Senin, 05 Desember 2011

Kapal Motor Ratu Rosari, di mana Sekarang?

  
Secara tidak sengaja ketika berada di pelabuhan Bitung Manado, saya bertemu kembali dengan Kapal Motor Ratu Rosari, bekas kapal milik Keuskupan se Nusa Tenggara yang pengoperasiannya lebih banyak diserahkan kepada SVD Provinsi Ende. Mereka yang mengikuti perkembangannya di era 1960 an hingga awal 2000-an tentu masih ingat betul dengan kapal yang sangat berjasa bagi pembangunan di NTT dan Flores khususnya. Di Bitung Manado, awal November lalu Ratu Rosari berlabuh, warna lambungnya sudah berubah tidak lagi biru keabu-abuan, tetapi menjadi warna biru tua, semua kondisi intereornya hampir tidak banyak berubah. Mengesankan sekaligus mengharukan.

Casula yang masih tersimpan di kapal
Antik: Altar yang masih tertata penuh nuansa mistik
Perjalanan santai dari Manado menuju Bitung ditempuh dalam waktu kurang lebih 1,5 jam, mobil kami meluncur mulus di atas jalan dengan jalur lurus menuju kota Bitung. Kami menuju ke kota Bitung sebuah kota pelabuhan alam yang cukup indah dan bersih. Pelabuhan ini termasuk pintu gerbang wilayah Indonesia Timur ke wilayah Sulawesi Utara, Gorontalo dan Sulawesi Tengah. Terdapat banyak kapal-kapal barang yang berlabuh disini, juga kapal-kapal penumpung dari berbagai pulau. Tetapi mata saya segera tertuju kepada sebuah kapal dengan lambungnya yang berwarna biru, sedang bersandar persis di bibir pelabuhan. Saya mendekat dan hampir tidak yakin kalau yang saya lihat itu adalah Kapal Motor Ratu Rosari. Memori saya segera mundur ke masa silam, di tahun 1970 an. Ah.... Ratu Rosari, kau sangat berjasa untuk masyarakat NTT dan Flores khususnya. Sudah banyak putra putri NTT yang sukses karena jasamu. Dengan semangat ingin tahu dan perasaan emosional, saya berusaha masuk ke kapal tersebut. Saya bertemu dengan dua awak kapal yang kebetulan sedang bertugas. Mereka antusias menjelaskan kepada mengenai asal usul kapal bersejarah ini.

Pemiliknya Pengusaha Halmahera
    Ketika Perdiosa Ende menjual kapal ini ke pihak swasta, awak kapal tersebut tidak banyak yang tahu secara pasti ceritanya. Yang jelas menurut mereka kini kapal tersebut milik seorang pengusaha etnis Cina ada asal Halmahera. Sekilas mereka hanya tahu bahwa sebelumnya pemilik kapal ini membeli dari seorang pengusaha asal Timor yang pada awalnya membeli kapal tersebut dari Perdiosa Ende. Kini Ratu Rosari melayani rute reguler Halmahera-Bitung, mengangkut bahan-bahan kebutuhan pokok seperti bahan bangunan, hasil bumi, dan juga air minum mineral. Hari itu saya lihat kapal memang penuh dengan ratus galon air mineral yang akan dibawa ke Halmahera.

Masih Utuh
    Yang mengesankan bagi saya adalah keseluruhan intereor kapal tersebut yang masih utuh. Saya tahu karena dulu memang beberapa kali menumpang kapal ini menuju Surabaya atau sebaliknya dari Surabaya menuju Ende. Ruang Kapel dalam kapal masih ada, walaupun sesekali digunakan untuk tempat istrahat para awak kapal, di altar kecil kapel masih terpampang tegak salib, tempat lilin, dan beberapa atribut lainnya. Di dalam laci dan rak altar tersebut masih disimpan rapi kasula, stola, hostia besar dan kecil semuanya merupakan kelengkapan untuk kebutuhan untuk pelayanan misa. Saya memang agak heran, mengapa barang-barang sakral tersebut justru masih disimpan dalam kapal yang kepemilikannya sudah berpindah tangan beberapa kali?  Dalam ruang kapel saya masih melihat sejumlah foto bruder Marianus (alm) ketika berjabatan tangan dengan Uskup Antonius Thijsen, SVD, juga foto bruder Marianus dengan pimpinan Soverdi di Surabaya. Masih ada radio kuno milik kapal ini, radio itu dulunya biasa digunakan oleh para awak kapal.

Beberapa Keajaiban
    Cerita tentang Kapal Ratu setelah berpindah tangan dari Perdiosa Ende ke pihak swasta, ternyata diikuti beberapa kejadian yang bisa dipercaya, bisa tidak. Menurut Gabriel salah seorang awak kapal yang saya temui waktu itu, pada satu kesempatan Kapal Ratu berganti nahkoda, dengan seorang yang beragama muslim asal Medan, namanya Buyung. Menurutnya, ketika pak Buyung mengawali tugasnya, semua gambar kudus termasuk salib di dalam kapel diminta untuk disingkirkan, dan diikuti oleh para awak kapal. Malam harinya nahkoda tadi bermimpi ia didatangi seseorang berjubah putih dan menyampaikan pesan. “Kapal ini tidak akan pernah tenggelam di laut lepas selama simbol simbol Kristiani di kapal ini tetap dipertahankan.” Lantaran ketakutan besoknya nahkoda tadi memerintahkan kepada para awak kapal untuk memasang kembali salib, simbol kepausan di ujung haluan kapal, dan gambar gambar kudus lainnya. Sejak itu, hingga sekarang logo kepausan di ujung haluan kapal masih terpampang gagah dan sakral. Kejadian lain, menurut cerita para awak kapal, enam bulan lalu Kapal Ratu pernah hampir tenggelam ketika berada 13 mil laut dari daratan. Menurut mereka seharusnya kapal sudah tenggelam karena air sudah masuk ke hampir seluruh badan kapal. Kapal berjalan dalam air. Tapi aneh bin ajaib, kapal bisa sampai ke darat dengan selamat. Demikian juga setiap malam jika berlayar malam, sesekali mereka melihat sekelebat seseorang berjubah putih mengelilingi kapal , seolah menjaga kapal itu dalam perjalanan di laut lepas. Awak kapal Gabriel dan Yonas yang bercerita tentang ini, tampak merinding ketika mengenang kembali kejadian-kejadian tersebut.

Museum Misi
    Pernah ada gagasan, misalnya kalau ada pengusaha katolik yang memiliki modal dan bisa menggalang para pengusaha asal NTT untuk membeli kembali kapal ini, memperbaikinya untuk digunakan melayani rute antar pulau di NTT. Jika ini bisa dilakukan, para pengusaha NTT akan memiliki kontribusi paling mulia untuk mengembalikan Kapal Ratu kepangkuan NTT dengan mengulangi rute masa lalunya, yang penuh dengan cerita sejarah dan nostalgia. Kemudian jika pada saatnya kapal ini sudah tidak mampu lagi berlayar, alangkah mulianya jika dia akan dikenang sebagai kapal yang paling berjasa untuk NTT, disimpan di museum milik misi Ende, entah dimana, tentu akan dipikirkan kemudian. Siapa yang bisa memulai? Kiranya tulisan ini bisa menggugah masyarakat NTT untuk mengenang kembali masa jayanya Ratu Rosari, yang ikut mengantarkan NTT menjadi lebih maju dalam segala bidang, termasuk di bidang pendidikan. Semoga Ratu Rosari kembali...... (bonaventura ngw dari Bitung Menado, awal November 2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar