Senin, 05 Desember 2011

Workshop Fasilitator LIngkungan Paroki St. Arnoldus Janssen Bekasi

Panitia Natal Paroki St. Arnoldus Janssen Bekasi, mengadakan workshop bagi fasilitator/pemandu ibadah lingkungan di Aula Greja St. Arnoldus Janssen pada Hari Sabtu-Minggu  19-20/2011. Workshop ini dihadiri oleh 80 orang peserta. Panitia menghadirkan pembicara yaitu Ibu Faria dari Paroki Bartolomeus Galaxi, Bapak Boby dari Paroki Thomas Rasul Lubang Buaya, dan Bapak Irhandi dari Komisi Kerasulan Kitab Suci. Adapun materi yang diberikan oleh Ibu Faria yaitu Metode TAT , kemudian Bapak Boby memberikan materi Peran Fasilitator Kelompok Kitab Suci, dan Bapak Irhandi memberikan Metode Tujuh Langkah.
                Kegiatan ini bertujuan untuk membekali para pemandu ibadah agar dalam memandu ibadah menjadi lebih baik dan umat ikut aktif dalam sharing iman. Menurut Bapak Erwin sebagai panitia, kegiatan ini dilatarbelakangi  karena selama ini banyak keluhan dari para Fasilitator bahwa umat di lingkungan tidak begitu antusias dalam mengikuti pendalaman iman. Mereka cenderung diam, dan kalau disuruh terkadang tidak mau dan tidak mau datang pada pertemuan berikutnya. Panitia natal mengharapkan agar dalam memandu ibadah selama masa adven pesan dari Tuhan melalui bacaan injil lebih mengena pada pribadi-pribadi umat di Paroki St. Arnolus Janssen.
                Dalam workshop ini, Ibu Faria dengan Metode TAT  (Teks Amanant Tanggapan). Menurut ibu dari Paroki Bartolomeus ini bahwa metode TAT disusun oleh Institut Misiologi dari Afrika Selatan. Metode ini sudah digunakan oleh kelompok-kelompok pendalaman Kitab Suci di berbagai Negara. Secara sederhana, jalannya metode ini dapat diperkenalkan sebagai berikut.


Setelah doa pembukaan, teks Kitab Suci dibacakan, setelah itu dipilih satu kata yang dirasakan oleh peserta sebagai tantangan hidupnya, kemudian kata itu direnungkan sedalam mungkin untuk menemukan di dalamnya pesan Tuhan pada saat berlangsungnya pertemuan. Pesan atau amanat Tuhan itu ditanggapi dalam doa agar selanjutnya berperan dalam hidup sehari-hari.
                Setelah dijelaskan maka peserta workshop dibagi menjadi 8 kelompok untuk terjun langsung mempraktekan metode TAT ini. Dari masing-masing kelompok ditunjuk satu orang Fasilitator untuk memandu jalannya pendalaman Kitab Suci. Pertemuan ibadah dibuka oleh Fasilitator. Ia mengajak peserta untuk mengundang kehadiran Yesus dalam doa. Kemudian Fasilitator mempersilahkan salah seorang peserta untuk membacakan teks Kitab Suci untuk pertama kalinya. Kemudian pada tahap berikutnya yaitu hening. Pada langkah ini peserta diberi kesempatan untuk membaca teks itu sekali lagi tetapi dalam hati saja. Sesudah itu Fasilitator mempersilahkan peserta untuk memilih dari teks yang bersangkutan satu kata atau ungkapan yang dirasakan sebagai tantangan dari Tuhan pada saat itu sehingga ingin direnungkan lebih jauh.
                Setelah hening, Fasilitator mempersilahkan peserta untuk memulai acara sharing kata pilihan mereka. Masing-masing peserta memberitahukan kata serta ayatnya itu kepada anggota kelompok. Dalam acara ini tidak boleh dikomentari oleh siapa pun. Tahap kedua yaitu seorang yang lain membacakan teks yang sama untuk kedua kalinya, sedangkan peserta lain mendengarkan saja. Kemudian disusul hening. Peserta diberi kesempatan untuk membaca teks itu sekali lagi dalam hati. Lalu Fasilitator mengingatkan bahwa setiap peserta diminta merenungkan kata pilihannya dengan memperhatikan tiga jenis artinya yaitu arti kata secara umum, arti kata dalam teks, dan arti kata bagi hidup pribadi saat ini. Kemudian langkah selanjutnya Fasilitator meminta peserta untuk mengungkapkan seluruh hasil perenungan mereka secara pribadi, yaitu dengan menggunakan kata “saya” (bukan kita atau kami). Hal itu dimaksudkan supaya tidak ada kesan untuk menggurui. Lalu masing-masing peserta mengungkapkan apa saja yang dianggapnya berguna bagi iman untuk disampaikan sehubungan dengan kata pilihannya.
                Pengungkapan itu harus seadanya. Dalam sharing ini hendaknya dihindari sedapat mungkin cerita tentang masa lampau pribadi peserta. Tahap ke tiga yaitu teks yang sama dibacakan untuk yang terakhir kalinya. Dalam tahap ini teks boleh dibaca bersama-sama. Kemudian langkah selanjutnya pada tahap hening. Pada tahap ini Fasilitator mengingatkan bahwa saat-saat terakhir pertemuan ini perlu dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk berdoa secara pribadi.
Doa itu hendaknya tetap berpusat pada kata pilihannya. Setelah itu disusul sharing tanggapan. Setiap peserta diberi kesempatan untuk mengungkapkan sebuah doa spontan sebagai jawaban atas amanat Tuhan. Doa itu dibawakan dihadapan kelompok. Setelah doa, Fasilitator mengungkapkan kesan pribadinya sehubungan dengan beberapa hal positip yang diutarakan dalam pertemuan. Kemudian pertemuan ditutup dengan doa Bapa Kami yang dinyanyikan dan doa berkat.
                Materi yang selanjutnya adalah Peran Fasilitator Kelompok Kitab Suci yang disampaikan oleh Bapak Boby. Menurutnya bahwa Fasilitator itu bukan guru/pengkhotbah, ataupun penasehat moral. Lebih lanjut Bapak dari Paroki Lubang Buaya ini menuturkan tentang peran Fasilitator. Fasilitator adalah orang yang memimpin kelompok, duduk bersama peserta, member animasi, semangat pada kelompok. Kemudian Bapak Boby menjelaskan juga tentang bagaimana Fasilitator memandang tugasnya. Menurutnya, Fasilitator mempunyai tugas memperlancar dialog, memampukan perserta ambil bagian dalam proses pembicaraan kelompok, membantu peserta mengalami hal-hal atau wawasan baru, memotivasi peserta untuk ikut memperhatikan pengalaman hidup orang lain, serta membantu peserta untuk mensharingkan pengalaman dan pengetahuan peserta. Fasilitator dapat memotivasi perserta ambil bagian dalam proses pembicaraan, serta membantu memperdalam pemahaman tentang topik tertentu.
Selain itu, dipaparkan tentang bagaimana mengatasi rintangan-rintangan seperti kalau muncul pertanyaan yang tidak terjawab. Fasilitator harus mengakui tidak tahu jawabannya, maka bila pertanyaan sangat penting, diharapkan Fasilitator mencatat , mencari penjelasan, dan melaporkan kali berikutnya. Kendala yang lain, misalnya ada orang yang selalu diam atau takut berbiara, maka hendaknya Fasilitator memberikan perhatian khusus yaitu dapat meminta orang itu untuk membacakan kutipan, dengan begitu orang itu telah berani untuk berbicara.
Pada sesi terakhir Bapak Irhandi memaparkan Metode Tujuh Langkah. Metode ini diciptakan oleh Institut Misiologi yang dibentuk oleh Konferensi para Waligereja Afrika Selatan. Langkah pertama yaitu mengundang Tuhan, yaitu membuka hati masing-masing peserta. Langkah yang kedua yaitu membacakan teks kitab suci dengan meminta salah seorang untuk membacakannya dan  peserta lain mendengarkannya dengan sikap meditasi. Langkah yang ketiga yaitu memperhatikan teks, di sini para peserta diajak masuk ke suasana hening, membaca teks dalam hati, dan peserta diajak untuk memilih salah satu kalimat atau ayat yang menantang atau menggugah secara bergiliran dan peserta lain tidak boleh mengomentari. Langkah yang keempat yaitu suasana hening, di sini Fasilitator mengajak peserta mendengarkan sabda Tuhan dalam keheningan. Peserta diajak untuk menemukan apakah yang telah dibacanya itu menambah pengetahuan atau menunjukkan kesalahan, teguran, atau nasihat.
Langkah yang kelima yaitu peserta diajak untuk membagikan pengalaman sesuai dengan kalimat atau ayat yang telah dipilihnya tadi. Hendaknya dihindarkan kesan untuk menggurui orang lain. Langkah yang keenam yaitu mencari pesan (tanggapan). Ini merupakan saat bagi para anggota kelompok untuk memeriksa hidupnya masing-masing dalam terang sabda Tuhan. Kemudian langkah yang ketujuh yaitu mengungkapkan dalam doa, di sini peserta diajak untuk berdoa secara spontan. Kelompok sedapat mungkin mempersatukan ketiga unsure yaitu Sabda Tuhan, pengalaman spiritual, dan masalah kehidupan dalam doa pribadi. Kemudian diakhir dengan pujian untuk menutup pertemuan. Setelah peserta workshop mendengarkan penjelasan dari Bapak Irhandi, maka peserta dibagi menjadi delapan kelompok untuk mempraktekan metode tujuh langkah. Kemudian acara ditutup dengan kesan-kesan dari para peserta dan kemudian ditutup dengan doa dan foto bersama. (St. Naryo)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar