Senin, 16 April 2012

Rm. Dr. Drs. Yustinus Budi Hermanto, Pr, MM, Meneliti Kinerja Guru Sebagai Agen Pendidikan



Rm. Dr. Drs. Yustinus Budi Hermanto, Pr, MM
“Guru merupakan makhluk yang mulia” demikian pernyataan Rektor Universitas Merdeka Malang, Prof. Dr. Anwar Sanusi, SE., M.Si  ketika menyampaikan sambutannya dalam promosi Doktoral Bidang Ilmu Ekonomi, Rm. Dr. Yustinus Budi Hermanto, Pr, MM., 12 April lalu di gedung Pasca Sarjana Universitas Merdeka Malang. Kepada tujuh penyanggah yang berasal dari para profesor dan doktor, di hadapan para hadirin yang umumnya berasal dari kalangan akademik serta disaksikan langsung oleh Dewan Pembina Yayasan Yohanes Gabriel sekaligus Uskup Keuskupan Surabaya, Mgr. Vincentius Sutikno Wisaksono, Rm. Dr. Drs. Yustinus Budi Hermanto, Pr, MM.,  mempertahankan disertasinya yang berjudul “Pengaruh Motivasi, Kepemimpinan, Lingkungan Kerja dan Kompensasi Terhadap Kompetensi dan Kinerja Guru Tetap SLTA: Studi di Yayasan Yohanes Gabriel Keuskupan Surabaya”. Disertasi yang merupakan hasil riset Romo yang akrab disapa Yustinus tersebut mengungkapkan tabir fenomena kinerja guru sebagai agen pendidikan masa kini. Bagi Romo  Kelahiran Blitar, 31 Juli 1961 ini, kinerja seorang guru sangat ditentukan oleh kompetensi profesionalitas dan karakter kepribadian. Kompetensi tersebut ditunjang oleh 4 variabel utama, yakni motivasi, kepemimpinan, lingkungan kerja dan kompensasi.
“Saya tertarik menulis disertasi ini karena ini merupakan tanggung jawab saya sebagai ketua Yayasan, kami juga melihat untuk meningkatkan kinerja guru, ternyata ada variabel yang strategis, yakni kompetensi yang menjadi mediasi dan moderator. Di sinilah kalau ingin meningkatkan kompetensi guru, bisa dengan meningkatkan berbagai hal seperti motivasi, kepemimpinan, lingkungan kerja dan kompensasi terhadap kompetensi” jelas Rm. Yustinus saat menjawabi pertanyaan penyanggah.
Dari riset yang dilakukan, yang paling menonjol ialah motivasi kerja, yakni kecendrungan seseorang untuk meraih suatu kebutuhan sehingga terdorong untuk bekerja. Selain motivasi juga lingkungan kerja. “Di lingkungan kerjanya, umumnya mereka kerasan, yang penting diterima. Orang bekerja kalau kerasan, digaji berapa pun senang. Tetapi kalau digaji banyak, tetapi situasinya sering bertengkar, itu sering kali kurang termotivasi, makanya di situ, antara 4 variabel tadi, kalau dihubungkan dengan kinerja adalah motivasi dan lingkungan kerja yang menonjol” ungkap Rm. Yustinus.
“Tapi kalau dihubungkan dengan kompetensi dan kompensasi yang tinggi. Orang yang pintar itu biasanya menuntut gajinya tinggi, orang yang profesional, otomatis kalau tidak digaji tinggi, dia bisa saja diambil oleh orang lain yang lebih membutuhkan. Maka ini menjadi pertimbangan, kompetensi guru baik profesionalisme, kepribadian, karakter yang baik itu adalah penting untuk bekal, bagi diri sendiri sebagai guru maupun secara komunitas. Karena dari situlah orang akan banyak membutuhkan” pungkas Rm. Yustinus menambahkan. Menurut pengamatan Romo yang dikenal oleh para dosen sebagai mahasiswa yang memiliki disiplin yang tinggi ini, bahwa pengaruh kompensasi tidak terlalu besar  dirasakan, namun kompensasi tetap perlu dalam peningkatan kompetensi guru, terutama dalam hal profesionalitas dan karakter, yang kemudian berdampak pada terciptanya suatu kinerja guru yang lebih bagus. Kompensasi dimaksud mencakup gaji/honor, dana kesehatan, dana pensiun, dan insentif prestasi. Kompensasi tersebut sudah biasa bagi seorang guru sehingga tidak terlalu mempengaruhi kinerja. Oleh karena itu perlu dicari kompensasi lain yang lebih baik. Kompensasi saja tidak cukup perlu ada motivasi.
Implikasi praktis dari riset ini, tutur Rm. Yustinus akan sangat membantu dalam managerial guru, seperti dalam hal penggajian dan penempatan setiap guru dapat disesuaikan dengan kompetensinya masing-masing. Untuk mengusahakan hal tersebut, Rm. Yustinus menyampaikan beberapa relevansi praktis yang perlu diusahakan oleh suatu sekolah, yakni perlu adanya pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan kompetensi kepala sekolah. Selam ini kepala sekolah sering diambil dari guru yang dianggap baik tanpa mempertimbangkan kompetensinya, terutama dalam hal managerial dan supervisi.
“saya berusaha sebaik mungkin karena saya utusan lembaga, karena ini dalam rangka kami berjuang sebaik-baiknya untuk memotivasi para guru supaya tidak berhenti atau puas dengan menyelesaikan S1 atu S2 atau S3 tetapi harus tetap belajar. Setiap guru yang mengajar itu adalah agen pendidikan, agen pembelajaran harus selalu meng-update teorinya, supaya aktual, jangan sampai siswanya yang lebih pintar daripada gurunya” ujar Rm. Yustinus usai mempertahankan gelar Doktoralnya.
Uskup Surabaya, Mgr. Vincentius Sutikno Wisaksono, (depan, kedua dari kanan)
Sebelum menutup sidang terbuka promosi doktoral Rm. Yustinus, Rektor Universitas Merdeka Malang mengumumkan perolehan hasil ujian yang sangat memuaskan. Rm. Dr. Drs. Yustinus Budi Hermanto, Pr. MM., dinyatakan lulus dengan predikat Cum Laude, dan IPK 3, 94. Para hadirin menyambut gembira dengan memberikan aplaus yang meriah. Tak terkecuali, Uskup Mgr. Sutikno Wisaksono pun turut mengapresiasikan kebanggaannya terhadap keberhasilan salah seorang imam dari Keuskupan Surabaya tersebut. Rektor Universitas Merdeka Malang mengungkapkan bahwa predikat tersebut layak diperoleh Rm. Yustinus karena kepribadiannya yang sangat menentukan. “Pada saat beliau menghasilkan predikat, IPK setinggi itu, bagi kami tidak mengagetkan. Mengapa? Karena beliau adalah salah satu mahasiswa  S3 kami yang tercatat paling rajin. Kalau janji selalu mendahului dari jam yang dijanjikan. Misalkan janji jam 8, jam 6 sudah ada di kampus. Jadi saya selalu didahului dan beliau tidak pernah terlambat dalam hal apa pun, baik selama mengikuti perkuliahan maupun bimbingan” kesan Rektor Universitas Merdeka Malang terhadap sosok seorang Rm. Yustinus disambut dengan senyum dan tawa dari semua yang hadir. Proficiat Rm. Dr. Drs. Yustinus Budi Hermanto, Pr, MM. (Anthoni Primus)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar