Minggu, 15 Januari 2012

Paus Benediktus XVI: Kebijakan yang Meruntuhkan Keluarga Mengancam Masadepan Kemanusiaan

Ada satu gerakan di Barat yang disebut Gerakan Homoseksual. Mereka dengan kuatnya menyerang Gereja Katolik. Syukurlah karena keteguhan hati Paus Benediktus XVI serangan itu dapat dihadapi. Semua itu menjadi inspirasi bagi kita semua.  Kebenaran tentang perkawinan bukanlah suatu konstruksi “Iman” yang sederhana. Hukum kodrat sepanjang sejarah peradaban manusia menunjukkan dengan tegas  bahwa perkawinan antara pria dan wanita terbuka pada kelahiran anak dan keintiman dalam hidup.
Setiap tahun sesudah Natal Paus menyampaikan refleksi-refleksinya yang sangat penting bagi umat manusia. Pada Januari 2012 ini, Paus Benediktus XVI menyampaikan refleksinya, suatu ajaran kepada dunia mengenai  berbagai topik dalam sebuah analisis yang cerdas. Salah satu topik mengenai komentarnya tentang Perkawinan dan Keluarga. Ini disampaikan dalam konteks diskusi penting tentang pendidikan kaum muda. Komentar-komentar tersebut bukanlah hal yang baru. Bagaimana pun Paus mengalami perlawanan selama masa kepemimpinannya.
“Pendidikan merupakan suatu yang sangat krusial bagi setiap generasi, karena pendidikan menentukan perkembangan kesehatan setiap pribadi dan masa depan masyarakat. Ini merupakan tugas pokok dan utama dalam berbagai kesulitan dan tuntutan waktu saat ini. Ini untuk menjelaskan tujuan, bahwa memimpin kaum muda untuk memiliki pengetahuan yang lengkap tentang kenyataan dan kebenaran, pendidikan butuh persiapan. Di antaranya, penghargaan terhadap keluarga yang didasarkan pada perkawinan antara pria dan wanita. Ini bukanlah kebiasaan social yang sederhana, tetapi merupakan suatu yang sangat fundamental dalam setiap masyarakat”.
“Konsekuensi kebijakan yang menentang keluarga mengancam martabat manusia dan masa depan kemanusiaan itu sendiri. Keluarga merupakan kesatuan fundamental bagi proses pendidikan dan bagi perkembangan individu dan negara; sebab itu dibutuhkan suatu kebijakan yang mempromosikan keluarga dan perpaduan dialog sosial. Ini bukti bahwa kita menjadi terbuka kepada dunia dan kehidupan, seperti yang saya tekankan selama kunjungan ke Kroasia, “Keterbukaan terhadap kehidupan merupakan suatu tanda keterbukaan terhadap masa depan” ungkap Paus.
Dalam nasehatnya pada perayaan Ekaristi di kapela Sakramen Mahakudus, Paus Benediktus merangkum tugas pokok umat beriman Katolik ketika berhadapan dengan serangan terhadap autentisitas perkawinan: “Perkawinan dan keluarga adalah institusi yang harus dipromosikan dan dibela dari segala kemungkinan yang menolak kehadiran kebenaran kodratnya, dari apapun yang membahayakannya yang juga adalah bahaya bagi masyarakat itu sendiri”.  
Kongregasi untuk ajaran iman Gereja Katolik pada tahun 2003 menulis, “Ajaran Gereja tentang perkawinan dan tentang saling melengkapi dalam seksualitas mengulangi kebenaran pernyataan yang menjelaskan hak asasi yang diakui oleh seluruh kebudayaan di dunia. Perkawinan bukan sekedar relasi kehadiran manusia. Ini merupakan sesuatu yang tidak dapat dipungkiri dari Pencipta dalam kodratnya, sifat dan tujuan yang esensial”.  
“Tidak ada ideologi yang dapat menghapus ketentuan semangat manusia akan kehadiran perkawinan sebagai semata-mata hanya terjadi antara seorang pria dan seorang wanita, yang melalui saling memberikan diri, pantas dan eksklusif bagi diri mereka sendiri, memelihara hubungan personal mereka ke depannya. Dengan cara ini, mereka bersama-sama saling menyempurnakan, melalui kerja sama dengan Allah dalam prokreasi dan pendidikan hidup manusia baru”.
Para Pemimpin Gerakan Homoseksual tidak hanya menuntut bahwa kaum homoseksual berhubungan seks secara praktis adalah secara moral sama dengan ungkapan seksual dari cinta perkawinan antara seorang pria dengan seorang wanita-mereka juga menuntut setiap negara untuk mengesahkan  hubungan homoseksual ke jenjang  perkawinan.
Perkawinan merupakan dasar bagi keluarga yang memiliki hak istimewa sebagai tempat pembentukan nilai-nilai dan karakter dalam diri anak-anak, warga masa depan kita. Keluarga merupakan masyarakat pertama, rumah tangga pertama, sekolah utama, peradaban pertama, dan perantara institusi utama pemerintahan.
Gereja dengan keras menghukum tindakan kriminal yang melawan kodrat setiap pribadi, termasuk mengidentifikasi diri sendiri sebagai homoseks. Bagaimanapun juga untuk membatasi perkawinan bagi pasangan homoseksuasl bukanlah suatu diskriminasi, sebagaimana hal tersebut tidak pernah ada. Pasangan homoseksual tidak dapat menunjukan dalam kehadirannya tujuan yang mendalam dari  definisi perkawinannya, yakni terbuka kepada keturunan dan pendidikan anak. (Primus/Laporan Deacon Keith Fournier- Catholic Online)

Selasa, 06 Desember 2011

Clinton Ends Burma Trip With Pledge of Support

U.S. Secretary of State Hillary Clinton has completed a three-day visit to Burma after discussions with democracy leader Aung San Suu Kyi and a vow that the United States is prepared to support further democratic reform.

"We are prepared to go further if the reforms maintain momentum, but history teaches us to be cautious," said Clinton. "We know that there have been serious setbacks and grave disappointments over the last decades."

The two women held hands as they spoke to reporters Friday from the veranda of Aung San Suu Kyi's home in Rangoon, where the democracy leader was held under house arrest for most of the past two decades. Clinton said the U.S. will contribute about $1.2 million in aid to Burma for landmine victims, microfinance operations, and health care initiatives.
Burmese Democracy Leader Aung San Suu Kyi's compound in Rangoon, December 2, 2011 (VOA Photo - D. Schearf)
 But she said tough sanctions on Burma will not be lifted until Burma makes concrete steps toward democracy.

"We will match action for action. And if there is enough progress, obviously we will be considering lifting sanction," she said.

Clinton praised Aung San Suu Kyi's "steadfast and clear" leadership, saying that the U.S. wants to see Burma take its rightful place in the world. She called the democracy leader an inspiration.

Aung San Suu Kyi said she was happy with the way in which the U.S. is engaging with Burma and thought it would make the process of democratization easier.

During a Thursday visit to Burma's capital, Naypyidaw, Clinton said any step Burma takes toward political reform will be carefully considered.

She urged the government to speed up reconciliation efforts by releasing more political prisoners and stopping violent campaigns against ethnic minorities. Clinton also urged Burma to end any "illicit" military ties to North Korea and respect international consensus against the spread of nuclear weapons.

She spoke to reporters after a historic meeting with Burmese President Thein Sein who has overseen tentative steps to reform since he took over in March. The former military officer hailed what he called a new chapter in U.S.-Burmese relations.

The new Burmese government has released about 200 political prisoners, eased some press restrictions and opened a dialogue with some of its critics, including Aung San Suu Kyi.

The Nobel peace prize laureate was freed from house arrest last year after spending much of the previous 20 years in detention. Her party won a national election in 1990 by a landslide, but was stopped from taking power. She confirmed Wednesday that she will run for parliament in upcoming elections.

The U.S. and other Western nations imposed sanctions on the former Burmese military government because of its harsh human rights abuses, including military operations against ethnic groups and the jailing of up to 2,000 political prisoners. Clinton repeated the call for the release of those political prisoners.

She is the first U.S. secretary of state to visit Burma in 50 years. (VOA.news)

Sarkozy, Merkel Agree on Steps to Save Euro Currency Union

The French and German leaders want to amend key European treaties to provide greater fiscal oversight and governance over the ailing, 17-member euro currency union. Following talks in Paris Monday, they outlined a series of measures to resolve the eurozone crisis that they plan to present at a European Union summit this week.

Europe's two biggest economies appear to have resolved major differences on how to save the euro currency union.

Speaking at a joint news conference with his German counterpart, Angela Merkel, French President Nicolas Sarkozy outlined a series of steps the two leaders have agreed on. Key among them are mandatory limits on budget deficits that eurozone members must adhere to, or risk possible sanctions. Both want eurozone nations to meet monthly to deal with the crisis. And they want the new rules to be part of a renegotated European Union treaty to be completed by March.

Sarkozy said Europe's sovereign debt and banking crisis makes it all the more critical for France and Germany to offer a united front. To disagree, he said, is to risk having Europe and the euro currency explode.

Angela Merkel said Europe faces a very difficult situation. It is critical to reestablish confidence on the part of investors and the international community.

The two leaders will seek endorsement from European Union leaders at a summit later this week. Mr. Sarkozy said they hope all 27 EU leaders will agree to their proposals, but if not, they will push for agreement from the 17 eurozone members.

Markets already are rising in expectation that European leaders will make key decisions this week. But Thomas Klau, head of the Paris office for the European Council on Foreign Relations, doubts the EU summit will resolve the euro crisis once and for all.

"Will the summit in Brussels…be the one to end this prolonged crisis? I'm skeptical," said Klau.

Monday's meeting in Paris is one of a series of high-level talks on the crisis this week. Underscoring growing fears of the crisis spreading overseas, U.S. Treasury Secretary Timothy Geithner is in Europe this week meeting with top officials, including Sarkozy and Italy's new Prime Minister Mario Monti.

Obama fights for Jewish support amid GOP attacks

President Barack Obama and his Republican opponents are clashing over U.S. policy toward Israel as each side jockeys for support from Jewish voters, who could be critical in the 2012 election.
Aiming to cast Obama as unfairly harsh toward Israel and soft on the Palestinians, Republican presidential hopefuls Mitt Romney and Newt Gingrich have called on the president to fire his ambassador to Belgium. The envoy, Howard Gutman, had said that some anti-Semitism stemmed from tensions between Israel and the Palestinians; Romney and Gingrich say his remarks unfairly blamed Israel.
The White House says Obama has a strong record on support for Israel, and quickly fired back with a statement condemning "anti-Semitism in all its forms." The State Department said Gutman would remain in his job.
Republicans also challenged Obama's assertion at a fundraiser last week that "this administration has done more in terms of the security of the state of Israel than any previous administration." Romney said Obama has "repeatedly thrown Israel under the bus" — an accusation the Republican National Committee repeated Monday.
Firing back, Democratic National Committee Chairwoman Debbie Wasserman Schultz called Romney's comments "outrageous" and questioned his own policies. The White House cited military aid to Israel and support at the United Nations, and pointed to statements from Israeli officials backing up Obama's assertion.
The fiery debate will probably continue Wednesday when the GOP presidential candidates attend a Washington forum hosted by the Republican Jewish Coalition.
Obama campaign officials say they will be ready to respond. And the next day, Jewish leaders will be at the White House for briefings on Israel and a Hanukkah party, followed by an Obama speech next week to an expected audience of nearly 6,000 at a conference of the Union for Reform Judaism.
Such attention is all being paid in recognition that Jewish voters, though comprising only 2 percent of the electorate nationwide, are an important part of Obama's base and could make the difference in battleground states including Florida, Pennsylvania, Ohio and Nevada in a close election. Moreover, the Jewish community is an important source of donations, and Obama campaign supporters want to maintain that support as much as Republicans want to chip away at it.
"This campaign takes the Jewish vote very, very seriously," said Ira Forman, the Obama campaign Jewish outreach director. "I'm confident this will be the most comprehensive effort in presidential campaign history."
The White House outreach has increased since May when Obama caused a furor by calling for Israel's 1967 borders, with agreed-upon land swaps, as a basis for resuming negotiations toward a two-state solution with the Palestinians. Israeli Prime Minister Benjamin Netanyahu rejected the '67 borders as indefensible and largely disregarded Obama's emphasis on land swaps to account for current conditions.
Republicans seized on the dispute. And while Obama supporters say his argument was widely mischaracterized, damage was done. Now the Obama campaign and its backers say they are determined to respond rapidly to such criticism in future.
"We are trying to responsibly respond to all of these unsubstantiated or false allegations, but there are so many of them, and they are so frequently recited despite the fact that the people who are spreading them have to know that they're false, that it's hard to keep up with them," said Alan Solow, an Obama fundraiser and longtime associate.
The effort involves using surrogates including Vice President Joe Biden, and use of the president's own time in public appearances and private talks with donors and religious leaders, such as a conference call between Obama and rabbis ahead of the Jewish New Year this fall.
The Obama campaign also is going on the offense against Republicans. In conversations about the Jewish vote, Obama backers are quick to bring up comments by Romney, Gingrich and Rick Perry at a debate last month suggesting they would start foreign aid for all countries at zero. Obama supporters say would imperil funding for Israel, even though the candidates also sought to affirm their support for the Jewish state.
Democratic candidates typically enjoy a big electoral advantage among Jewish voters. Obama won 78 percent of the Jewish vote in 2008, compared with 21 percent for Republican John McCain.
But Gallup has found that Obama's approval rating among Jews has fallen from 83 percent in January 2009 to 54 percent in late summer and early fall of this year. Still, that figure is much higher than his overall 41 percent approval rating, and the drop-off in support was about in line with other voter groups.
Sid Dinerstein, chairman of the Palm Beach County Republican Party in Florida, predicted that Obama would be limited to around 60 percent of the Jewish vote in 2012. Obama backers say that won't happen, but it could mean a potentially decisive difference of tens of thousands of votes in key states.
A candidate's position on Israel may not be the top issue for most Jewish voters, who like others are more motivated by jobs and the economy. But it's important to many, and Republicans see an opening, given the consternation over Obama's 1967 borders speech, his administration's rebukes of Israel for building settlements in disputed areas, and a recent incident in which Obama was overheard appearing to endorse criticism of Netanyahu from French President Nicolas Sarkozy.
"The reality is that the Jewish community understands that on a number of critical issues this administration has undermined not only the U.S.-Israel relationship, but has made Israel more vulnerable," said Matt Brooks, executive director of the Republican Jewish Coalition.
Brooks points to the recent upset in New York's special election to replace Democratic Rep. Anthony Weiner, in which Republican Bob Turner won in the heavily Jewish district. Brooks says this was a warning sign to Obama on his stance on Israel. Obama supporters say other factors were at play, including the heavily Orthodox and more conservative makeup of the district.
But even strong supporters are disappointed that Obama has not yet traveled to Israel in his capacity as president, after delivering a major speech in Cairo early in his administration. An Israel trip had been rumored to be in the works but seems unlikely to happen prior to the 2012 election.
Democratic Rep. Steve Rothman of New Jersey said he remains hopeful a trip will happen in the next year.
"No president has been perfect on every subject, though history will record that Obama has been the best president for Israel when it comes to military and intelligence support," said Rothman. (Erica Werner)

Akal Budi Tak Bisa Mengusai Iman

Dialog Terbuka  Mengenang  HUT 40 STFT Widya Sasana Malang

Orang yang beriman berusaha memahami iman kepercayaannya sehingga tidak mudah goyah. Kalau seseorang tidak memahami imannya, gampang sekali orang itu pindah agama karena dia tidak mendalaminya.
Hal tersebut dikatakan Romo Prof DR H Pidyarto, O.Carm dalam “Dialog Terbuka Memperingati HUT ke- 40 STFT Widya Sasana Malang” di Convention Hall Lantai VI, Gedung Srijaya Jl  Mayjen Soengkono Surabaya, Minggu (4/12) pagi.
Tampil sebagai pembicara saat itu selain Romo Pidyarto, juga Rektor STFT Widya Sasana Malang, Romo Prof DR Armada Riyanto CM. Tampil sebagai moderator adalah Rektor Universitas Katolik Dharma Cendika, Dra M Yovita R Pandin, MM.
Romo Pidy –begitu sapaannya—menambahkan, perlu diingat dalam beriman tentu tidak lepas dari akal budi manusia. Dikatakan, teologi bisa berkembang, akal budi bisa saja berkembang tetapi akal budi tidak bisa menguasai iman. Ada beberapa dasar teologi menurut Romo Pidy antara lain, kitab suci. Disebutkan, dari kitab suci kita mengenal mengetahui apa yang dikatakan Allah pada manusia. Dalam bahasa manusia kitab suci sebagai surat cinta. Dasar lain menurut dia, ajaran magisterium dan teologi harus konkrit tidak melayang-layang.
Sementara Romo Armada mengatakan, beriman tanpa akal budi bagai malam tanpa bintang. Romo Armada menyebutkan, 20 tahun lalu, Paus Yohanes Paulus II mengeluarkan ensiklik Videt Ex Ratio, kesimpulannya,  iman dan akal budi bagai dua sayap. Sayap gunanya untuk terbang, maksudnya manusia bisa mengatasi keterbatasannya untuk menciptakan relasi yang mendalam dengan Tuhan.
Romo Armada memperjelas iman dan ratio. Iman menurut Romo Armada adalah relasi manusia dengan Tuhan. Sedang ratio adalah yang berhubungan dengan aktifitas akal budi.
Pada saat yang sama, moderator Yuvita Pandin menanyakan apa perbedaan antara nihilisme dan relatifisme? Menurut Romo Armada, nihilisme adalah paham yang menganggap tidak ada buah kebenaran. Sedang keberanan itu berasal dari dogma agama. Sedangkan relatifisme adalah tidak ada kebenaran absolute. Sementara Menurut Romo Pidy, nihilisme butuh dari relatifisme. Sementara gereja menolak nihilisme, karena nihilisme percaya tidak ada kebenaran. Pertanyaan sekarang, mengapa gereja menolak? Karena gereja punya akal budi yang membuat kita haus kebenaran.
Berbicara kebenaran menurut kedua romo ini tidak akan habis-habisnya. Secara akal budi, manusia jelas masih mempertanyakan hal itu. Menurut mereka, orang pasti menganggap seseorang belajar teologi atau ilmu keTuhanan pasti banyak tahu tetntang Tuhan dan itu keliru. Romo Pidy memberi contoh tentang Allah Tritunggal, apakah manusia sudah memahami lebih dalam tentang itu. Secara akal budi kan tidak masuk akal dan itulah rahasianya Allah, kebesaran Allah. “Untuk itulah saya katakan, akal budi itu ada keterbatasan. Ada saatnya akal budi itu akan tunduk. Akal budi itu tidak bisa menguasai iman,” kata Romo Pidy.
Sementara itu, Ketua Panitia, Romo Rafael Isharianto CM, Lic.Th dalam sambutan dalam buku 40 tahun STFT sebagai ketua panitia mengatakan, krisis kebenaran merupakan pudarnya kemampuan manusia untuk mencari kebenaran bersama-sama. Dalam iklim seperti itu kata Ropmo Rafael, tidak mungkin membangun dialog yang sehat. Penolakan untuk berdialog bisa disebabkan keyakinan bahwa tidak ada (nihil) jalan untuk memperoleh kebenaran. Alasan mereka yang menganut nihilisme adalah akal budi atau ratio maupun iman tidak menjamin manusia menemukan kebenaran dan kebaikan. Buktinya, pemutlakan ratio (dengan menonjolkan penelitian rasional dan temuan-temuan teknologi sebagai salah satu produknya) telah membawa petaka kepada hidup manusia. Lagi menurut Romo Rafael, penekanan berlebihan pada kuasa iman (dengan menolak ratio manusia karena ratio dianggap anti Tuhan) membuat manusia kehilangan daya kritisnya ketika mencari kebenarandi balik teks-teks suci agama. Penganut nihilisme juga meragukan kemampuan agama-agama untuk menciptakan damai di bumi.

Kewalahan
Dialog terbuka atau dalam bahasa keren, talkshow dengan topik “Perlukan Iman itu Rasional?” berlangsung menarik. Menariknya topik ini mempertemukan dua sudut pandangan antara theologi dan filsafat.
Moderator Yovita Pandin sampai kewalahan memberi kesempatan kepada para hadirin yang antusias mengajukkan pertanyaan. Alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Merdeka Malang ini terpaksa membagi dua termin, tiap termin 5 penanya.
Salah seorang umat cukup kritis mempertanyakan, bagaimana dengan sikap orang katolik yang tidak percaya pada ekaristi (tubuh dan darah Kristus). Romo Armada mengatakan, itu termasuk elektisme yang berarti menjadi orang katolik jangan pilih-pilih. Sebagai orang katolik tentu percaya ajaran, nilai paling luhur adalah ekaristi. Dalam ekaristi ada momen pertukaran yang indah dan suci dimana roti dan anggur menjadi tubuh dan darah Kristus. Dialog yang dimulai puluk 10.00 WIB berakhir pukul 14.00 WIB. (Herman Yos Kiwanuka)





Senin, 05 Desember 2011

Kapal Motor Ratu Rosari, di mana Sekarang?

  
Secara tidak sengaja ketika berada di pelabuhan Bitung Manado, saya bertemu kembali dengan Kapal Motor Ratu Rosari, bekas kapal milik Keuskupan se Nusa Tenggara yang pengoperasiannya lebih banyak diserahkan kepada SVD Provinsi Ende. Mereka yang mengikuti perkembangannya di era 1960 an hingga awal 2000-an tentu masih ingat betul dengan kapal yang sangat berjasa bagi pembangunan di NTT dan Flores khususnya. Di Bitung Manado, awal November lalu Ratu Rosari berlabuh, warna lambungnya sudah berubah tidak lagi biru keabu-abuan, tetapi menjadi warna biru tua, semua kondisi intereornya hampir tidak banyak berubah. Mengesankan sekaligus mengharukan.

Casula yang masih tersimpan di kapal
Antik: Altar yang masih tertata penuh nuansa mistik
Perjalanan santai dari Manado menuju Bitung ditempuh dalam waktu kurang lebih 1,5 jam, mobil kami meluncur mulus di atas jalan dengan jalur lurus menuju kota Bitung. Kami menuju ke kota Bitung sebuah kota pelabuhan alam yang cukup indah dan bersih. Pelabuhan ini termasuk pintu gerbang wilayah Indonesia Timur ke wilayah Sulawesi Utara, Gorontalo dan Sulawesi Tengah. Terdapat banyak kapal-kapal barang yang berlabuh disini, juga kapal-kapal penumpung dari berbagai pulau. Tetapi mata saya segera tertuju kepada sebuah kapal dengan lambungnya yang berwarna biru, sedang bersandar persis di bibir pelabuhan. Saya mendekat dan hampir tidak yakin kalau yang saya lihat itu adalah Kapal Motor Ratu Rosari. Memori saya segera mundur ke masa silam, di tahun 1970 an. Ah.... Ratu Rosari, kau sangat berjasa untuk masyarakat NTT dan Flores khususnya. Sudah banyak putra putri NTT yang sukses karena jasamu. Dengan semangat ingin tahu dan perasaan emosional, saya berusaha masuk ke kapal tersebut. Saya bertemu dengan dua awak kapal yang kebetulan sedang bertugas. Mereka antusias menjelaskan kepada mengenai asal usul kapal bersejarah ini.

Pemiliknya Pengusaha Halmahera
    Ketika Perdiosa Ende menjual kapal ini ke pihak swasta, awak kapal tersebut tidak banyak yang tahu secara pasti ceritanya. Yang jelas menurut mereka kini kapal tersebut milik seorang pengusaha etnis Cina ada asal Halmahera. Sekilas mereka hanya tahu bahwa sebelumnya pemilik kapal ini membeli dari seorang pengusaha asal Timor yang pada awalnya membeli kapal tersebut dari Perdiosa Ende. Kini Ratu Rosari melayani rute reguler Halmahera-Bitung, mengangkut bahan-bahan kebutuhan pokok seperti bahan bangunan, hasil bumi, dan juga air minum mineral. Hari itu saya lihat kapal memang penuh dengan ratus galon air mineral yang akan dibawa ke Halmahera.

Masih Utuh
    Yang mengesankan bagi saya adalah keseluruhan intereor kapal tersebut yang masih utuh. Saya tahu karena dulu memang beberapa kali menumpang kapal ini menuju Surabaya atau sebaliknya dari Surabaya menuju Ende. Ruang Kapel dalam kapal masih ada, walaupun sesekali digunakan untuk tempat istrahat para awak kapal, di altar kecil kapel masih terpampang tegak salib, tempat lilin, dan beberapa atribut lainnya. Di dalam laci dan rak altar tersebut masih disimpan rapi kasula, stola, hostia besar dan kecil semuanya merupakan kelengkapan untuk kebutuhan untuk pelayanan misa. Saya memang agak heran, mengapa barang-barang sakral tersebut justru masih disimpan dalam kapal yang kepemilikannya sudah berpindah tangan beberapa kali?  Dalam ruang kapel saya masih melihat sejumlah foto bruder Marianus (alm) ketika berjabatan tangan dengan Uskup Antonius Thijsen, SVD, juga foto bruder Marianus dengan pimpinan Soverdi di Surabaya. Masih ada radio kuno milik kapal ini, radio itu dulunya biasa digunakan oleh para awak kapal.

Beberapa Keajaiban
    Cerita tentang Kapal Ratu setelah berpindah tangan dari Perdiosa Ende ke pihak swasta, ternyata diikuti beberapa kejadian yang bisa dipercaya, bisa tidak. Menurut Gabriel salah seorang awak kapal yang saya temui waktu itu, pada satu kesempatan Kapal Ratu berganti nahkoda, dengan seorang yang beragama muslim asal Medan, namanya Buyung. Menurutnya, ketika pak Buyung mengawali tugasnya, semua gambar kudus termasuk salib di dalam kapel diminta untuk disingkirkan, dan diikuti oleh para awak kapal. Malam harinya nahkoda tadi bermimpi ia didatangi seseorang berjubah putih dan menyampaikan pesan. “Kapal ini tidak akan pernah tenggelam di laut lepas selama simbol simbol Kristiani di kapal ini tetap dipertahankan.” Lantaran ketakutan besoknya nahkoda tadi memerintahkan kepada para awak kapal untuk memasang kembali salib, simbol kepausan di ujung haluan kapal, dan gambar gambar kudus lainnya. Sejak itu, hingga sekarang logo kepausan di ujung haluan kapal masih terpampang gagah dan sakral. Kejadian lain, menurut cerita para awak kapal, enam bulan lalu Kapal Ratu pernah hampir tenggelam ketika berada 13 mil laut dari daratan. Menurut mereka seharusnya kapal sudah tenggelam karena air sudah masuk ke hampir seluruh badan kapal. Kapal berjalan dalam air. Tapi aneh bin ajaib, kapal bisa sampai ke darat dengan selamat. Demikian juga setiap malam jika berlayar malam, sesekali mereka melihat sekelebat seseorang berjubah putih mengelilingi kapal , seolah menjaga kapal itu dalam perjalanan di laut lepas. Awak kapal Gabriel dan Yonas yang bercerita tentang ini, tampak merinding ketika mengenang kembali kejadian-kejadian tersebut.

Museum Misi
    Pernah ada gagasan, misalnya kalau ada pengusaha katolik yang memiliki modal dan bisa menggalang para pengusaha asal NTT untuk membeli kembali kapal ini, memperbaikinya untuk digunakan melayani rute antar pulau di NTT. Jika ini bisa dilakukan, para pengusaha NTT akan memiliki kontribusi paling mulia untuk mengembalikan Kapal Ratu kepangkuan NTT dengan mengulangi rute masa lalunya, yang penuh dengan cerita sejarah dan nostalgia. Kemudian jika pada saatnya kapal ini sudah tidak mampu lagi berlayar, alangkah mulianya jika dia akan dikenang sebagai kapal yang paling berjasa untuk NTT, disimpan di museum milik misi Ende, entah dimana, tentu akan dipikirkan kemudian. Siapa yang bisa memulai? Kiranya tulisan ini bisa menggugah masyarakat NTT untuk mengenang kembali masa jayanya Ratu Rosari, yang ikut mengantarkan NTT menjadi lebih maju dalam segala bidang, termasuk di bidang pendidikan. Semoga Ratu Rosari kembali...... (bonaventura ngw dari Bitung Menado, awal November 2011)

Gracia Indri, Doa dan Kerja Keras Untuk Keluarga

    Gracia Indri, demikian artis kelahiran Jakarta, 14 Januari 1990 ini sering muncul di layar kaca dengan berbagai adegan yang menegangkan, konon sering tampil berperan antagonis. Itu adalah bagian dari kerja keras yang harus ditekuni artis cantik ini. Kehilangan seorang ayah, Edo Sulistiarto, tidak membuat artis muda dan energik ini lantas down dan putus asa. Dara muda yang akrab disapa Gracia ini memiliki inisiatif yang begitu besar untuk terus berjuang menghidupi keluarganya. Bahkan hingga saat ini jadwal syutingnya pun semakin padat dan cukup menyita waktunya. “Tapi aku senang menjalani aktivitas ini, sejak Papa nggak ada aku lebih rajin dan semangat bekerja, karena aku menjadi kepala keluarga, ngumpulin uangnya bukan untuk aku sendiri tapi untuk keluarga. Kalau ingat itu jadi nggak capek,” ungkapnya suatu ketika. Keluarga seakan-akan menjadi motivator perjuangan hidup seorang Gracia Indri. “Bangga karena aku tegar dan tenang karena aku dapat bertanggung jawab pada keluarga. Support mama juga menjadikan aku menjadi kuat,” tegas wanita bernama lengkap Gracia Indria Sari Sulistyaningrum.
Putri pertama dari kedua bersaudara ini mengakui begitu besar peran sang ayah yang semasa hidup menemaninya dalam meniti karir hidupnya. Sejumlah kenangan tentang sang ayah pun terus menghiasi perjalanan hidup Gracia Indri, bahkan terkadang membuat ia merasa sangat kehilangan karena situasinya sudah berubah ketika berada bersama ayah dan ketika ayahnya telah pergi. “Yang pasti ada saat kehilangan Papa, itu ada bedanya, dulu papa sering mengantarku syuting sekarang tidak pernah lagi,” kenangnya. Ayahnya selalu memberikan pesan agar Gracia tidak pernah berhenti untuk bekerja keras menggapai cita-citanya. “Dia minta aku tetap bekerja, dari situ aku tahu kalau papa berpesan agar aku tegar,” aku Gracia yang pernah membintangi sinetron BIDADARI, JANJIMU SEPERTI FAJAR, KAKAK IPARKU 17 TAHUN, PENJAGA HATI, UNTUNG ADA JINNI, JALAN JAKSA, kemudian memerankan beberapa film di FTV, CEWEK GUE NORAK SEKALEE?, NAKSIR GUE? NGACA DULU DONK... dan CINTA 117 KG.
    Perayaan natal tahun ini, bagi Gracia tidak seperti biasanya lantaran sosok sang ayah tidak turut hadir bersama mereka, ayah yang biasanya aktif merangkai suasana Natal dan tahun baru bagi mereka.

Rosario Kekuatan
    Selain dimotivasi oleh keluarga, artis yang populer dalam beberapa sinetron televisi ini juga memiliki kebiasaan yang sangat religius. Siapa yang menyangka, di tengah dunia yang semakin glamour dewasa ini, artis dan presenter, Gracia Indri tidak pernah lupa akan kesempatan untuk mengembangkan kehidupan rohaninya. Dikisahkan si cantik Gracia ini sering membawa sertanya Rosario setiap kali ke mana pun ia pergi. Ternyata kakak dari Gisela Cindy ini memiliki devosi yang sangat kuat terhadap Bunda Maria. Religiusitas artis muda ini pun menjadi berkat baginya dalam menghadapi berbagai cobaan dan kepahitan hidup. Juga dalam proses mengembangkan diri di dunia vokal yang terkadang membuat ia pesimis akan karir bernyanyinya, ia merasakan sentuhan Bunda maria terus menguatkannya, “Sempat merasa jadul, tapi Bunda Maria selalu memberikan dorongan dan dukungan. Kalau belum pernah dicoba, jangan pernah takut,” katanya penuh keyakinan. Baginya Doa rosario memiliki kekuatan tersendiri yang membentuk spiritualitas hidupnya dari hari ke hari. Maka tak heran jika popularitas artis Gracia Indri pun terus berkembang. Hingga saat ini sang artis sudah mulai melebarkan sayapnya menghasilkan album solonya. Harapannya di tahun 2012 ia pun dapat mengeluarkan album barunya meskipun di sana sini masih terdapat banyak kendala sebab ia belum terlalu familiar dengan karir menyanyi. “Nggak segampang itu jadi penyanyi. Meski lama bermain sinetron, tapi nggak mudah juga bernyanyi. Ibaratnya kan masuk ke dunia yang baru, meski sama-sama di dunia entertainment juga,” akunya. Menyambut Natal tahun ini, Gracia indri sudah mempersiapkan diri untuk mulai dengan aktifitas nyanyinya.

Ibu Sang Inspirator
    Ibu merupakan inspirator yang sangat berarti bagi Gracia Indri. Setiap kali menjelang hari ibu, ia selalu memberikan kado istimewa buat sang ibu yang setia menemani ia dan adiknya. Meskipun ungkapan terima kasihnya kepada sang ibu tidak seberapa, namun ia selalu ingin mempersembahkan yang terbaik buat ibu tersayangnya. Artis yang pernah dekat dengan Samuel Zylgwyn ini berharap kelak jika ia menikah, ia berharap agar pasangan hidupnya pertama-tama juga harus mampu menerima dan menghormati ibunya. “Yang sayang sama ibuku. Dia kan belum pernah punya anak laki-laki dan sudah kehilangan suami. Jadi harus sayang sama semua. Mau pemain sinetron, penyanyi, pengusaha juga boleh mendaftar. Siapa aja boleh kok,” cetusnya ketika dimintai keterangan mengenai kriteria cowok idamannya. Sepertinya peran sang ibu tidak kalah dari peran almarhum ayahnya. Baginya ibu adalah segala-galanya dalam hidupnya, “Bagiku ibu adalah segalanya” serunya bangga.         Harapan artis yang saat ini juga mulai menekuni dunia bisnis ke depannya ia ingin dapat membahagiakan keluarga, terutama sang ibunda yang juga terlihat begitu tegar mendampingi kedua putrinya tersebut.
    Tidak semua yang kita impikan di dunia ini harus segera terpenuhi, namun ada banyak impian yang masih harus diwujudkan dalam upaya kerja keras dengan ketekunan serta doa yang tulus. Demikianlah semboyan yang mewarnai kehidupan artis cantik nan energik, Gracia Indri, tersebut dalam keseharian hidupnya. Di sekitar keluarga kita, banyak hal yang dapat menginspirasi kehidupan kita, terutama anggota keluarga kita sendiri. Untuk itu, janganlah pernah melewatkan sedetik pun kebersamaan dalam keluarga sebelum akhirnya kita harus menyesal setelah kehilangan orang-orang yang menyayangi kita. Kehidupan artis Gracia indri dapat memberikan inspirasi bagi kaum muda dewasa ini untuk mempersiapkan diri menyongsong masa depan. (Anthoni/diolah dari berbagai sumber)


Workshop Fasilitator LIngkungan Paroki St. Arnoldus Janssen Bekasi

Panitia Natal Paroki St. Arnoldus Janssen Bekasi, mengadakan workshop bagi fasilitator/pemandu ibadah lingkungan di Aula Greja St. Arnoldus Janssen pada Hari Sabtu-Minggu  19-20/2011. Workshop ini dihadiri oleh 80 orang peserta. Panitia menghadirkan pembicara yaitu Ibu Faria dari Paroki Bartolomeus Galaxi, Bapak Boby dari Paroki Thomas Rasul Lubang Buaya, dan Bapak Irhandi dari Komisi Kerasulan Kitab Suci. Adapun materi yang diberikan oleh Ibu Faria yaitu Metode TAT , kemudian Bapak Boby memberikan materi Peran Fasilitator Kelompok Kitab Suci, dan Bapak Irhandi memberikan Metode Tujuh Langkah.
                Kegiatan ini bertujuan untuk membekali para pemandu ibadah agar dalam memandu ibadah menjadi lebih baik dan umat ikut aktif dalam sharing iman. Menurut Bapak Erwin sebagai panitia, kegiatan ini dilatarbelakangi  karena selama ini banyak keluhan dari para Fasilitator bahwa umat di lingkungan tidak begitu antusias dalam mengikuti pendalaman iman. Mereka cenderung diam, dan kalau disuruh terkadang tidak mau dan tidak mau datang pada pertemuan berikutnya. Panitia natal mengharapkan agar dalam memandu ibadah selama masa adven pesan dari Tuhan melalui bacaan injil lebih mengena pada pribadi-pribadi umat di Paroki St. Arnolus Janssen.
                Dalam workshop ini, Ibu Faria dengan Metode TAT  (Teks Amanant Tanggapan). Menurut ibu dari Paroki Bartolomeus ini bahwa metode TAT disusun oleh Institut Misiologi dari Afrika Selatan. Metode ini sudah digunakan oleh kelompok-kelompok pendalaman Kitab Suci di berbagai Negara. Secara sederhana, jalannya metode ini dapat diperkenalkan sebagai berikut.


Setelah doa pembukaan, teks Kitab Suci dibacakan, setelah itu dipilih satu kata yang dirasakan oleh peserta sebagai tantangan hidupnya, kemudian kata itu direnungkan sedalam mungkin untuk menemukan di dalamnya pesan Tuhan pada saat berlangsungnya pertemuan. Pesan atau amanat Tuhan itu ditanggapi dalam doa agar selanjutnya berperan dalam hidup sehari-hari.
                Setelah dijelaskan maka peserta workshop dibagi menjadi 8 kelompok untuk terjun langsung mempraktekan metode TAT ini. Dari masing-masing kelompok ditunjuk satu orang Fasilitator untuk memandu jalannya pendalaman Kitab Suci. Pertemuan ibadah dibuka oleh Fasilitator. Ia mengajak peserta untuk mengundang kehadiran Yesus dalam doa. Kemudian Fasilitator mempersilahkan salah seorang peserta untuk membacakan teks Kitab Suci untuk pertama kalinya. Kemudian pada tahap berikutnya yaitu hening. Pada langkah ini peserta diberi kesempatan untuk membaca teks itu sekali lagi tetapi dalam hati saja. Sesudah itu Fasilitator mempersilahkan peserta untuk memilih dari teks yang bersangkutan satu kata atau ungkapan yang dirasakan sebagai tantangan dari Tuhan pada saat itu sehingga ingin direnungkan lebih jauh.
                Setelah hening, Fasilitator mempersilahkan peserta untuk memulai acara sharing kata pilihan mereka. Masing-masing peserta memberitahukan kata serta ayatnya itu kepada anggota kelompok. Dalam acara ini tidak boleh dikomentari oleh siapa pun. Tahap kedua yaitu seorang yang lain membacakan teks yang sama untuk kedua kalinya, sedangkan peserta lain mendengarkan saja. Kemudian disusul hening. Peserta diberi kesempatan untuk membaca teks itu sekali lagi dalam hati. Lalu Fasilitator mengingatkan bahwa setiap peserta diminta merenungkan kata pilihannya dengan memperhatikan tiga jenis artinya yaitu arti kata secara umum, arti kata dalam teks, dan arti kata bagi hidup pribadi saat ini. Kemudian langkah selanjutnya Fasilitator meminta peserta untuk mengungkapkan seluruh hasil perenungan mereka secara pribadi, yaitu dengan menggunakan kata “saya” (bukan kita atau kami). Hal itu dimaksudkan supaya tidak ada kesan untuk menggurui. Lalu masing-masing peserta mengungkapkan apa saja yang dianggapnya berguna bagi iman untuk disampaikan sehubungan dengan kata pilihannya.
                Pengungkapan itu harus seadanya. Dalam sharing ini hendaknya dihindari sedapat mungkin cerita tentang masa lampau pribadi peserta. Tahap ke tiga yaitu teks yang sama dibacakan untuk yang terakhir kalinya. Dalam tahap ini teks boleh dibaca bersama-sama. Kemudian langkah selanjutnya pada tahap hening. Pada tahap ini Fasilitator mengingatkan bahwa saat-saat terakhir pertemuan ini perlu dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk berdoa secara pribadi.
Doa itu hendaknya tetap berpusat pada kata pilihannya. Setelah itu disusul sharing tanggapan. Setiap peserta diberi kesempatan untuk mengungkapkan sebuah doa spontan sebagai jawaban atas amanat Tuhan. Doa itu dibawakan dihadapan kelompok. Setelah doa, Fasilitator mengungkapkan kesan pribadinya sehubungan dengan beberapa hal positip yang diutarakan dalam pertemuan. Kemudian pertemuan ditutup dengan doa Bapa Kami yang dinyanyikan dan doa berkat.
                Materi yang selanjutnya adalah Peran Fasilitator Kelompok Kitab Suci yang disampaikan oleh Bapak Boby. Menurutnya bahwa Fasilitator itu bukan guru/pengkhotbah, ataupun penasehat moral. Lebih lanjut Bapak dari Paroki Lubang Buaya ini menuturkan tentang peran Fasilitator. Fasilitator adalah orang yang memimpin kelompok, duduk bersama peserta, member animasi, semangat pada kelompok. Kemudian Bapak Boby menjelaskan juga tentang bagaimana Fasilitator memandang tugasnya. Menurutnya, Fasilitator mempunyai tugas memperlancar dialog, memampukan perserta ambil bagian dalam proses pembicaraan kelompok, membantu peserta mengalami hal-hal atau wawasan baru, memotivasi peserta untuk ikut memperhatikan pengalaman hidup orang lain, serta membantu peserta untuk mensharingkan pengalaman dan pengetahuan peserta. Fasilitator dapat memotivasi perserta ambil bagian dalam proses pembicaraan, serta membantu memperdalam pemahaman tentang topik tertentu.
Selain itu, dipaparkan tentang bagaimana mengatasi rintangan-rintangan seperti kalau muncul pertanyaan yang tidak terjawab. Fasilitator harus mengakui tidak tahu jawabannya, maka bila pertanyaan sangat penting, diharapkan Fasilitator mencatat , mencari penjelasan, dan melaporkan kali berikutnya. Kendala yang lain, misalnya ada orang yang selalu diam atau takut berbiara, maka hendaknya Fasilitator memberikan perhatian khusus yaitu dapat meminta orang itu untuk membacakan kutipan, dengan begitu orang itu telah berani untuk berbicara.
Pada sesi terakhir Bapak Irhandi memaparkan Metode Tujuh Langkah. Metode ini diciptakan oleh Institut Misiologi yang dibentuk oleh Konferensi para Waligereja Afrika Selatan. Langkah pertama yaitu mengundang Tuhan, yaitu membuka hati masing-masing peserta. Langkah yang kedua yaitu membacakan teks kitab suci dengan meminta salah seorang untuk membacakannya dan  peserta lain mendengarkannya dengan sikap meditasi. Langkah yang ketiga yaitu memperhatikan teks, di sini para peserta diajak masuk ke suasana hening, membaca teks dalam hati, dan peserta diajak untuk memilih salah satu kalimat atau ayat yang menantang atau menggugah secara bergiliran dan peserta lain tidak boleh mengomentari. Langkah yang keempat yaitu suasana hening, di sini Fasilitator mengajak peserta mendengarkan sabda Tuhan dalam keheningan. Peserta diajak untuk menemukan apakah yang telah dibacanya itu menambah pengetahuan atau menunjukkan kesalahan, teguran, atau nasihat.
Langkah yang kelima yaitu peserta diajak untuk membagikan pengalaman sesuai dengan kalimat atau ayat yang telah dipilihnya tadi. Hendaknya dihindarkan kesan untuk menggurui orang lain. Langkah yang keenam yaitu mencari pesan (tanggapan). Ini merupakan saat bagi para anggota kelompok untuk memeriksa hidupnya masing-masing dalam terang sabda Tuhan. Kemudian langkah yang ketujuh yaitu mengungkapkan dalam doa, di sini peserta diajak untuk berdoa secara spontan. Kelompok sedapat mungkin mempersatukan ketiga unsure yaitu Sabda Tuhan, pengalaman spiritual, dan masalah kehidupan dalam doa pribadi. Kemudian diakhir dengan pujian untuk menutup pertemuan. Setelah peserta workshop mendengarkan penjelasan dari Bapak Irhandi, maka peserta dibagi menjadi delapan kelompok untuk mempraktekan metode tujuh langkah. Kemudian acara ditutup dengan kesan-kesan dari para peserta dan kemudian ditutup dengan doa dan foto bersama. (St. Naryo)

Tiga Misionaris Baru Ditahbiskan


Salib adalah makanan sehari-hari seorang misionaris.
(St. Yosef Freinademetz)

Ungkapan di atas adalah salah satu refleksi dan kekuatan permenungan dari St. Yosef Freinademetz. Ia adalah misionaris pertama SVD yang diutus ke Cina, seorang kudus yang menjadi teladan bagi para misionaris penerusnya. Dengan demikian seorang misionaris harus siap sedia untuk memikul salib dalam setiap karya misinya.
           
Hari yang Bermakna
Hari Senin, 31 Oktober 2011, merupakan hari yang bermakna untuk ketiga imam baru SVD. Pada hari ini, ketiga diakon SVD ditahbiskan menjadi imam. Mereka adalah Diakon Ramlan Sihombing, SVD, Diakon Lucius Tumanggor, SVD, dan Diakon Eduard Pasaribu, SVD. Uskup pentahbis adalah Mgr Herman Josef Pandoyoputro O.Carm didampingi oleh Pater wakil Provinsial SVD Jawa, Pater Yosef Jaga Dawan, SVD dan Pater Rektor Seminari Tinggi SVD, Pater Agung Suhartana, SVD. Perayaan ini semakin meriah karena diiringi oleh koor dari paduan suara Paroki Ratu Rosari Ksatrian, Malang.
Sebelum perayaan ekaristi dimulai, muncul rasa gundah karena cuaca yang tidak mendukung. Sore itu langit di Kota Malang sangat mendung dan sempat hujan deras. Namun syukur karena ternyata hujan bisa berhenti beberapa menit sebelum acara misa dimulai. Ini adalah mukjizat.
Misionaris dan Pembinaan
Ketiga imam baru tersebut sudah layak menjadi seorang imam, biarawan dan misionaris SVD meskipun dilalui dengan perjuangan yang berat. Perjuangan itu diawali dari postulat, novisiat masa skolastikat dan praktek pastoral. Jatuh bangun dalam perjuangan akan menghasilkan hasil akhir yang manis. Ketiga imam baru tersebut jatuh bangun dalam menjalani segala bentuk pembinaan yang mereka alami. Segalanya memang tidak berjalan mulus namun tekad, niat dan motivasi yang murni mampu menuntun mereka untuk menerima tahbisan suci ini.
Segala sesuatu bisa terjadi seperti yang disaksikan hari itu merupakan bukti dari pembinaan. Pembinaan yang ditekankan adalah pembinaan untuk misi. Setiap frater atau bruder dididik dalam berbagai aspek untuk tujuan misi. Inilah kekhasan SVD sebagai sebuah kongregasi misioner. Kekhasan tersebut tentu sudah mendarah daging dalam diri ketiga imam baru tersebut. Mereka memantapkan diri untuk melamar ke tempat misi dan siap sedia untuk menerima segala keputusan penempatan mereka bertugas (bermisi). Ketiganya menjadi misionaris. P. Ramlan Sihombing, SVD, diutus untuk menjadi misionaris di Provinsi SVD Amerika Tengah, P. Eduard Pasaribu, SVD, menjadi misionaris di Provinsi SVD Meksiko dan P. Lucius Tumanggor, SVD, bermisi ke Provinsi asal yakni Provinsi SVD Jawa.
Menjadi seorang misionaris bukanlah sebuah perkara yang dapat dibeda-bedakan. Maksudnya ialah siapa saja yang ditahbiskan dalam SVD dan memulai tugas misinya berarti ia adalah seorang misionaris. Entah itu di dalam negeri maupun di dalam negeri. Segala tugas dan penempatan yang akan diemban seorang imam baru merupakan awal yang baik untuk belajar bagaimana menjadi seorang misionaris. Sudah pasti bahwa semenjak masa pembinaan, setiap orang mendapat bimbingan tentang misi dan misionaris dengan indikator-indikator tertentu dari para pembina, dari program-program pembinaan dan dari pengalaman hidup bersama.

Tahbisan: Suatu Rasa Syukur
Rahmat tahbisan adalah sebuah anugerah. Tahbisan bukanlah akhir dari segala-galanya. Hal ini terungkap dalam khotbah Bapa Uskup, Mgr. Pandoyoputro, bahwa menjadi seorang imam berarti menjadi seorang gembala yang melayani umatnya. Tahbisan tidak menjadi puncak segala pembinaan. Justru dengan menerima rahmat tahbisan berarti seseorang dianggap siap untuk menuntun umatnya kepada kerajaan Allah dalam situasi dan kondisi apa pun.
Rasa syukur atas sebuah tahbisan tentu tidak terlepas dari campur tangan Allah dan manusia. Allah menganugerahkan panggilan dan manusia mendukung dengan caranya masing-masing. Dengan demikian perlu ucapan terima kasih untuk semua pihak yang berpartisipasi hingga diadakannya upacara pentahbisan ini dengan lancar. Hal ini disampaikan langsung oleh P. Eduard, SVD, mewakili teman-temannya dalam kata sambutan. Ia juga menambahkan bahwa perjalanan mereka masih jauh dan mereka membutuhkan banyak doa dan dukungan dari semua orang.
Syukur atas tahbisan ini juga dirasakan oleh segenap keluarga besar ketiga imam baru. Baik itu keluarga besar SVD Provinsi Jawa, Komunitas Seminari Tinggi SVD, segenap umat sekalian dan khususnya bagi para orang tua mereka. Para orang tua bangga dengan anak-anak mereka yang mau mempersembahkan diri untuk menjadi imam di tengah zaman sekarang dengan tantangan yang begitu banyak. Orang tua sangat mendukung cita-cita mulia ini dengan berdoa dan menyerahkan sepenuhnya kepada penyertaan Tuhan terhadap ketiga anak mereka ini.
Setelah selesai misa pentahbisan, dilanjutkan dengan ramah tamah bersama di aula Misiologi SVD Rajabasa. Satu hal yang tak dilupakan dan merupakan momen yang indah adalah ketika ketiga imam baru menginjakkan kaki di gerbang seminari, mereka disambut oleh tarian Batak yakni tarian tor-tor. Berhubung ketiga imam baru ini berasal dari suku Batak dan Keuskupan Medan, maka momen ini menjadi hadiah istimewa bagi mereka.

Salib Misi
Sejak awal, St. Yosef Freinademetz menjadi teladan utama dalam bermisi dan bagi para misionaris SVD. Demikian pula dengan ketiga imam baru ini diharapkan menjadi misionaris yang tangguh, bermental baja, dan pantang menyerah. Di tempat misi, ada bermacam-macam tantangan yang dihadapi. Itulah salib. Seorang misionaris pantang untuk menyatakan takut untuk sebuah tantangan. Seorang  yang berjiwa misionaris selalu maju menghadapi tantangan. Oleh karena itu, salib misi bagi ketiga imam baru tersebut bisa menjadi berkat bagi banyak orang dan melalui rahmat tahbisan yang telah mereka terima memampukan mereka untuk terus berjuang mempertahankan panggilan, melayani dan berlaku setia seperti yang St. Yosef Freinademetz ajarkan.(Fr. Algon B.T., SVD)