Jumat, 11 Mei 2012

Imam Yesuit menjadi seorang Samaria yang baik bagi pekerja migran

Dengan segenggam harapan, Deepen Kora dan sekelompok teman-teman menumpang kereta api dari Bengal Barat menuju Kerala. Di sana, mereka yakin, mereka akan mendapatkan pekerjaan.
Tapi, belum memenuhi ambisinya, Kora terpaksa berdekam dalam penjara.
Ia tertangkap oleh penjaga keamanan bandara ketika mencoba melewati dinding perimeter. Dia hanya ingin mengambil jalan pintas, tetapi ia tidak bisa menjelaskan perbuatannya baik dalam bahasa Malayalam maupun bahasa Inggris.
Para penjaga mencurigainya sebagai seorang pemberontak Maois. Dia didakwa melakukan sabotase dan dipindahkan ke sebuah penjara lain. Lebih dari satu kali ia dipukuli polisi, hingga dibawa ke rumah sakit.
Lebih buruk lagi, ia kehilangan semua kontak dengan teman-teman yang telah bersamanya.
Setelah sembilan bulan menderita, cobaan Kora berakhir ketika Pastor Martin Puthussery SJ mengeluarkan dirinya dari penjara dan membantunya pulang.
Pastor Puthussery datang ke Kerala dan memulai misinya untuk membantu para pekerja migran pada Juli 2011. Dia kini telah menjadi seorang Samaria yang baik bagi lebih dari 100 dari buruh migran, sebagian besar dari Bengal Barat dan Odisha.
Selama beberapa dekade terakhir, pesawat selalu penuh dari Keralites menuju negara-negara Timur Tengah seperti Uni Emirat Arab dan Arab Saudi, untuk melayani konstruksi besar.
Sekarang air laut pasang telah membuat ribuan warga  Tamil, Bengali, Oriyas dan Bihari miskin berbondong-bondong ke Negara Bagian Kerala, dimana mereka mengisi permintaan baru untuk tenaga kerja.
Industri-industri itu mulai dari konstruksi, perkebunan teh dan pertanian sangat cepat bertumbuh dan mempekerjakan tenaga kerja murah dan tidak terampil.
“Secara resmi ada 1,3 juta pekerja migran di Kerala saat ini, tetapi angka tidak resmi melaporkan hampir tiga juta,” kata Pastor Puthussery. “Sekitar 40 persen dari mereka berasal dari distrik-distrik Benggala Barat, termasuk Nadia dan Murshidabad.”
Berasal dari Kerala, imam dari Provinsi Yesuit Kalkuta, fasih dalam kedua Malayalam, bahasa ibunya, dan bahasa Bengali. Keterampilan ini saja sudah membuat dia memiliki jaringan dengan penduduk lokal dan pendatang.
Pengadilan di Kerala mencari bantuannya sebagai penerjemah selama interogasi dengan para buruh dari berbagai negara bagian di bagian timur India.
Sekarang ia dan dua suster telah membentuk Gerakan Buruh Migran di pusat kota Ernakulam, dengan memberikan bantuan hukum kepada para migran. Ini adalah proyek yang sangat menantang dan beban kerja sangat besar.
“Kita perlu lebih banyak orang untuk menjangkau para pekerja di sini,” kata Suster Rosily Yohanes dari Kongregasi Fransiskan Klaris. “Tapi, bersama-sama, kami telah mampu untuk mengambil beberapa kasus yang berkaitan dengan masalah keadilan dan memperjuangkan hak-hak dasar mereka.”
Tim ini telah memiliki beberapa momen kemenangan, terutama ketika Pastor Puthussery membujuk polisi untuk mengambil tindakan dan menlacak pria lokal akibat  pemerkosaan terhadap gadis berusia 14 tahun dari Benggal Barat.
“Para migran memiliki masa yang sulit di sini,” katanya. “Penduduk setempat memandang rendah mereka dan menganggap mereka najis, tidak higienis dan mungkin kriminal.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar