Sejarah Gereja Katolik Keuskupan Ruteng diawali dengan dibaptisnya lima
orang Katolik perdana asal Reo di Reo oleh Pastor Henricus Loojmans SJ
pada tanggal 17 Mei 1912. Mereka yang dibaptis: Katarina, Henricus, Agnes Mina,
Caecilia Weloe, dan Helena Loekoe. Pempabtisan kelima orang ini menandai
berdirinya Gereja Katolik Keuskupan
Ruteng.
Seabad usianya, Gereja Katolik Keuskupan Ruteng telah memiliki jumlah umat
sebanyak 755.208 jiwa yang tersebar di 80 paroki, dan terbagi dalam
2.500 Komunitas Umat Basis (KUB). Umat
di atas dilayani oleh 227 imam dari pelbagia ordo dan tarekat. Perkembangan
tersebut tidak lepas dari peran para misionaris, para imam projo di bawah empat
kepemimpinan Uskup yang pernah menggembalakan umat Katolik Keuskupan Ruteng
yakni Masa Episkopat Mgr. Wilhelmus van Bekkum, SVD (1961-1972), masa Episkopat Mgr, Vitalis
Jebarus, SVD (1973-1981), masa Episkopat Mgr. Eduardus Sangsun, SVD
(1985-2008), dan masa Episkopat Mgr. Hubertus Leteng (2010-sekarang).
Ada beberapa momen penting selama masa Episkopat Mgr. Wilhelmus van Bekkum,
SVD di antaranya adanya perubahan Vikariat Apostolik Ruteng menjadi Keuskupan
tanggal 3 Januari 1961 dengan Uskup Pertama Mgr. Wilhelmus van Bekkum, SVD.
Pada masa kegembalaan Uskup Van Bekkum, SVD mulai diletakkan dasar karya
inkulturasi dan secara intensif merintis kemandirian di bidang ketenagaan.
Uskup van Bekkum, SVD dibebastugaskan dari jabatan Uskup Ruteng pada 31 Januari
1972.
Pada tanggal 31 Januari 1972, Pater Vitalis Jebarus, SVD diangkat menjadi
Administrator Apostolik Keuskupan Ruteng. Pada tanggal 5 Mei 1973, Pater
Vitalis Jebarus, SVD ditahbiskan menjadi Uskup Ruteng. Pada masa kegembalaan
Uskup Vitalis, mulai dirintis dan ditanamkan kemandirian di bidang karya
pastoral untuk segala aspek: ketenagaan, iman, finansial, ide dan visi tentang
Gereja mandiri.
Pada tanggal 4 Januari 1981, Mgr. Vitalis Jebarus, SVD dibebaskan dari
tugas dan jabatannya sebagai Uskup Ruteng untuk kemudian diangkat menjadi Uskup
Denpasar. Sejak kepindahan Uskup Vitalis, Pimpinan Keuskupan Ruteng ditangani
Pater Geradus Mezenberg, SVD sebagai
Vikaris Kapitularis. Tanggal 15 Desember 1983, Pimpinan Keuskupan Ruteng
dialihkan ke Romo Max Nambu, Pr sebagai
Administrator Diosesan.
Tahta Suci Vatikan, pada tanggal 3 Desember 1984 mengangkat Pater Eduardus
Sangsun, SVD menjadi Uskup Ruteng. Pater Eduardus ditahbiskan menjadi Uskup
Ruteng pada tanggal 25 Maret 1985. Pada masa Episkopat Mgr. Edu pogram dan
strategi pastoral Gereja terfokus pada upaya pengakaran Gereja dengan penekanan
Gereja mandiri, missioner dan memasyarakat. Pada masa ini pula, ditanamkan
penyatuan visi dan persepsi tentang kemandirian paroki, restrukturisasi Dewan
Pastoral Paroki, penyempurnaan dan pemantapan perangkat-perangkat pastoral
mulai dari Keuskupan sampai tingkat Paroki, dan beberapa karya pastoral yang
mandiri, missioner, dan terintegrasi secara baik dengan masyarakat.
Pada masa Episkopat Mgr. Edu menggarisbawahi juga perhatian secara khusus
kepada para penerima pesan injil, kepada
pengalaman dan budaya serta persepsi orang Manggarai sendiri melalui
usaha para misionaris SVD antara lain usaha di bidang penelitian dari Pater J.
Verheijen SVD, Pater Piet de Graaf SVD, Mgr. W. van Bekkum SVD dalam bidang
liturgi/inkulturasi, bidang Bahasa Manggarai, dan kebudayaan khususnya tentang
perkawinan. Di masa ini pula perhatian kepada masyarakat kecil mendapat tempat
khusus dan teristimewa di bidang sosial dan kemasyarakat, pertanian,
persawahan, pemasukan bibit-bibit baru pertanian (vanili, cengkeh, dll).
Salah satu karya pastoral nyata yang dijalankan Pater Piet de Graaf
mengembangkan tananam cengkeh di Lengko Ajang sekitarnya. Pater de Graaf SVD
mendatangkan bibit cengkeh pada tahun 1980-an.Berkat bibit cengkeh yang
didatangkan umat setempat beramai-ramai menanan komoditas yang lazim disebut
umat setempat emas hijau. Al hasil-ekonomi umat setempat membaik. Beberapa umat
di antaranya Arnol Bedo berhasil membangun ekonomi dan meningkatkan
kesejahteraan hidup. Ada umat juga yang bisa membela mobil dari hasil jualan
cengkeh.
Masa Episkopat Mgr. Hubertus Leteng (2010-sekarang). Romo Hubertus Leteng
Pr pada tanggal 7 November 2009 diangkat oleh Tahta Suci menjadi Uskup Ruteng.
Romo Hubert ditahbiskan menjadi Uskup Ruteng ke-4 pada tanggal 14 April 2010.
Di bawah Masa Episkopat Mgr. Hubertus Leteng semakin memantapkan karya
pastoral gereja dengan mengusung beberapa misi: memberdayakan kelompok-kelompok
basis gerejani, meningkatkan pastoral sosial ekonomi untuk pemberdayaan ekonomi
umat, meningkatkan peran profestis gereja dalam membangun politik yang
bermoral, serta menegakkan keadilan, perdamaian, dan keutuhan ciptaan,
meningkatkan pastoral pendidikan dan kaum muda; meningkatkan pastoral keluarga
dan perempuan; meningkatkan kerja sama ekumenis dan dialog antaragama, dan
meningkatkan kerja sama dengan pemerintah dalam membangun masyarakat Manggarai.
Ada lima isu dominan yang dihadapi dalam perjalanan pastoral gereja pada
masa Episkopat Mgr. Hubert ini yakni masalah lingkungan hidup, kemiskinan,
keluarga dan perempuan, pendidikan dan orang muda, dan politik.
Gereja Katolik Manggarai semakin optimis menghadapi menyelesaikan isu-isu
dominan dan karya pastoral pasca satu abad usia gereja katolik ini, karena
Gereja setempat memiliki sejumlah kekuatan dan modal potensial unutk terus
maju.
Modal dan kekuatan yang ada di antaranya adanya fakta di mana saat
ini-menjelang usia satu abad. Gereja Katolik Manggarai memiliki
jumlah umat Katolik mencapai 755.208 orang atau 90,99 % dari total penduduk
Manggarai Raya.Umat katolik ini tersebar dalam tiga kevikepan (Ruteng, Borong,
dan Labuan Bajo), di 80 paroki, dan 2.500 komunitas umat basis (KUB).Umat ini
dilayani oleh 228 orang imam dari pelbagai tarekat dan ordo.Rinciannya 155 imam
diosesan (terbanyak kedua di Indonesia setelah Keuskupan Semarang), dan sisanya
dari tarekat klerikal Biara SVD, OFM, SMM, SC, OSM, CRS, SDV.Selain imam, juga
pelaksanaan karya pastoral juga melibatkan 30 orang bruder/frater tarekat, dan
251 suster.
Keuskupan Ruteng di usia satu abad ini juga memiliki dua seminari
menengah, 3 novisiat, dan 3 unit postulan/aspiran. Di bidang pendidikan,
tercatat ada 266 SDK, 21 TK, 33 unit SLTP, 25 Unit SLTA, 2 unit Pergutuan
Tinggi, dan mengelola 13 asrama. Keuskupan Ruteng juga memiliki 4 unit panti
asuhan, 2 unit puslat, 2 unit RS, 7 unit BP/BKIA/Poliklinik, 6 unit rumah
ret-ret.
Data juga memperlihatkan bahwa saat ini di Keuskupan Ruteng memiliki
50 ordo atau tarekat hidup bakti yang bekerja atau mempunyai rumah pendidikan
bagi calon biarawan/biarawati.
Pelbagai fakta pertumbuhan karya
pastoral yang begitu pesat ini mendorong umat Katolik menggelar Yubileum Satu
Abad.
Perayaan satu abad ini dimaknai dalam aneka pelayanan sakramen, pelayanan
pastoral, aksi kemanusiaan, peletakan batu pertama pembangunan kapela
Jengkalang di Wilayah Paroki Reo untuk sebagai wujud syukur atas dibaptisnya 5
umat katolik perdana Keuskaupan Ruteng oleh Uskup Ruteng, Mgr. Hubert Leteng,
pada tanggal 17 Mei 2012. (Yuven Fernandez)