bersama tentang suatu topik tertentu. Studi pada Oktober yang lalu (2011) dan RUA sekarang ini (2012) yang sekarang ini menjadi tema, yaitu: “Meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan tinggi melalui manajemen dan tata kelola keuangan”. Setiap tahun berganti topiknya. Sebetulnya ada tiga hal krusial yang menentukan kemajuan dari perguruan tinggi. Pertama, peraturan dan perundang-undangan yang ada mengenai pendidikan tinggi. Kedua, mengenai peningkatan mutu dosen dan Ketiga, mengenai kemampuan keuangan. Kali dibicarakan mengenai bagaimana mengatur keuangan, bagaimana mengelola secara tata kelola yang baik dan bagaimana menginvestasikan keuangan ini sebaik-baiknya sehingga apa keuangan yang terbatas ini bisa digunakan seoptimal mungkin dan sebagainya. Untuk ini mengundang narasumber dari dalam maupun dari luar.

Perencanaan keuangan yang baik
Ketua panitia Kuncoro Foe menuturkan Perguruan tinggi maupun sekolah tinggi yang tersebar dari paling barat Medan hingga paling timur Kupang, bagaimana caranya pengelolaan manajemen dan sumber daya terbatas ini bisa tetap menyediakan pendidikan tinggi yang berkualitas, memperluas akses terutama untuk daerah-daerah yang tertinggal sehingga itulah mungkin bisa menjadi bahan diskusi kita sebagai bentuk keprihatinan dan komitmen kita bersama untuk mendukung kualitas perguruan tinggi yang baik di Indonesia.
Ketua APTIK menjawab di dalam UU Yayasan yaitu UU No. 16 tahun 2001 yunto No. 28 tahun 2004  di sini sudah diatur Yayasan termasuk yayasan penyelenggara perguruan tinggi atau yayasan penyelenggara sekolah, jika kekayaannya itu melebihi 20 milyar, dia harus menyampaikan laporan keuangannya itu harus diaudit  dan harus disampaikan kepada publik. Juga kalau menerima donasi lebih dari 50 juta satu tahun juga harus menyampaikan itu kepada publik, itu bentuk keterbukaan transparansi tata kelola yang baik. Tapi mungkin ini belum mulai dijalankan, sebetulnya karena relasi UU Yayasan ini masih baru dan masih belum semuanya melaksanakan itu. Tapi semuanya itu sudah diatur seperti itu suatu cara  supaya ada transparansi. Akuntan publik yang sudah mempunyai izin dari pemerintah untuk  mengaudit.
Dalam RUA APTIK ini tidak mengeluarkan rekomendasi apapun, RUA ini hanya memperkuat keuangan bagi para anggota APTIK sendiri, seperti ada anggota yang belum bisa laporan keuangannya diaudit, perlu perencanaan agar bisa diaudit oleh akuntan publik. Itulah tata kelola keuangan yang baik. Anggota APTIK itu sangat bervariasi, APTIK sebagai asosiasi tidak menentukan ini dan itu kepada anggotanya. Masing-masing anggota itu bebas menentukan sendiri, jadi bermacam-macam anggota APTIK itu dibagi menjadi tiga bagian, yakni: Besar, yang mana anggota APTIK yang memiliki mahasiswa lebih dari 5000 orang. Sedang, yang mahasiswanya antara 1000 – 5000 orang. Kecil, mahasiswanya yang memiliki dibawah 1000 orang. Kira-kira sepertiga jumlahnya ada yang besar, sedang dan kecil. Masing-masing anggota itu mempunyai program untuk proyek beasiswa bagi mereka yang perlu dibantu.
Bernadette menyampaikan bahwa perguruan tinggi yang dibiayai dari dana masyakat perlu mempertanggungjawabkan kembali tetapi dalam hal ini yang terutama adalah bagaimana meningkatkan efisiensi, karena dana sangat terbatas sedangkan penggantian dan sebagainya itu masih tergantung kepada dana dari mahasiswa dan dana-dana penelitian yang masih dicari, oleh karena itu efisiensi masih sangat penting. Penyikapan yang dilakukan dalam hal administrasi, seleksi kepegawaian dan sebagainya, diusahakan supaya rasionya lebih terbatas seperti kemampuannya yang baik sehingga demikian bekerja dengan baik pula. Tetapi ini semua tergantung kepada pengalaman masing-masing universitas. Kekuatan dari Asosiasi ini adalah bagaimana para anggota yang besar dan lebih tua usianya men-share pengalamannya kepada yang lebih muda sehingga tidak akan mengalami kesulitan seperti pada pengalaman-pengalaman sebelumnya. “Selama 28 tahun ini semangat solidaritas dan subsidiaritas serta sinergitas dalam setiap programnya dan saling membantu satu sama lainnya oleh setiap anggota tanpa mengurangi otoritas dari masing-masing perguruan tinggi yang menjadi anggota APTIK,” tambah Kuncoro.  
Sistem kerja yang dilakukan APTIK kepada anggotanya, menurut Djokopranoto, bahwa setiap anggota membayar iuran secara tertentu yang besar membayar lebih besar dari yang kecil, jadi tidak persis sama tapi tergantung dari jumlah mahasiswanya. Jadi perguruan tinggi yang besar membayar iuran makin lebih besar dan selama itu dibayarkan secara tepat waktu, lalu ada dana kebersamaan yang digunakan bersama-sama untuk menyekolahkan para dosen yang harus berpendidikan minimum S2 atau S3 di perguruan tinggi itu. Ini program yang sejak 25 tahun yang lalu itu dengan dana kebersamaan itu membiayai pendidikan dosen-dosen untuk mendapatkan program S2 dan S3. Perioritasnya yang lepas itu mendapatkan perioritas yang lebih besar daripada yang kuat itu, kerjasamanya itu dengan uang iuran dan sebagainya.

Mengelola keuangan dengan menginvestasi
Poin-poin yang dibicarakan selama RUA ini, dalam pembahasan tata kelola keuangan ini APTIK mengundang dua narasumber dari manajer investasi yang memberikan kita bagaimana cara supaya dana yang ada yang dipunyai masing-masing anggota itu supaya diinvestasikan supaya mendapatkan penghasilan yang lebih besar daripada sekedar deposito. Sekarang ini, tata cara managemen keuangan yang tradisional itu disimpan dalam bentuk tabungan dan deposito, ini adalah ciri dari masyarakat tradisional seperti itu. Tapi ciri masyarakat modern itu sudah ada dengan investasi-investasi antara lain diinvestasi di instrumen keuangan dan sebagainya. Kita mendengar dari nara sumber itu bagaimana dan terserah kepada anggota yang mulai berpikir juga ke arah itu. Kalau kita melihat universitas-universitas di luar neger negeri di negara yang sudah maju telah lama menggunakan cara-cara investasi yang mana bagaimana mengelola keuangan dengan menginvestasikan selain hanya tabungan dan deposito. Ini sesuatu yang baru itu, diantara anggota ini sudah ada yang melakukan tapi masih banyak yang belum. Di samping itu juga dalam RUA ini membicarakan program-program rutin dan juga membicarakan peraturan-peraturan pemerintah yang sedang jadi pembicaraan, misalnya RUU tentang Pendidikan Tinggi, lalu peraturan Dirjen Dikti mengenai keharusan mempublikasikan karya ilmiah. Semua yang dibicarakan tersebut akan diambil sikap dari APTIK dan dirumuskan sesudah RUA ini. Harapan dari RUA ini, terbuka kesempatan kepada anggota RUA untuk menata kembali mengenai manajemen keuangan dan berani mencari cara-cara yang baru, selain cara yang tradisional dalam mengelola keuangan yang dipercayakan masyarakat kepada mereka.
Menurut data APTIK, perguruan tinggi Katolik yang jumlah terbesar mahasiswanya adalah Unika Atma Jaya Jakarta yang mahasiswan hampir 13.000. Dalam APTIK sendiri tidak ada istilah pembuatan rangking kepada anggotanya. APTIK sendiri melakukan dengan memacu pengembangan standar dan sebagainya, misalnya untuk kedua kalinya mengadakan APTIK Award yang memberikan penghargaan kepada dosen-dosen terbaik bagi anggota Asosiasi ini. APTIK Award ini dilaksanakan 3 tahun sekali, kriterianya sama dengan yang di Dikti dilihat dari sisi pengajaran, penelitian dan sebagainya itu dikompetensikan.
Djokopranoto mengakui bahwa APTIK sendiri tidak melakukan pemerangkingan bagi anggotanya. Melihat rangking dibuat salah satu media cetak nasional, kota-kota yang ada anggota APTIKnya selalu ada masuk dalam rangking yang dibuat media tersebut, misalnya: Unika Atma Jaya Jakarta, Parahyangan Bandung dan Sanata Dharma Yogyakarta, Soegijopranoto Semarang, Widya Mandala Surabaya dan Atma Jaya Jogyakarta. (Parulian Tinambunan – Surabaya)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar