Minggu, 21 Agustus 2011

Retret Mutiara Dalam Doa Angkatan Pertama Surabaya



Bila kita mendengar seseorang menyebutkan sebuah kalimat yang dilengkapi dengan kata “mutiara”, seperti kata mutiara, mutiara doa, mutiara hati, dll tentu kita akan mengerti bahwa sesuatu yang dimaksudkan oleh orang tersebut adalah sesuatu yang sangat berharga.
Tampaknya, hal itu juga yang membuat orang begitu tertarik untuk mengikuti retret yang digagas oleh Rm. Yusuf Halim, SVD, yakni “Retret Mutiara Dalam Doa”. Retret yang diadakan di rumah retret Graha Wacana, Ledug, Prigen tersebut diikuti oleh 170 orang peserta dari berbagai agama dan usia.
Sebagian peserta yang mengikuti retret tersebut karena tertarik dan merasa ingin tahu, mengapa retret tersebut diberi nama demikian. Namun ada juga peserta yang mengikuti retret karena merasa rindu untuk kembali mengikuti retret yang dibimbing oleh Rm. Halim. Kerinduan tersebut muncul karena setiap retret yang diadakan oleh Rm. Halim hanya boleh diikuti satu kali saja. Setiap orang tidak boleh mengikuti retret yang sama lebih dari satu kali. Bahkan ada seorang ibu, yang sudah mengikuti beberapa macam retret yang dipandu oleh Rm. Halim, memaksa anaknya untuk mengikuti retret, agar anaknya juga boleh mengalami kehidupan rohani yang lebih baik. Dia memaksa anaknya karena dia sudah mengalami kehidupan rumah tangga yang lebih baik setelah mengikuti retret Tulang Rusuk. Pertama-tama memang anak tersebut merasa tidak suka. Dia tidak suka menunjukkan perasaannya karena merasa gengsi dan mau ikut sekedar karena merasa kasihan kalau menolak mamanya. Setelah mengikuti berbagai sesi yang ada, pemahaman anak tersebut mengenai retret mulai berubah. Dia merasa tersentuh atas semua sesi yang ada. Harapan ibu tadi memang menjadi kenyataan. Di akhir retret, anaknya menyatakan bahwa dia tidak menduga kalau retret tersebut sangat menarik, dan dia mau berubah.
Meski Romo Halim menyampaikan berbagai nasihat dihadapan anak tersebut, namun anak tersebut menyatakan tidak apa-apa dan tidak merasa tersinggung.  
Ketika misa penutupan retret, Rm. Halim menegaskan pada para peserta agar tetap mempertahankan sukacita yang mereka alami saat retret, seperti rasa damai yang mereka alami, tetap bisa mereka rasakan dalam hidup sehari-hari mereka. Berhubung bacaan Injil hari itu mengenai Yesus yang berjalan di atas air, maka Rm. Halim membandingkan dengan iman para murid saat itu yang goyah dan hanya mengandalkan kehadiran nyata dari Yesus dan bukan pada ajaran yang telah difirmankan pada mereka. Ketika mereka naik perahu dan Yesus tidak ada di situ padahal gelombang angin kencang datang, mereka menjadi takut.
Pada para peserta retret Rm. Halim menyampaikan bahwa, kalau engkau bergantung pada Yesus, Yesus ada di mana-mana. Pada saat engkau percaya, pada saat itu Yesus datang. Ketika mengikuti retret, seseorang memiliki iman yang luar biasa, seperti iman para murid ketika bersama Yesus. Tetapi ketika sudah masuk dalam kehidupan sehari-hari, seperti ketika para murid jauh dari Yesus. Padahal retret hanyalah sebuah sarana untuk menguatkan iman umat. Masalahnya adalah, bagaimana seseorang memelihara dan mempertahankan kekuatan iman mereka seperti ketika mereka sedang mengikuti retret. Setiap orang harus berusaha mempertahankan kekuatan imannya dalam hidup doa, dengan hidup dalam persekutuan dengan umat yang lain, dan ikut misa atau kegiatan lingkungan yang lain. (Dian)



Sabtu, 20 Agustus 2011

Retret Persiapan Perkawinan Komisi Keluarga Keuskupan Malang


Membangun hidup perkawinan dan keluarga bukanlah hal yang midah. Butuh persiapan yang matang, terutama karena di dalamnya sepasang manusia yang berbeda saling menyatakan  komitmen hidup bersama. Untuk itu  Komisi  Keluarga  Keuskupan  Malang  mengadakan retret persiapan perkawinan bagi calon suami-istri yang diramu dengan  Kursus Persiapan Perkawinan (KPP) tanggal 12-14 Agustus lalu. Retret yang diikuti sekitar 32 pasangan calon suami-istri tersebut diawali Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Ketua Komisi Keluarga Keuskupan Malang, Rm. Elenterius Bon, SVD.

Hari pertama retret, para peserta diajak oleh Rm. Elenterius Bon, SVD untuk menjejaki diri dan mengenal pasangan hidup. Rm. Elent mengemukakan banyak aspek penentu suatu perkawinan dan hidup keluarga agar harmonis. “Persoalan rumah tangga umumnya karena belum saling mengenal identitas pasangan. Identitas itu gambaran jati diri pasangan. Mengenal Identitas berarti menghargai identitas dan jati diri pasangan” ungkap Pastor yang akrab dipanggil Romo Elent. 
Jelang hari kedua retret, parapasangan muda tersebut disuguhi materi teologi moral perkawinan oleh Rm. DR. Paul Klein, SVD yang menekankan makna terdalam perkawinan dan hidup keluarga. “perkawinan merupakan persekutuan hidup dan kasih yang diadakan oleh Sang Pencipta” (bdk. GS 48). Paham perkawinan yang demikian memiliki tujuan mulia. “Tujuan perkawinan meliputi: Saling mencintai di antara pasangan hidup secara total, memperoleh keturunan dan membentuk ‘Gereja Domestik’” ujar Doktor Teologi Moral tersebut. Persoalan muncul ketika pasangan tidak dianugerahi keturunan, namun perkawinan tetap memiliki arti bagi setiap pasangan. Lebih lanjut Rm. Paul Klein menegaskan kembali bahwa perkawinan Katolik bersifat monogam dan tak terceraikan. 
Sementara itu, Dra. Elly Susilowati, seorang psikolog, menegaskan pentingnya memahami tipe-tipe kepribadian pasangan hidup. “Manusia itu unik dan berbeda. Kita perlu mengenal kelemahan dan kelebihan pasangan, mengenal karakter pasangan yang menunjukkan ciri-ciri kepribadiannya. Jangan pernah berpikir untuk mengubah kepribadian pasangan, karena akan terjadi konflik” Jelasnya. 
Tidak ketinggalan, para peserta secara khusus dibekali pengetahuan seputar KBA serta Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas. Rosalia Ngatini menjelaskan pentingnya menggunakan KBA, terutama Metode Ovulasi Billings dalam meningkatkan harmoni hidup perkawinan dan keluarga. “Keluarga Berencana adalah keluarga yang bertanggung jawab dalam segala hal, termasuk tanggung jawab terhadap anak. Hubungan suami istri terbuka untuk anak. Gereja tidak menentang membatasi kelahiran, namun yang ditentang ialah cara yang digunakan untuk membatasi anak!” seru ahli KBA tersebut. Dari perspektif medis, dr. Cecilia Widijati menjelaskan bagaimana cara kerja organ reproduksi dan cara-cara memelihara kebersihannya hingga proses kehamilan dan kelahiran terjadi. 
Menariknya bahwa retret ini menghadirkan sharing pengalaman hidup perkawinan dan keluarga dari beberapa pasutri (pasangan suami-istri) senior. Pasutri Roni-Ninien mengapresiasikan bagaimana komunikasi yang baik dan benar pasangan suami istri. Titik temu komunikasi yang baik ialah perlunya suami-istri saling mengimbangi. Di lain kesempatan pasutri Deni memberikan masukan bagaimana mengatur ekonomi rumah tangga. Akhirnya pasutri  Sur-Endang membagikan pengalaman hidup mereka tentang panggilan menjadi orangtua. 
Pada sesi terakhir, Rm. Dr. Alf. Catur Raharso, Pr. menjelaskan pemahaman mengenai Hukum Perkawinan. “Hukum perkawinan mengatur soal apa yang dituntut oleh Hukum Gereja untuk sah dan tidaknya suatu perkawinan. Sejauh melanggar norma hukum akan dikenai hukuman, sanksi yuridis” kata Doktor Hukum Gereja ini. Berkenaan dengan makna perkawinan menurut hukum Gereja, Dosen Hukum Gereja STFT Widya Sasana Malang ini menjelaskan bahwa perkawinan Katolik memiliki kekhasan. “Gereja memakai istilah ‘Perjanjian’ untuk menunjukan hubungan antara Allah dengan umat-Nya. Perkawinan merupakan persekutuan seluruh hidup. Inilah yang membedakan antara perkawinan dengan relasi lainnya. Misalnya relasi dengan sahabat dan rekan kerja sedekat apa pun relasi itu bukanlah suatu perkawinan. Perkawinan itu persekutuan seluruh hidup bukan sebagian hidup dan menurut ciri kodratinya terarah pada kesejahteraan suami-istri” pungkas Rm. Alf. Catur. Di akhir ceramahnya, Rm. Catur menyampaikan pesannya bagi calon suami-istri agar tidak melewatkan tanggung jawab mereka sebagai suami-istri. “Sesibuk apa pun anda, jangan pernah melewatkan kehidupan rumah tangga yang dipercayakan oleh Gereja. Biasanya 5 tahun pertama akan banyak kesulitan yang dihadapi!” ungkap Rm. Catur mengakhiri presentasinya. 
Peserta begitu antusias selama retret. Mereka mengakui banyak masukan yang diterima agar mampu menentukan pilihan hidup yang tepat dan belajar memahami seluk-beluk hidup perkawinan dan keluarga secara baik dan benar. Rm. Elenterius Bon, SVD, ketika memberikan sajian spiritualitas keluarga memuji antusiasme mereka. “Para calon ibu, pandai-pandailah membangun relasi dengan suami. Jangan sampai terjadi penyimpangan dalam keluarga, begitu pun dengan calon suami!” pesan Rm. Elent. Retret ditutup dengan perayaan Ekaristi dan pembagian setifikat KPP oleh Rm. Elenterius Bon, SVD. Kebahagiaan dan rasa puas terungkap dari ekspresi wajah setiap pasangan. Semoga kebahagiaan itu terus menyelimuti calon pasutri tersebut hingga memasuki panggung hidup perkawinan dan keluarga.  Usai makan siang, para peserta perlahan beranjak meninggalkan rumah retret “St. Maria Magdalena Postel” Jayagiri, yang asri. (Tony)


Jumat, 19 Agustus 2011

Puncak Perayaan Hari Kaum Muda Sedunia (WYD) di Madrid, Spanyol

Benediktus XVI pada tanggal 18 Agustus 2011 akhirnya tiba di Madrid, Spanyol, untuk sendiri menghadiri “HARI KAUM MUDA SEDUNIA” yang dua hari sebelumnya sudah dibuka oleh Kardinal dari Madrid, Mgr. Antonio M.R. Vareia, dengan kehadiran 240 uskup dan 300.000 kaum muda dari seluruh dunia. Dua tahun “Hari dunia kaum muda” ini telah disiapkan oleh umat Katolik di Madrid dan puluhan ribu keluarga dari ibukota Spanyol menyediakan penginapan untuk tamu-tamu muda dalam rumahnya sendiri. Para peziarah lain bercamping atau mendapat tempat tidur di rumah-rumah besar dan sekolah-sekolah. Karena cuaca panas (35 derajat), banyak orang muda juga tidur malam di open-air. Selama minggu ini di kota juga ditawarkan program budaya yang kaya dan bersaingan dengan program rohani. Paus memang setuju juga dengan kegembiraan, rekreasi dan pertunjukan, tetapi ia menekankan preferensi harus diberikan pada pembaharuan iman, sesuai dengan motto pesta raksasa kaum muda: “Berakar dalam Yesus Kristus dan dibangun di atas-Nya, berteguh dalam iman” (Kol 2:7). Demikianlah sekian banyak pertemuan Paus dengan para Uskup, Pemerintah, Raja,  para profesor universitas-universitas, para seminaris, institusi-institusi sosial, sharing dengan kaum muda terus menerus, Jalan Salib bersama, ibadat-ibadat doa, Angelus, amanat-amanat kepada beberapa kelompok masyarakat dan agama,  dan beberapa misa, puncak kunjungan pastoralnya pada perayaan Ekaristi mulia hari Minggu pagi di Airport Cuatro Vientes, dimana hadir lebih dari satu juta orang. Paus Benediktus XVI telah menyerahkan kaum muda kepada Hati Yesus yang Mahakudus.



1. Kotbah Benediktus XVI tentang Misteri Hati Yesus Yang Mahakudus


Bila kita manusia meneliti hati kita, maka kita semua menemukan keinginan yang selalu ada: kita ingin menjadi bahagia. Tetapi di mana dan bagaimana kita bisa menjadi bahagia? Pengalaman mengajar kita, bahwa kebahagiaan baru bisa dirasakan, kalau kerinduan untuk mencapai apa yang tak terbatas akan dipenuhi. Atau sesuai dengan kata-kata Benediktus XVI: “Manusia telah diciptakan untuk apa yang sungguh-sungguh besar, untuk apa yang tak terhingga.” Tetapi kerinduan akan apa yang tak terbatas, tidak lain dari kerinduan manusia untuk sedalam-dalamnya dicintai oleh Tuhan, karena “Allah adalah cinta kasih” (1Yoh 4:16). Sebab itu, menurut Bapa Paus bisa juga dikatakan: “Allah adalah sumber hidup kita. Menyingkirkan manusia dari sumber ini, dia turun ke dalam ketiadaan (nihil).” Hal itu telah terbukti melalui banyak eksperimen masyarakat modern yang bermaksud untuk menciptakan – jauh dari Allah, Sang Pencipta yang satu-satunya – “firdaus di atas bumi.” Percuma!

Khususnya “hati manusia” sering mempunyai masalah yang hanya bisa dipecahkan melalui pertemuan dengan “hati Allah”. Kebenaran ini sudah diketahui oleh Uskup Agustinus dalam abad ke-5. Katanya,  “Engkau, Tuhan, telah menciptakan kami untuk Engkau, dan hati kami tidak tenang, sampai beristirahat dalam diriMu.” Keadaaan “tak tenang” menunjuk kepada kesulitan bahwa kita merindukan kesempurnaan kasih Allah, tetapi kita tidak mampu mencapainya, karena kita adalah makhluk terbatas, apalagi kitalah pendosa-pendosa. Kita selalu tersandung pada “batu egoisme”, dan nafsu-nafsu kita yang kacau-balau, menjauhkan kita dari penghayatan cinta kasih yang benar. Sebenarnya hati manusia perlu dikasihi hati Allah yang Mahakuasa, supaya dapat membebaskan diri dari keterbatasan dan dosa. Sebab itu, Allah Bapa mengirim Putera-Nya, Yesus Kristus, kepada umat manusia, supaya Dia mencintai kita dengan “hati manusiawi”-Nya dan membuat kita mampu membalas kasih Allah. Itulah misteri keselamatan kita dan sekaligus misteri kasih hati Yesus.

“Misteri kasih hati Yesus” akhirnya tampak secara penuh di atas salib. Di sana kasih Allah telah diwahyukan melalui pengabdian bagi manusia secara total, tanpa batas. Dengan kata lain, hati terluka Yesus di atas salib sebagai akibat tikaman pedang oleh seorang serdadu Romawi merupakan ungkapan yang paling nyata cinta kasih Allah kepada kita. Benediktus XVI coba menjelaskan misteri ini sbb.: “Dari hati Yesus yang terbuka mengalir hidup Ilahi... Tetapi Yesus memberi kepada kita sekaligus kasih-Nya sendiri yang membuat kita mampu untuk mencintai sesama dengan kasih-Nya yang sama.” Demikianlah hati Yesus yang telah bangkit dan hidup, menjadi sumber, dari mana manusia terus harus minum, supaya dapat memuaskan kehausan tak terbatas untuk mencintai dan dicintai. Sebab itu, manusia perlu bertemu dengan Yesus – “dari hati ke hati” – dengan cara yang sangat pribadi dan mesra, berdasarkan “iman yang  teguh, yang makin lama makin berakar di dalam Kristus dan dibangun di atas-Nya” (Kol 2:7).
Refleksi teologis ini juga mempengaruhi teologi panggilan untuk menjadi kudus: salah satu cara efisien adalah usaha manusia untuk terus masuk ke dalam  arus  kasih yang tak berhenti mengalir keluar dari hati Yesus. Hal itu juga dimaksudkan oleh Beato Kardinal Newman, waktu bertanya pada dirinya, apa itu “inti panggilan untuk menjadi kudus?”, ia merumuskan kata terkenal dalam bahasa Latin: “Cor ad cor loquitur”, yaitu “Hati berbicara dengan hati”, yaitu hanya bila hati Allah (kasih) berbicara dengan hati manusia (kasih), dan sebaliknya, maka kerinduan manusia akan cinta kasih dapat dipuaskan dan persatuan intim antara hati manusia dan hati Allah dapat diperoleh (bdk. kotbah Benediktus XVI pada misa beatifikasinya).  

2. Kepentingan  Devosi  kepada Hati Yesus  Yang Mahakudus untuk Kaum Muda

Dalam abad-abad yang lalu, Gereja semakin menegaskan kepentingan “devosi kepada Hati Yesus  yang Mahakudus” untuk menjadi kudus. Yang sangat berjasa untuk promosi devosi itu, adalah S. Margarita Maria dari Alacoque (1647-1690), yang hidup sebagai biarawati  dalam rumah biara Paray-le-Monial (Perancis). Kepada dia Yesus memperlihatkan dirinya sebagai Tuhan, yang sangat mencintai manusia. Yesus memberi kepada dia satu pesan sbb.: “Lihatlah hati, yang telah mencintai manusia begitu besar, tetapi ia hanya membalas dengan sifat yang tidak tahu berterima kasih dan dengan penghinaan.” Sepanjang hidupnya Santa Margarita mengajar orang untuk mencintai hati  Yesus, khususnya waktu perayaan Ekaristi. Dia sendiri menyerahkan diri kepada Hati Kudus Yesus serta mengundang juga orang-orang lain untuk melakukan yang sama dan mencintai sesamanya melalui pelayanan-pelayanan kecil, supaya dosa-dosanya diampuni. Setiap hari Jumat pertama dalam bulan dia memberi kepada devosi Hati Kudus perhatian khusus.
Dalam tahun  1864 Sr. Margarita dinyatakan “beata” oleh  Pius IX dan dalam tahun 1920 dinyatakan “kudus” oleh Benediktus XV. Respon Umat atas pengetahuan hidup S. Margarita akhirnya begitu besar, sehingga hampir semua Bapa Paus dalam abad ke-19 sampai ke-21 merekomendasikan devosi kepada Hati Kudus Yesus, mis. – selain mereka yang sudah disebut – Leo XIII (menyerahkan 1899 seluruh umat manusia kepada Hati Kudus Yesus), Pius XI (1928 ensiklik “Miserentissimus Redemptor”), Pius XII (1956 ensiklik “Haurietis Aquas), dan Yohanes Paul II (1986 Amanat kepada Ordo Yesuit). Paus terakhir ini mengucapkan harapannya, bahwa sesudah “reruntuhan-reruntuhan yang ditinggalkan oleh kebencian  dan kekerasan, akan bertumbuh satu sivilisasi kasih, satu kerajaan Hati Kristus”. Paus Benediktus XVI tidak mau kalah dengan para pendahulunya. Tanggal 21 Agustus 2011 Beliau menyerahkan di Madrid kaum muda di dunia kepada “Hati Yesus Yang Mahakudus”, dengan doanya: “Datanglah Tuhan Yesus dan bantulah kaum muda dari milenium ke-3 ini, untuk membangun satu ‘sivilisasi kasih’, dimana semua manusia dan semua bangsa tetap menyadari kehadiran abadi kebenaran dan cintakasih dalam hatiMu.” (P. Paul Klein, SVD)



,




Seminar Orangtua Anak Paroki Redemptor Mundi Surabaya

 Idealnya Hubungan antara Orangtua dan Anak

Rm. Adrian Adirejo, OP
Hubungan antara orangtua dengan anak adalah hubungan yang paling kuat dan berpengaruh dalam kehidupan ini. Orangtua punya tanggung jawab besar terhadap anak-anaknya. Walaupun orangtua punya niat baik untuk mencintai anak-anaknya, tapi tidak bisa mengekpresikannya dengan baik. Hal tersebut diungkapkan Pastor Kepala Paroki Redemptor Mundi Surabaya, P. Adrian Adirejo, OP dalam Seminar Orangtua Anak beberapa waktu lalu di Balai Paroki Redemptor Mundi, Surabaya. “Masalah besarnya adalah banyak orangtua tidak tahu bagaimana mengkomunikasikan cintanya kepada anaknya” ujar Pastor dari Ordo Dominikan tersebut.
Kegiatan yang bertema “Lima Bahasa Kasih Orangtua terhadap Anak-anak” tersebut menghadirkan pembicara utama Pastor Kepala Paroki Redemptor Mundi P. Adrian Adirejo, OP dan Praktisi Pendidikan Fransiskus Xaverius Subroto Untario, diikuti Lebih dari 400 orang dari kalangan tua dan muda.  
Pastor Adrian menjelaskan pentingnya peran emosi dalam komunikasi. “Seperti suami-isteri juga satu sama lain saling mencintai, namun permasalahan muncul saat isteri tidak bisa merasakan bahwa suaminya mencintai dia dan suami tidak bisa lagi merasakan bahwa isterinya juga mencintai dia. Ada miscommunication. Padahal rasa cinta adalah emosi yang sangat kuat. Di dalam hidup, 70 – 85 % tindakan kita didorong oleh emosi. Kalau kita setiap hari melakukan berbagai kegiatan, dikarenakan terdorong oleh emosi. Pengaruh pikiran hanya 10 – 15 %. Kalau kita mau mengubah perilaku seseorang gunakan emosi. Para orangtua yang mau membentuk anak-anaknya menjadi orang yang baik, belajar untuk menstimulasikan anak-anak. Emosi bisa positif dan negatif. Ada banyak orang hebat karena dia dikasihi dan merasa dipercaya, lalu emosi itu seperti air. Emosi dapat juga menghancurkan hidup kita. “Jadi emosi itu sangat kuat dan ini yang perlu dibentuk,” lanjut Pastor Adrian.
Salah satu emosi yang paling kuat adalah kasih, kata Pastor Adrian. Ia menjelaskan pengalaman kasih dimulai dari kecil atau ketika anak-anak masih dalam kandungan. Misalkan anak-anak yang ditolak atau digugurkan biasanya sudah punya satu luka terhadap orangtua. Sejak kecil anak-anak semakin sensitif terhadap perasaan. Jadi anak-anak tahu mana orangtua yang senang atau tidak senang dengan mereka. Ini dirasakan orangtua yang setiap hari harus hidup bersama anak-anak, jadi orangtua harus tulus terhadap anak-anak.

Lima Bahasa Kasih
Pastor Adrian menuturkan Lima Bahasa Kasih yang harus dilakukan terhadap anak-anak, agar tercipta hubungan ideal yang baik antara orangtua dengan anak-anaknya, yakni:
Pertama adalah Sentuhan melalui pelukan dan sapaan kasih. Bahasa kasih bukan eksklusif, karena satu sama lain saling melengkapi. Hal terpenting adalah anak dapat merasa dikasihi. Kalau bahasanya salah, kita tidak bisa berkomunikasi dengan dia. Terkadang kita berpikir dengan memberikan hadiah bisa mengekspresikan kasih kita kepadanya. Maka orangtua harus bisa menyesuaikan diri dan mengerti anaknya, supaya anak merasa dicintai.  
Kedua adalah kata-kata kasih. Tiap anak punya keunikan, kelemahannya dan kelebihan. Kalau orangtua punya banyak anak, jangan selalu dibanding-bandingkan. Gunakan kata-kata untuk mengekpresikan perasaan anda. Tunjukkan perasaan anda kepada anak bahwa anda juga merasakan apa yang dia rasakan, bahwa anda mengerti apa yang dia alami. Kata-kata orangtua perlu menjadi kata-kata yang memberikan kekuatan. Karena setiap hari anak-anak belajar banyak hal baru dalam hidup, dan itu tidak mudah. Terkadang Anak-anak tidak mampu melihat apa yang mereka hadapi karena pengalamannya terbatas. Di sini orangtua bertindak sebagai pahlawan bagi anak-anak. Kata-kata orangtua dapat mambuat anak-anak merasa dihargai. Apa salahnya memuji anak anda? Berapa banyak orangtua yang sadar dan berani memuji anaknya. Sering yang dicari dan dibutuhkan anak-anak adalah perhatian dan kedekatan dari orangtuanya.
Ketiga adalah hadiah, yang paling penting dicari anak-anak adalah tanda material yang bisa dilihat, dibentuk dan dirasakan. Ini satu bahasa buat anak-anak bukan karena harga mainannya atau bagus tidaknya mainan tersebut, tapi dengan mainan itu mereka merasa diperhatikan. Namun hadiah itu tidak bisa menggantikan bahasa kasih orangtua, di mana anda harus memberi waktu dan perhatian. Memang ada banyak orangtua, memberikan hadiah tapi tidak bisa punya waktu dan perhatian, tetap saja anak merasa tidak diperhatikan.
Keempat adalah Quality Time (waktu). Orangtua tentu berpikir dengan memberikan hadiah-hadiah itu cukup mengekpresikan kasih pada anak, padahal yang dicari anak adalah waktu dengan orangtuanya. Waktu orangtua buat anak merupakan sesuatu yang penting. Kalau komunikasi dengan anak agak susah carilah hobi yang sama dengan anak anda seperti olahraga, rekreasi dan sebagainya.
Kelima adalah bantuan anda; melakukan sesuatu buat anak itu penting. Sesuatu yang akan selalu dia  ingat dan merasakan manfaatnya. “Tanyalah kepada anak anda, apakah anak anda mencintai orangtuanya. Orangtua pasti mencintai anak-anaknya, masalahnya adalah bisa atau tidak kita mengomunikasikan kasih itu. Amat disayangkan orangtua mencintai anaknya dengan pengorbanan tapi anaknya tidak mendapat manfaatnya,” tegas Pastor Adrian.

Belajar Menjadi Orangtua
Fransiskus Xaverius Subroto Untario, Praktisi Pendidikan yang juga tampil berbicara, menekankan pentingnya pelajaran menjadi orangtua. Menjadi orangtua tidak ada sekolahnya, oleh karena itu kita perlu belajar. Menjadi orangtua harus jadi orang benar supaya anak-anaknya dapat hidup dengan baik. Jalan kebenaran itu adalah jalan di dalam Firman Tuhan.
Subroto menyampaikan kiat-kiat menjadi orangtua yang baik, yaitu: Orangtua harus jadi pejuang, pengasih, pendamai, pembina, pelayan, pelindung dan pendorong. Seluruh aspek kehidupan anak sangat ditentukan oleh peran aktif orangtuanya mendukung dan membantunya. “Idealnya hubungan antara orangtua dengan anak adalah saling mengasihi, menghormati dan membantu serta mendukung,” ucap Subroto.
Sementara itu, Aloysius Djito Warsito Ketua Dewan Paroki Bidang III Pembinaan dan Kategorial Paroki Redemptor Mundi Surabaya menuturkan tujuan utama dari seminar ini sebagai pembekalan bagi orangtua bagaimana mendidik anak-anak secara bijak selaras dengan iman Kristiani. Seminar ini juga merupakan agenda dari Lustrum III (15 tahun) paroki ini. Seminar yang menarik banyak peminat ini terselenggara berkat  kerja sama Panitia Lustrum III paroki Redemptor Mundi, lingkungan Wilayah III Santo Yosep, ME dan Komisi Kerasulan Keluarga. Seminar ini ditutup dengan pemutaran film tentang perjuangan  gigih seorang anak yang didukung oleh ayahnya dalam menyelesaikan suatu perlombaan. (Parulian Tinambunan – Surabaya)

PAMPANG, desa Cagar Budaya di Timur Kalimantan



Bumi Kalimantan yang dulu dikenal dengan sebutan Borneo, didiami oleh sejumlah besar suku Dayak. Di berbagai propinsi terdapat suku-suku Dayak dengan ciri fisik yang sedikit berbeda, juga dalam hal bahasanya. Konon ada sekitar 500 lebih suku Dayak tersebar di seantero Kalimantan, hingga ke wilayah Serawak dan Brunei Darusalam. Perjalanan dari kota Samarinda menuju desa Pampang, sebuah desa cagar budaya Dayak, memakan waktu kurang lebih 50 menit sudah termasuk macetnya lalu lintas di kota Tepian tersebut. Kami meleset di jalan utama dari Samarinda menuju Bontang dan mulanya perjalanan terasa biasa-biasa saja. Saat memasuki kawasan desa tersebut, suasana alam pedesaan mulai terasa. Desa Pampang sendiri berada di daerah perbukitan ditumbuhi hutan-hutan semak nan hijau. Meskipun memasuki kawasan pedesaan, namun jalannya mulus dan cukup dilewati dua mobil. Desa ini sendiri terletak di aliran Sungai Siring, Kota Samarinda, Kalimantan Timur dan merupakan objek wisata andalan kota Samarinda.

Cagar Budaya
Munculnya desa itu punya cerita tersendiri. Bermula sekitar tahun 1960-an, dimana suku Dayak Apokayan dan Kenyah yang saat itu berdomisili di wilayah Kutai Barat dan Malinau, berpindah lantaran tak mau bergabung atau tak ingin ikut ke wilayah Malaysia dengan motif dan harapan taraf pendapatan atau ekonomi yang menjanjikan. Ada semacam rasa nasionalisme yang membuat mereka memilih tetap bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Suku-suku tersebut lalu menempuh perjalanan dan berpindah-pindah selama bertahun-tahun,  dengan berjalan kaki. Untuk menyambung hidup mereka singgah di tempat-tempat yang dilaluinya dan berladang. Kehidupan mereka terus berpindah-pindah untuk berladang. Akhirnya mereka sampai di kawasan Pampang. Lalu mereka menetap di desa Pampang dan melakukan berbagai kegiatan masyarakat, seperti bergotong-royong, merayakan Natal, dan panen raya. Kemudian di bulan Juni 1991, Gubernur Kaltim H.M  Ardans mencanangkan dan meresmikan desa Pampang sebagai desa Budaya. Pemerintah merasa berkepentingan untuk mendorong desa budaya ini memiliki kegiatan positif yang bisa menjadi aset wisata unggulan, baik di tingkat lokal hingga mancanegara. Karena itu setiap tahun digelar acara memperingati ulang tahun desa Pampang, yang disebut dengan nama Upacara Pelas Tahun. Pemerintah berharap desa ini bisa terus memelihara dan melestarikan adat istiadat dan budaya masyarakat Dayak. Desa Budaya Pampang, kini kerap dikunjungi para turis baik domestik maupun mancanegara. Umumnya para pengunjung merasa penasaran ingin melihat langsung eksotisme budaya, adat istiadat, dan sosok masyarakat Dayak, yang memang sudah dikenal dunia. Pemerintah mendukung agar warga Dayak yang menghuni Desa Pampang untuk bisa mengembangkan potensi lain, misalnya membuat cindera mata seperti manik-manik dan sejenisnya.
Nilai Jual
Karena komunitas Dayak Kenyah makin lama makin berkurang, maka pelestarian budayanya tampak semakin ditingkatkan. Kelangkaan juga terjadi pada atraksi-atraksi budayanya, sehingga makin lama budaya Dayak justru semakin memiliki nilai jual. Di kampung Pampang kini hanya tinggal satu orang ibu yang mempertahankan tradisi dengan telinganya yang terburai panjang,  dihiasi perhiasan sejenis gelang ukuran kecil yang terbuat dari kuningan. Tidak ada generasi sesudahnya yang melanjutkan tradisi tersebut. Saking langkanya budaya Dayak, maka setiap ada kunjungan wisatawan mancanegara maupun domestik, kalau ingin berfoto bersama sang ibu tersebut, kita dikenakan biaya dua puluh lima ribu rupiah sekali jepret. Rupanya Ibu itu sangat paham dengan minat para wisatawan, dan kelebihan yang ia miliki. Demikian juga ketika kami datang, segerombolan anak-anak usia sekolah, mendekati kami dan menawarkan jasa mereka untuk menyuguhkan tarian Dayak, atau berfoto bersama dengan ongkos yang tidak murah. Berbagai jenis tarian adat yang dipertunjukkan di antaranya adalah tari Kancet Lasan, tari Kancet Punan Lettu, Hudoq, Manyam dan lain sebagainya. Di panggung adat, kamai juga melihat sejumlah foto dan lambang-lambang adat setempat. Foto-foto yang terpampang adalah sejumlah gadis cantik dan pemuda-pemuda gagah, yang tampak penuh semangat menari-nari sambil mengenakan pakaian khas adat Dayak. Busana yang mereka kenakan terdapat motif yang mencirikan keunikan budaya suku Dayak di Kalimantan. Sayup-sayup  saya juga mendengar alaunan musik khas Dayak seperti sampek terus membahana di sekitar. Sungguh pengalaman yang berkesan. Ternayata di balik hingar-bingarnya suasana perkotaan, khususnya kota Samarinda dan Balikpapan yang terus menggeliat maju dan modern, justru desa Dayak, desa Pampang masih menawarkan pesona budayanya yang bersahaja tetapi sangat memikat. (Bonaventura Ngw dari Samarinda Kaltim, awal Agustus 2011)
 


Vatikan:
Babak Baru Malaysia-Vatikan

SELAIN menghasilkan pengesahan hubungan diplomatik antara Malaysia dan Takhta Suci Vatikan, pertemuan juga menyepakati pentingnya promosi dialog antarumat
beragama di Malaysia.Perdana Menteri Negeri Jiran Malaysia, Dato Sri Najib Tun Razak bersama delegasi khusus yang terdiri dari Menteri Persatuan Tan Sri Dr Koh Tsu Koon, Senior  Minister Tan Sri Bernard Dompok, dan Menteri  Urusan Islam Dato Seri Jamil  Khir Baharom mengadakan  audiensi khusus dengan  Paus Benediktus XVI di  kediaman Bapa Suci, di Kastel  Gandolfo, Senin, 18/7.
Pertemuan ini perlu dilihat sebagai era baru dalam sejarah Malaysia. Hal ini ditegaskan Menteri Persatuan Malaysia Dr Tan Sri Dr Koh Tsu Koon, yang secara khusus menyempatkan diri mengunjungi Dewan Kepausan untuk Dialog Antarumat Beragama.Menurutnya, kesempatan ini sudah lama dinantikan dan menjadi babak baru bagi Malaysia untuk memulai kerjasama, bukan saja menyangkut urusan­urusan diplomatik tetapi juga dalam segala bidang yang menjadi interes kedua negara,  termasuk memajukan dialog antarumat beragama demi perdamaian dan keharmonisan. Malaysia berjanji akan terus  berupaya agar kerjasama dengan Takhta Suci di bidang ini segera dimulai setelah penandatanganan akta relasi  diplomatik. Dari ke­26 menteri di Kabinet Malaysia, 11 adalah non­Muslim. Di antara mereka, tujuh menteri Kristiani. Dan, tiga dari ketujuh menteri Kristiani ini beragama Katolik. Akhir­akhir ini, keharmonisan di Malaysia mendapat tantangan karena berbagai sentimen yang berpangkal pada isu­isu agama. Persoalan agama dibawa­bawa menjadi persoalan nasional, sehingga meruncingkan permasalahan yang berdampak pada keruhnya relasi antara Muslim dan non­Muslim, terutama dengan warga Kristiani. Persoalan tuduhan konversi ilegal terhadap Kristiani, permasalahan penggunaan kata Allah yang berdampak pada pembakaran rumah­rumah ibadah, kasus penyitaan buku­buku agama di sekolah­sekolah Kristiani, dan penahanan Alkitab mempersulit relasi Kristiani­Muslim. (Markus Solo, SVD, dari Roma)

Verlyta Evelyn-Ivan Saba: Fokus Pada Anak



Anak merupakan buah cinta suami istri yang sangat berharga dalam keluarga. Itulah sebabnya anak lantas menjadi “mutiara” yang sangat indah yang patut dijaga dan dirawat perkembangan dirinya. Setiap keluarga tentu saja tidak ingin melewatkan saat-saat indahnya bersama si kecil, “mutiara” kehidupan rumah tangganya. Demikian pun yang  dialami pasangan selebriti Verlita Evelyn Raymond dan Ivan Saba. Bintang sinetron Verlita Evelyn yang populer membintangi sinetron "Cinta Fitri" ini begitu bahagianya menikmati statusnya sebagai seorang ibu bagi putra kesayangannya, Jenoah, yang dilahirkannya pada Mei 2011 lalu, di Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI), Jakarta Selatan. Lengkaplah sudah kebahagiaan pasangan yang sebelumnya mengikatkan janji pernikahan mereka di gereja Christ Cathedral, Serpong, Tangerang pada 6 Februari 2010.
Menyandang status baru sebagai ibu tidak membuat wanita kelahiran Surabaya, 1 Desember 1983 ini merasa  gerah, terutama di  tengah padatnya  jadwal  syuting  sinetron akhir-akhir ini. Bagi darah penyuka segala jenis aliran musik dan penghobi makanan coklat ini, anak merupakan prioritas utama. Terutama karena anak merupakan buah cinta yang sangat berharga dari kisah cintanya dengan Ivan, suami tercintanya. Demikian artis yang telah membintangi aneka sinetron seperti,  “Dan”, “Cinta Fitri Season 1” , “Cinta Fitri Season 2” , “Cinta Fitri Season 3”, “Bukan salah Bunda Mengandung”, “Mimpi Manis 2”, “Aku Bukan Cantik” tersebut  tidak pernah ingin melewatkan begitu saja tahap-tahap perkembangan putranya.  Bahkan di sela-sela  jam  tidur pun, ia tidak pernah merasa keberatan melayani si kecil yang lucu dan mungil tersebut.  “Dia tu lucu kadang minta keluar kamar. Mungkin karena bosan di kamar, kan AC. Mungkin dia gerah, dia kepingin keluar. Mungkin matahari gitu perlu suasana. Jadi kadang menjelang mau tidur, ngantuk tu dia biasa agak rewel tidak lama dia pasti tidur” aku Verlita.
Perhatian Verlita pada putra kesayangan,  yang  namanya diambil dari Kitab Suci tersebut bahkan melampaui hidupnya sendiri. Konon perjuangannya selama melahirkan begitu besar, antara hidup dan mati, namun kehadiran “buah hati” membuat  segala  beban penderitaan pun tidak terasa. Hal tersebut diungkapkan  sang  suami suatu ketika. “Lihat dia aja kita nggak bisa ngapa-ngapain, rasanya luar biasa banget. Tapi begitu dia lihat anaknya, sakitnya hilang, perjuangannya hidup dan mati," pungkas Ivan. Lebih dari itu, Verlita  sendiri  siap untuk  meninggalkan dunia entertaintment untuk lebih fokus pada putranya itu, karena ia berniat untuk memberikan ASI eksklusif pada Jenoah. “Selama aku masih bisa ada many time buat dia ya aku, prioritas utamaku ialah Noah. Tapi ini bukan berarti aku juga terus di rumah, gak ngapa-ngapain gitu. Beberapa minggu ke depan juga udah ada beberapa pekerjaan yang masuk. Cuma aku sekarang lebih selektif aja. Pekerjaan yang lebih memakan waktu terlalu lama jadi mungkin aku ga ambil dulu gitu. Masih ada beberapa items yang perlu tapi mungkin ga apa-apa. Namanya juga orang habis lahirin, ya gitu aku ga terobsesi harus kurus lagi gitu ga pa-pa. tetap aku makan-makanan bergizi karena sampai sekarang kan aku masih ASI buat dia. Jadi aku ga mikirin harus kurus, mikirin makanan yang bagus buat  kurusin badan” ungkap putri pasangan Jerry Renee Raymond dan Indah Kurnia tersebut diamini sang suami. 
                 Terlihat pasangan ini begitu kompak menghayati kehidupan sebagai orangtua yang menyadari tanggung jawab mereka mengasuh Jenoah. Harapan terbesar mereka ialah ingin mempersembahkan kasih sayang yang paling berharga bagi jagoan kecil mereka. Pasangan selebritis ini memahami dengan baik bahwa seorang anak hanya akan bertumbuh dengan baik dalam suasana kelembutan kasih sayang orangtua yang tiada taranya. Dengan merasakan kasih sayang dan perhatian dari keduanya, harapan mereka putranya kelak dapat menjadi anak yang bermanfaan dan mampu menjadi pemimpin yang baik meneladani Nabi Nuh yang begitu terkenal dalam Kitab Suci. Itulah sebabnya nama putra kesayangan mereka diambil dari Kitab Suci, terutama agar si kecil tersebut berkembang sesuai dengan nilai-nilai luhur dalam Kitab Suci, terutama hidup menurut nasehat-nasehat dan ajaran Tuhan Yesus.
                Mengagumkan melihat suasana kehidupan rumah tangga pasangan selebriti tersebut. Tidak salah lagi bahwa nilai-nilai kehidupan iman kristiani cukup begitu kental menjadi fondasi yang kokoh bagi kehidupan rumah tangga artis Verlita Evelyn dan Ivan Saba. Kenyataan ini mengingat banyaknya tantangan hidup berkeluarga dewasa ini yang mempengaruhi robohnya “bahtera” rumah tangga.  Semoga atmosfer kehidupan rumah tangga pasangan harmonis ini menjadi inspirasi bagi perkembangan kehidupan keluarga-keluarga kristiani umumnya. (Primus)

Selasa, 09 Agustus 2011

M. Nazarudin dan Nasib Bangsa Indonesia

Rupanya hobi sepak bola juga memiliki dampak negatif bagi seorang M. Nazarudin, lantaran untuk memenuhi kebutuhan akan hobinya tersebut, Mantan bendahara umum Partai Demokrat  itu tertangkap petugas kepolisian Cartegena, Kolombia, Minggu (7/8) pagi waktu setempat. Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto menegaskan  kembali bahwa penangkapan itu terjadi sekitar pukul 21.00 -22 WIB. "Tadi malam melalui Menlu telah terima informasi dari Dubes kita di Kolombia telah ditangkap seseorang yang dicurigai sebagai saudara Nazaruddin oleh interpol di Colombia. Ia memakai nama Syafruddin," kata Djoko dalam konferensi pers di kantor Presiden Jakarta, Senin kemarin. Berita penangkapan  ini disampaikan  langsung oleh Duta Besar Indonesia  untuk Kolombia Michael Manufandu.
"Selama ini mereka telah bekerja keras melalui polri dan interpol. Selama ini hasil penyelidikan di Cartadena, identik yang kita sebut sebagai yang disebut Nazaruddin. Yang bersangkutan menggunakan paspor dengan identitas palsu dengan nama Syahruddin,"  tambah Joko Suyanto. Karena Polisi Kolombia belum mengenal baik M. Nazarudin, maka Michael segera berangkat dari Bogota ke Cartadena untuk memastikan bahwa pria yang disinyalir mirip M. Nazarudin tersebut benar-benar Nazarudin yang selama ini menimbulkan bumerang di kubu KPK dan Demokrat tersebut. Ketika ditangkap, M. Nazarudin menggunakan nama Syafruddin sesuai yang tertera di Pasport yang dipakainya untuk jalan-jalan ke luar negeri, sambil nonton sepak bola. Nazarudin sendiri mengakui, pada saat hendak ditahan pihak interpol, belia hendak berangkat ke Bogota, ibukota Kolombia untuk menyaksikan laga sepak bola U-20. Ketika hendak ditangkap, M. Nazarudin sempat protes karena merasa tidak bersalah, namun akhirnya ia tidak dapat berbuat apa-apa.
Wakil Duta Besar Bidang Politik KBRI Bogota, Johanes Subagia Made, menyampaiakan bahwa M. Nazarudin saat ini telah berada di tahanan khusus Kepolisian Bogota. Untuk itu, KBRI sedang menyiapkan langkah apa yang perlu diambil guna mengembalikan M. Nazarudin ke tanah airnya, Indonesia. “Intinya kita akan melindungi keselamatan yang bersangkutan.” Ungkap Johanes.
Perihal penangkapan M. Nazarudin diharapkan mampu memberikan titik terang perkara yang sedang dihadapi di Indonesia, terutama untuk menjelaskan dugaan KKN terhadap beberapa petinggi Demokrat dan KPK. Sebagai “otak” permasalahan, M. Nazarudin layak dilindungi keselamatannya 1 kali 24 Jam.  Sementara itu Anggota Komisi III DPR, Martin Hutabarat berujar bahwa penangkapan Nazarudin akan semakin menentukan citra DPR di mata publik, terutama soal tugas-tugas khusus DPR dalam pemerintahan negara. "Terkesan bahwa mafia anggaran itu nyata adanya dan sangat efektif menentukan penggunaan anggaran. Hal ini disebabkan besarnya peranan DPR sekarang ini dalam soal anggaran," kata Martin Hutabarat, selasa kemarin. Menurutnya DPR selama ini cendrung menyibukan diri dengan tugasnya hanya sebagai pengawasan dan pembuatan Undang-undang, lantas fungsi sebagai penentu anggaran hanya ditangani segelintir orang. Sehingga tidak menutup kemungkinan adanya penyelewengan pihak tertentu. "Fungsi ketiga DPR hanya dijalankan oleh segelintir orang anggota DPR yakni penentuan anggaran. Dengan demikian tertangkapnya Nazaruddin adalah momentum yang tidak boleh terlewatkan dalam usaha bersih-bersih di DPR kalau Kita sungguh-sungguh berniat mau memperbaiki nasib bangsa ini ke depan," tegasnya lagi.
Argumen Martin Hutabarat patut diacungi jempol, mengingat situasi  DPR pasca menghilangnya Nazarudin seperti carut-marut dan tidak meyakinkan. Untuk itu, keterangan yang akan diberikan oleh Nazarudin sebelumnya melalui media perlu diklarifikasi kembali berikut “kunci” persoalannya sudah tertangkap. (Jakarta-Anthoni Primus)