Senin, 05 Desember 2011

Tiga Misionaris Baru Ditahbiskan


Salib adalah makanan sehari-hari seorang misionaris.
(St. Yosef Freinademetz)

Ungkapan di atas adalah salah satu refleksi dan kekuatan permenungan dari St. Yosef Freinademetz. Ia adalah misionaris pertama SVD yang diutus ke Cina, seorang kudus yang menjadi teladan bagi para misionaris penerusnya. Dengan demikian seorang misionaris harus siap sedia untuk memikul salib dalam setiap karya misinya.
           
Hari yang Bermakna
Hari Senin, 31 Oktober 2011, merupakan hari yang bermakna untuk ketiga imam baru SVD. Pada hari ini, ketiga diakon SVD ditahbiskan menjadi imam. Mereka adalah Diakon Ramlan Sihombing, SVD, Diakon Lucius Tumanggor, SVD, dan Diakon Eduard Pasaribu, SVD. Uskup pentahbis adalah Mgr Herman Josef Pandoyoputro O.Carm didampingi oleh Pater wakil Provinsial SVD Jawa, Pater Yosef Jaga Dawan, SVD dan Pater Rektor Seminari Tinggi SVD, Pater Agung Suhartana, SVD. Perayaan ini semakin meriah karena diiringi oleh koor dari paduan suara Paroki Ratu Rosari Ksatrian, Malang.
Sebelum perayaan ekaristi dimulai, muncul rasa gundah karena cuaca yang tidak mendukung. Sore itu langit di Kota Malang sangat mendung dan sempat hujan deras. Namun syukur karena ternyata hujan bisa berhenti beberapa menit sebelum acara misa dimulai. Ini adalah mukjizat.
Misionaris dan Pembinaan
Ketiga imam baru tersebut sudah layak menjadi seorang imam, biarawan dan misionaris SVD meskipun dilalui dengan perjuangan yang berat. Perjuangan itu diawali dari postulat, novisiat masa skolastikat dan praktek pastoral. Jatuh bangun dalam perjuangan akan menghasilkan hasil akhir yang manis. Ketiga imam baru tersebut jatuh bangun dalam menjalani segala bentuk pembinaan yang mereka alami. Segalanya memang tidak berjalan mulus namun tekad, niat dan motivasi yang murni mampu menuntun mereka untuk menerima tahbisan suci ini.
Segala sesuatu bisa terjadi seperti yang disaksikan hari itu merupakan bukti dari pembinaan. Pembinaan yang ditekankan adalah pembinaan untuk misi. Setiap frater atau bruder dididik dalam berbagai aspek untuk tujuan misi. Inilah kekhasan SVD sebagai sebuah kongregasi misioner. Kekhasan tersebut tentu sudah mendarah daging dalam diri ketiga imam baru tersebut. Mereka memantapkan diri untuk melamar ke tempat misi dan siap sedia untuk menerima segala keputusan penempatan mereka bertugas (bermisi). Ketiganya menjadi misionaris. P. Ramlan Sihombing, SVD, diutus untuk menjadi misionaris di Provinsi SVD Amerika Tengah, P. Eduard Pasaribu, SVD, menjadi misionaris di Provinsi SVD Meksiko dan P. Lucius Tumanggor, SVD, bermisi ke Provinsi asal yakni Provinsi SVD Jawa.
Menjadi seorang misionaris bukanlah sebuah perkara yang dapat dibeda-bedakan. Maksudnya ialah siapa saja yang ditahbiskan dalam SVD dan memulai tugas misinya berarti ia adalah seorang misionaris. Entah itu di dalam negeri maupun di dalam negeri. Segala tugas dan penempatan yang akan diemban seorang imam baru merupakan awal yang baik untuk belajar bagaimana menjadi seorang misionaris. Sudah pasti bahwa semenjak masa pembinaan, setiap orang mendapat bimbingan tentang misi dan misionaris dengan indikator-indikator tertentu dari para pembina, dari program-program pembinaan dan dari pengalaman hidup bersama.

Tahbisan: Suatu Rasa Syukur
Rahmat tahbisan adalah sebuah anugerah. Tahbisan bukanlah akhir dari segala-galanya. Hal ini terungkap dalam khotbah Bapa Uskup, Mgr. Pandoyoputro, bahwa menjadi seorang imam berarti menjadi seorang gembala yang melayani umatnya. Tahbisan tidak menjadi puncak segala pembinaan. Justru dengan menerima rahmat tahbisan berarti seseorang dianggap siap untuk menuntun umatnya kepada kerajaan Allah dalam situasi dan kondisi apa pun.
Rasa syukur atas sebuah tahbisan tentu tidak terlepas dari campur tangan Allah dan manusia. Allah menganugerahkan panggilan dan manusia mendukung dengan caranya masing-masing. Dengan demikian perlu ucapan terima kasih untuk semua pihak yang berpartisipasi hingga diadakannya upacara pentahbisan ini dengan lancar. Hal ini disampaikan langsung oleh P. Eduard, SVD, mewakili teman-temannya dalam kata sambutan. Ia juga menambahkan bahwa perjalanan mereka masih jauh dan mereka membutuhkan banyak doa dan dukungan dari semua orang.
Syukur atas tahbisan ini juga dirasakan oleh segenap keluarga besar ketiga imam baru. Baik itu keluarga besar SVD Provinsi Jawa, Komunitas Seminari Tinggi SVD, segenap umat sekalian dan khususnya bagi para orang tua mereka. Para orang tua bangga dengan anak-anak mereka yang mau mempersembahkan diri untuk menjadi imam di tengah zaman sekarang dengan tantangan yang begitu banyak. Orang tua sangat mendukung cita-cita mulia ini dengan berdoa dan menyerahkan sepenuhnya kepada penyertaan Tuhan terhadap ketiga anak mereka ini.
Setelah selesai misa pentahbisan, dilanjutkan dengan ramah tamah bersama di aula Misiologi SVD Rajabasa. Satu hal yang tak dilupakan dan merupakan momen yang indah adalah ketika ketiga imam baru menginjakkan kaki di gerbang seminari, mereka disambut oleh tarian Batak yakni tarian tor-tor. Berhubung ketiga imam baru ini berasal dari suku Batak dan Keuskupan Medan, maka momen ini menjadi hadiah istimewa bagi mereka.

Salib Misi
Sejak awal, St. Yosef Freinademetz menjadi teladan utama dalam bermisi dan bagi para misionaris SVD. Demikian pula dengan ketiga imam baru ini diharapkan menjadi misionaris yang tangguh, bermental baja, dan pantang menyerah. Di tempat misi, ada bermacam-macam tantangan yang dihadapi. Itulah salib. Seorang misionaris pantang untuk menyatakan takut untuk sebuah tantangan. Seorang  yang berjiwa misionaris selalu maju menghadapi tantangan. Oleh karena itu, salib misi bagi ketiga imam baru tersebut bisa menjadi berkat bagi banyak orang dan melalui rahmat tahbisan yang telah mereka terima memampukan mereka untuk terus berjuang mempertahankan panggilan, melayani dan berlaku setia seperti yang St. Yosef Freinademetz ajarkan.(Fr. Algon B.T., SVD)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar