Rabu, 03 Agustus 2011

Uskup Terlibat Kasus Korupsi?


    Uskup Nereo Odchimar

Kabar aktual dari Filipina mengejutkan Gereja Katolik ketika pemegang ajaran iman terlibat dalam skandal kasus korupsi. Peristiwa ini terjadi ketika beberapa uskup menerima sumbangan dari usaha lotre milik negara dan menjadikan mereka terjerat dalam skandal korupsi. Namun ketujuh uskup yang terlibat hal tersebut mengatakan siap menghadapi jalur hukum jika mereka ditemukan melanggar hukum. Sementara itu bulan lalu Presiden Konferensi Uskup Katolik Filipina, Uskup Nereo Odchimar, mengungkapkan keprihatinan akan situasi yang melanda pemimpin Gereja di Filipina tersebut. "Kami mengungkapkan duka yang mendalam ... dan rasa sedih bahwa peristiwa baru-baru ini melibatkan orang-orang tercinta kami," ungkap Odchimar ketika menyampaikan reaksianya mendengar perkara tersebut. Namun kasus tersebut masih dalam tahap dugaan dan sedang diadakan penyidikan oleh senat Filipina. Persoalan muncul ketika Presiden Gloria Arroyo menyumbangkan kepada ketujuh uskup tersebut dana 8,38 juta peso (196.000 dolar AS) dalam bentuk uang tunai antara tahun 2007 dan 2010. Sumbangan tersebut dinilai sebagai suatu trik seorang Aroyo dalam memenangkan pemilu Presiden Filipina pada 2004 lalu. Sementara itu para uskup yang disebutkan mengakui menerima sumbangan tersebut, tetapi dengan intensi untuk membantu rakyat miskin, bukan untuk manipulasi hak pilih dalam pilpres.
Odchimar mengakui bahwa uskup juga manusia yang memiliki kelemahan sehingga terkadang tidak konsisten dengan apa yang diajarkan. "Kami sangat sedih bahwa banyak dari anda, terutama generasi muda, orang miskin ... telah menjadi bingung karena ketidakkonsistensian nyata dari tindakan kami dengan khotbah-khotbah pastoral kami," kata Odchimar. Walaupun demikian, kasus ini telah memberikan catatan buram terhadap citra otoritas Gereja Filipina yang selama bertahun-tahun memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan pemerintahan Filipina.
Demikianlah konsekuensi ketika Gereja terjun dalam wilayah politik. Namun hal tersebut harus dihadapi, mengingat peran Gereja Filipina selama ini sangat membantu pembangunan suatu pemerintahan yang pro-rakyat. Kasus tersebut merupakan kemungkinan-kemungkinan yang perlu selalu diwaspadai dalam setiap keuskupan di manapun. Terkadang niat baik dimengerti secara berbeda oleh setiap orang, terutama orang-orang yang memiliki kepentingan tertentu bagi dirinya atau kelompoknya. Ada saja cara untuk menjatuhkan sesama yang dianggap sebagai ancaman dalam hidupnya. Harapan kita, citra Gereja Filipina dapat kembali dipulihkan di kemudian hari. (Anthoni)



Selasa, 02 Agustus 2011

PESAN BAPA SUCI BENEDIKTUS XVI UNTUK HARI ORANG MUDA SEDUNIA KE-26 TAHUN 2011 DI MADRID

"Berakar dan dibangun di dalam Yesus Kristus, berteguh dalam Iman"  

Sahabat-sahabat muda yang terkasih,
         Saya sering mengenang Hari Orang Muda Sedunia di Sidney pada tahun 2008 silam. Di sana, kita mengalami pesta iman yang mengagumkan, Roh Allah berperan aktif membangun persaudaraan yang mendalam di antara para peserta yang datang dari berbagai belahan dunia. Pertemuan tersebut, seperti pada acara-acara sebelumnya, menghasilkan buah lebat  dalam hidup banyak orang muda dan hidup  Gereja. Sekarang kita menantikan Hari Orang Muda Sedunia berikutnya yang akan diselenggarakan di Madrid pada bulan Agustus 2011. Pada tahun 1989, beberapa bulan sebelum robohnya Tembok Berlin, ziarah orang muda seperti ini diadakan di Spanyol, di Santiago de Compostela. Sekarang, saat masyarakat Eropa sedang sangat membutuhkan penemuan kembali akar Kekristenan mereka, pertemuan kita akan diselenggarakan di Madrid dengan tema: "Berakar dan dibangun dalam Yesus Kristus, berteguh dalam iman" (bdk. Kol 2:7). Saya mendorong kalian semua untuk mengambil bagian dalam kegiatan yang sangat penting bagi Gereja di Eropa dan Gereja sedunia ini. Saya mendambakan semua orang muda - baik yang seiman dalam Yesus Kristus, yang sedang goyah atau ragu-ragu, termasuk yang tidak percaya akan Dia - untuk ikut berbagi pengalaman ini, sebuah pengalaman yang dapat menjadi pengalaman menentukan bagi hidup kalian. Inilah pengalaman akan Tuhan Yesus yang bangkit dan hidup, dan pengalaman akan kasih-Nya bagi kita.

Di Sumber Keinginanmu yang Terdalam
          Dalam setiap periode sejarah, termasuk periode kita, banyak orang muda mengalami kerinduan mendalam akan relasi-relasi pribadi, yang ditandai oleh  kebenaran dan solidaritas….  Ketika mengenangkan masa muda saya sendiri, saya menjadi sadar bahwa kemapanan dan kenyamanan bukanlah persoalan utama memenuhi pikiran generasi muda…. Menjadi muda berarti memiliki keinginan akan sesuatu yang melampaui hidup keseharian dan sekedar pekerjaan yang mapan, kerinduan sesuatu yang sungguh-sungguh lebih agung.
          Apakah ini hanya sebuah mimpi kosong yang akan segera memudar ketika kita bertambah tua? Tidak!  Pria maupun perempuan, diciptakan untuk sesuatu yang agung, untuk keabadian. Hal-hal lain tidak akan pernah cukup baginya. Sungguh benar yang dikatakan oleh Santo Agustinus: "Hati kami gelisah, sampai beristirahat di dalam Engkau"…. Di beberapa belahan dunia ini, terutama di dunia Barat, budaya mereka saat ini cenderung mengesampingkan Tuhan dan memandang iman sebagai urusan pribadi belaka, tanpa relevansi  apapun bagi kehidupan bermasyarakat. Sekalipun tata nilai yang mendasari kehidupan  masyarakat bersumber dari Injil -  seperti  nilai martabat pribadi, nilai solidaritas, nilai kerja dan nilai keluarga - kita menyaksikan  sebuah "gerhana Tuhan", sejenis amnesia, yang kendatipun bukan sebuah penolakan mentah-mentah terhadap kekristenan, namun tetap merupakan penyangkalan atas khasanah  iman kita, sebuah pengingkaran yang bisa mengarah pada hilangnya jati diri  kita yang paling dalam. 
          Karena itu, para sahabat, saya mendorong kalian untuk memperteguh iman kalian akan Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus. Kalian adalah masa depan masyarakat  dan Gereja! Seperti yang ditulis oleh Rasul Paulus kepada umat di Kolose: Memiliki akar, dasar yang kokoh, itu penting! Pesan ini sungguh benar teristimewa untuk saat ini. Banyak orang tidak memiliki titik-titik acuan yang mantap, yang menjadi dasar bagi mereka untuk membangun hidup, dan mereka akhirnya merasa sangat tidak aman. Saat  ini berkembang mentalitas relativistik yang meyakini apapun sama benarnya dan tidak ada kebenaran serta titik-titik acuan yang mutlak. Jalan pikiran seperti ini tidak mengarahkan kita kepada kebebasan sejati tetapi kepada ketidakstabilan, kebingungan, ketaatan buta mengikuti arus tren sesaat. Sebagai orang muda, kalian berhak mewarisi dari generasi-generasi sebelumnya, titik-titik acuan yang kokoh untuk membantu kalian membuat pilihan, dan mendasari pembangunan hidup kalian: bagaikan tunas muda yang membutuhkan sokongan yang mantap agar mampu membenamkan akarnya dalam-dalam dan tumbuh menjadi sebuah pohon yang kuat dan bisa berbuah. 

Berakar  dan Dibangun Dalam Yesus Kristus
          Untuk menggarisbawahi pentingnya iman dalam kehidupan umat beriman, saya  ingin merenungkan bersama kalian tiga kata yang digunakan oleh St. Paulus dalam ungkapan: "Berakar dan dibangun dalam Yesus Kristus, berteguh dalam iman" (bdk. Kol 2:7). Kita dapat membedakan tiga gambaran: "berakar"  mengingatkan kita pada  pohon dan akar yang memberi makan pohon itu; "dibangun" mengacu pada pembangunan sebuah rumah; "berteguh" menunjukkan pertumbuhan dalam kekuatanan fisik dan moral….
         Gambaran pertama melukiskan sebatang pohon yang tertanam kokoh, akar-akarnya menyokongnya untuk berdiri tegak dan memberinya makanan. Tanpa akar-akar itu, dia akan roboh ditiup angin dan mati. Apakah akar kita? Secara alamiah, orang-tua, keluarga dan budaya negara kita merupakan unsur-unsur penting yang membentuk jati diri pribadi kita. Namun demikian, Kitab Suci mewahyukan sebuah unsur yang lebih mendalam lagi. Nabi Yeremia menuliskan: "Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan! Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah" (Yer 17:7-8). Bagi Nabi Yeremia, merambatkan akar berarti menaruh kepercayaan kepada Tuhan. Dari-Nya, kita memperoleh hidup. Tanpa-Nya, kita tidak bisa benar-benar hidup. "Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam anak-Nya" (1 Yoh 5:11). Yesus sendiri menyatakan kepada kita, bahwa Dia sendirilah kehidupan kita (bdk. Yoh 14:6). Karena itu, iman Kristen bukan sekedar soal mempercayai hal-hal tertentu sebagai sesuatu yang benar, melainkan pertama-tama adalah sebuah hubungan pribadi dengan Yesus Kristus. Iman itu adalah sebuah perjumpaan dengan Sang Putra Allah yang memberikan tenaga baru pada  seluruh keberadaan kita. Ketika kita memasuki hubungan pribadi dengan-Nya, Kristus menyingkapkan jati diri kita yang sejati, dan dalam persahabatan dengan-Nya, hidup kita bertumbuh menuju kepenuhannya. Ada saatnya, ketika masih muda, kita bertanya: Apa makna hidup saya? Tujuan dan arah hidup mana yang harus kutempuh? Saat yang sangat penting ini mungkin membuat kita cemas untuk beberapa lama…. Di sini, sekali lagi, saya mengenang masa muda saya. Cukup dini saya menyadari bahwa Tuhan menghendaki saya menjadi imam. Kemudian setelah masa perang, ketika saya berada di seminari dan universitas menuju cita-cita itu, saya harus menangkap kembali kepastian itu. Saya harus bertanya diri: benarkah ini jalan yang seharusnya saya tempuh? Benarkah ini kehendak Tuhan bagi saya? Apakah saya  akan mampu tetap setia kepada-Nya dan sepenuhnya melayani Dia? Keputusan seperti ini menuntut perjuangan. Tidak ada cara lain. Namun kemudian datanglah kepastian itu: jalan ini benar! Ya, Tuhan menginginkan saya, dan Dia akan memberi saya kekuatan. Jika saya mendengarkan Dia dan berjalan bersama-Nya, saya benar-benar menjadi diri saya sendiri. Yang penting bukanlah pemenuhan hasrat saya sendiri, namun kehendak-Nya. Dengan cara ini, hidup menjadi sejati.
         Sebagaimana akar menopang pohon agar tetap tertanam dalam tanah, demikian juga pondasi rumah memberi jaminan kekokohan jangka panjang. Melalui iman, kita telah dibangun dalam Yesus Kristus (bdk. Kol 2:7) sebagaimana rumah dibangun di atas pondasinya…. Dibangun dalam Yesus Kristus berarti menanggapi secara positif panggilan Tuhan, mempercayai-Nya, dan melaksanakan Sabda-Nya. Yesus sendiri menegur murid-murid-Nya, "Mengapa kamu berseru kepadaku: Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku katakan?" (Luk 6:46). Dia lalu memakai gambaran pembangunan sebuah rumah:  "Setiap orang yang datang kepada-Ku dan mendengarkan perkataan-Ku serta melakukannya - Aku akan menyatakan kepadamu dengan siapa ia dapat disamakan - Ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah. Orang itu menggali dalam-dalam dan meletakkan dasarnya di atas batu. Ketika datang air bah dan banjir melanda rumah itu, rumah itu tidak dapat digoyahkan, karena rumah itu kokoh dibangun" (Luk 6:47-48).
         
Berteguhlah dalam iman
Hendaklah kamu "berakar  dan dibangun dalam Yesus Kristus, berteguh dalam iman" (Kol 2:7). Surat …[ini] ditulis oleh Santo Paulus untuk menanggapi kebutuhan khusus umat Kristen di kota Kolose. Waktu itu, komunitas umat di Kolose terancam oleh pengaruh tren budaya tertentu yang memalingkan kaum beriman dari Injil.  Konteks budaya kita sekarang, para sahabat, tidaklah berbeda dengan konteks umat di Kolose. Sungguh, ada arus kuat pemikiran kaum sekular yang bertujuan untuk meminggirkan Tuhan dari kehidupan orang dan masyarakat dengan menawarkan dan mencoba menciptakan "surga" tanpa Tuhan. Tetapi, pengalaman menunjukkan kepada kita bahwa dunia tanpa Tuhan menjadi sebuah "neraka": dipenuhi oleh keakuan, keluarga berantakan, kebencian antarpribadi dan antarbangsa, dan masalah besar kekurangan kasih, suka cita dan harapan.  Di sisi lain, ketika orang dan bangsa manapun juga menerima kehadiran Allah, menyembah-Nya dalam  kebenaran dan mendengarkan suara-Nya, di sana peradaban kasih sedang dibangun, sebuah peradaban dimana martabat semua  orang dihormati, dan persaudaraan meningkat, dengan segala buah-buah kebaikannya. Meskipun demikian, sebagian umat Kristen membiarkan diri mereka digoda oleh sekularisme atau ditarik oleh arus-arus religius yang menjauhkan mereka dari iman akan Yesus Kristus. Ada pula orang Kristen, yang sekalipun tidak tunduk pada godaan itu, namun membiarkan  iman mereka menjadi dingin dengan segala dampak negatifnya pada hidup moral mereka.
          Kepada orang-orang Kristen yang dipengaruhi oleh gagasan-gagasan yang asing dari Injil, Rasul Paulus memberitakan kekuatan wafat dan kebangkitan Kristus. Misteri ini merupakan dasar hidup kita dan pusat iman Kristen. Semua aliran filsafat yang merendahkan dan memandangnya sebagai "kebodohan" (1Kor 1:23) justru menyingkapkan keterbatasan mereka sendiri dalam kaitannya dengan pertanyaan-pertanyaan besar yang berakar dalam di hati manusia. Sebagai penerus Rasul Petrus, saya juga ingin menguatkan kalian dalam iman (bdk. Luk 22:32). Dengan teguh kita percaya bahwa Yesus Kristus menyerahkan diri-Nya di kayu salib untuk memberikan kasih-Nya kepada kita. Dalam penderitaan-Nya, Dia memikul penderitaan kita, menanggung dosa-dosa kita, memberikan pengampunan bagi kita dan mendamaikan kita dengan Allah Bapa, membukakan bagi kita jalan menuju hidup abadi. Jadi, kita dibebaskan dari hal yang paling membelenggu hidup kita: perbudakan dosa. Kita bisa mengasihi setiap orang, bahkan musuh kita, dan kita bisa membagikan kasih ini  untuk yang termiskin dari saudara-saudari kita, dan bagi semua orang yang berkesusahan.


Menuju Hari Orang Muda Sedunia di Madrid

Para sahabat, sekali lagi saya mengundang kalian semua untuk menghadiri Hari Orang Muda Sedunia di Madrid. Saya menantikan kedatangan kalian dengan penuh sukacita. Yesus Kristus ingin membuat kalian beriman teguh melalui Gereja. Percaya kepada Yesus dan mengikuti-Nya bukanlah keputusan yang ringan. Iman itu dirintangi oleh kegagalan pribadi dan oleh banyak suara lain yang menawarkan  jalan yang lebih mudah. Jangan patah semangat. Sebaliknya, carilah dukungan dari komunitas seiman, dukungan dari Gereja! Selama tahun ini, persiapkanlah dengan cermat apa yang perlu untuk pertemuan di Madrid, bersama para uskup, para imam dan pemimpin orang muda di keuskupanmu, berbagai komunitas, serikat dan gerakan di paroki. Mutu pertemuan kita terutama akan bergantung pada persiapan rohani kita, doa-doa kita, kebersamaan kita dalam mendengarkan Sabda Allah, dan dukungan kita satu sama lain.
Orang-orang muda terkasih, Gereja bergantung kepada kalian! Gereja membutuhkan iman kalian yang berkobar, amal kasih kalian yang kreatif, dan energi pengharapan kalian. Kehadiran kalian  memperbaharui, meremajakan, dan memberi energi baru bagi Gereja. Karena itulah, Hari Orang Muda Sedunia  adalah rahmat, bukan saja untuk kalian, melainkan juga untuk keseluruhan umat Allah….
         
Dari Vatikan, 6 Agustus 2010, pada Pesta Penampakan Kemuliaan Tuhan,
Paus Benediktus XVI


KETERANGAN:
Diterjemahkan dan diringkas oleh Rm. Yohanes I Wayan Marianta, SVD dari teks Inggris: http://www.vatican.va/holy_father/benedict_xvi/messages/youth/documents/hf_ben-xvi_mes_20100806_youth_en.html

Alexander Delon Idol dan Yeslin Wang: Yesus Kepala Rumah Tangga

Bagi setiap pasangan hidup yang telah dimadu kasih, perkawinan menjadi momen yang paling diimpikan dalam suatu kisah percintaan. Untuk mencapai perkawinan yang bahagia, bukanlah usaha yang mudah karena setiap pasangan membutuhkan banyak waktu, kesempatan dan bahkan harus mengorbankan banyak hal demi mengenal dan hidup bersama kekasih hati. Hal tersebut dialami oleh Artis yang bernama lengkap Stanislaus Alexander Liauw Delon Tamrin alias Delon Idol (32) dengan sang kekasih, Yeslin Wang (27). Pada 20 Mei 2011 yang lalu, pasangan tersebut mengakhiri masa pacaran mereka lewat ikrar janji Sakramen Perkawinan di Gereja Katolik Petrus Paulus, kawasan Mangga Besar, Jakarta Pusat. Seperti apa perasaan Delon Idol, finalis indonesian idol 2004 tersebut pasca pernikahannya dengan wanita berdarah cina tersebut? Bagaimana perjalanan karirnya setelah hidup berkeluarga? Kepada Antonius Primus, Wartawan Majalah Keluarga Kana, pemeran film “Vina Bilang Cinta” dan “Dawai 2 Asmara” ini berbagi kegembiraan. “Nyaman dan Bahagia sekali, dapat istri yang cantik luar dalam. Dia baik hati dan sangat pengertian. Istri idaman semua pria hahaha...” puji Delon pada istri tercintanya. Ini sekaligus menegaskan bahwa wanita cantik tersebut merupakan pilihan tepat dan terakhir Delon setelah melewati petualangan cintanya yang terbilang begitu unik.
                Pernikahan yang berlangsung bertepatan dengan hari ulang tahun Delon yang ke-33 tersebut memiliki kesan yang sangat mendalam. Artis ganteng kelahiran Jakarta, 20 Mei 1978 tersebut begitu terlihat siap dan enjoy ketika mengikrarkan janji suci perkawinannya di hadapan Pastor dan umat yang hadir. Kesiapannya mendapatkan respon positif dari mempelai wanita, yang  adalah seorang model video klip dan pemeran sinetron “Angel’s Diary”. Di samping persiapan material juga persiapan mental pasangan tersebut untuk membangun  suatu “Gereja Mini”  didukung oleh pemahaman mereka tentang keluarga yang mereka terima terutama dalam Kursus Persiapan Perkawinan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Delon sendiri bahwa hidup berkeluarga merupakan dambaannya, karena dengan itu, setiap orang dapat semakin mengalami pengalaman mengasihi dan dikasihi. “Berkeluarga adalah dambaan semua orang. Kita bisa mengasihi dan dikasihi” kata Delon yang memiliki motto “Berusaha dan Berdoa, Jangan Cepat Menyerah”. Rasa kasih tersebut dicetuskan dalam hidup sehari-hari, dalam suasana saling menguatkan, melayani satu sama lain. Untuk itulah, saat-saat kebersamaan tetap menjadi prioritas bersama demi menjaga keutuhan janji perkawinan mereka. Banyak hal yang mereka lakukan bersama termasuk dalam melaksanakan tugas-tugas rumah tangga, terutama ketika keduanya sedang libur. Yeslin terkadang sering menemani sang suami di tempat kerja. “Biasa-biasa aja... setiap hari habis bekerja kan ketemu istri, bahkan kalau dia lagi tidak syuting juga nemeni aku kerja” pungkas pelantun lagu “Hanya Dirimu” dan “Negri Di Awan” tersebut. Bagi Delon sendiri, perkawinan merepukan momen yang paling menentukan di mana tanggung jawabnya sebagai seorang pria semakin dipertajam, meskipun ada sedikit kegugupan yang melintasi benaknya. Ia tetap yakin akan pilihan hidupnya. “SEnang itu yang kita rasakan, campur gugup. Sekarang kita sudah sah. Saya akan bertanggung jawab. Sekarang saya sudah menjadi seorang “pria”, bukan “laki-laki” lagi. Menjadi pria yang bertanggung jawab” ungkap Delon pada kesempatan usai pesta pernikahannya. Ibu Delon, Liauw A Gin pun memberikan dukungan bagi anak kesayangannya tersebut, “Senang, bahagia. Anak sudah punya istri, sudah mampu bertanggung jawab” pungkas Ibu dari ketiga anak tersebut ketika di temui di kediamannya.

Suka Duka Dunia Artis
                Bagaimana Delon yang begitu rajin membawakan Mazmur di gereja merambah dunia keartisan? Sebenarnya, menjadi artis merupakan impian pencipta single “Tuhan Aku Berserah” ini. Impiannya  menjadi seorang penyanyi tersebut dimulainya jauh sebelum mengikuti festival “Indonesian idol” musim pertama. “Sebetulnya sudah menjadi wedding singer sejak masih kerja kantoran, jauh sebelum ikut Indonesian Idol” kisah pengagum Josh Groban tersebut. Pada akhirnya, keluarga pun turut memberikan dukungan terhadap impian Delon untuk menekuni dunia entertaintment. “Sangat mendukung, selama itu positif apalagi keluarga tahu jadi penyanyi adalah impian saya” ujar pria yang pernah dikabarkan  dekat dengan artis Celine Evangelista  ini.
                Menjadi publik figur bukanlah berarti bebas dari aneka gosip yang baik dan tidak baik. Kenyataan menunjukkan bahwa tidak sedikit artis yang karirnya jatuh lantaran gosip yang beredar di tengah masyarakat. Berbeda dengan Delon! Bagi pria yang pernah mengeluarkan Album Kompilasi dengan Yovie W,  Pingkan Mambo dan Gita Gutawa itu, semuanya bergantung bagaimana seseorang mampu menempatkan dirinya. “Semua tergantung diri kita masing-masing, selama kita tidak melakukan yang aneh-aneh, mudah-mudahan tidak digosipin yang aneh-aneh juga” demikian ucap pria yang memiliki hobi main Play station dan catur. Meskipun demikian, menjadi artis tetap harus melewati masa suka dan duka dunia entertaintment. Ketika dimintai sharing pengalaman suka dan duka dunia keartisannya, Delon mengungkapkan kisahnya “Lebih banyak sukanya, kenal dengan orang-orang  yang sangat kreatif di bidang seni, yaa sedikit berbeda, sekarang tidak bisa sebebas dulu. Makan di tempat umum tidak bisa menikmati dengan bebas atau santai, terburu-buru karena ada yang minta foto, ya itu sudah konsekuensinya” Terang Delon. Di samping itu, tantangan berat seorang artis untuk tergoda meninggalkan iman pun tidak kecil. Hal ini mengingat tidak sedikit artis Kristiani yang meninggalkan imannya. Bagaimana Delon sendiri menyikapi situasi tersebut? “Wah engga ngertilah apa alasannya, tapi kalau kita sudah merasakan kasih-Nya, tentunya kita tetap ikut DIA” lontarnya penuh keyakinan. Ketegaran hati Delon bukan tidak mungkin juga dibentuk oleh suasana iman yang kondusif yang terus-menerus dikembangkannya dengan selalu aktif dalam kegiatan Gereja meskipun di sela-sela kesibukannya sebagai artis. “aktif Pelayanan, nyanyi dan kesaksian di acara Kebangunan Rohani, Ultah Gereja, Acara Mudika, jadi solist di acara-acara gereja seperti Natal, Paskah dll” sharing pria yang melaksanakan pernikahannya dengan tema klasik. Semua jadwal yang tertata rapih diatur oleh tim managemennya sehingga Delon tidak mendapatkan kesulitan untuk mengatur jadwalnya kegiatannya.
Membangun Keluarga Kristiani yang Ideal
                Setiap keluarga tentu saja memiliki visi dan misi bagi masa depannya, minimal menggapai kesejahteraan bersama (bonum Coniugum). Kesejahteraan itu akan semakin lengkap ketika pasangan suami-istri sungguh-sungguh menghayati perannya, terutama sebagai co-creator Allah dalam meneruskan kehidupan di dunia. Memiliki “buah hati” dalam peran ini menjadi dambaan; begitu pun dengan Delon dan Yeslin Wang. Pasangan yang berencana untuk berbulan madu di Singapura dan Malasia ini begitu ikhlas apabila Tuhan segera menganugerahkan momongan. “Kapan saja Tuhan kasih, kami sudah siap...” papar pria yang mempersembahkan sebuah single terbarunya saat ini “Hanya Dirimu” bagi istri tercinta di sela-sela acara pernikahannya. Hal yang sama diucapkan pula oleh Yeslin ketika diwawancarai pada kesempatan lain. “Ingin segera punya momongan. Laki atau perempuan sama saja” demikian wanita kelahiran 4 Juni 1983 ini. Lantas apa sebenarnya makna seorang anak bagi pasangan muda ini? “Ya sama seperti orang lain, anak adalah buah kasih, kebetulan aku seneng anak kecil, jadi ya pasti akan lebih happy kalo keluarga lengkap dengan anak” seru Delon mantap. Untuk selanjutnya, pria yang telah mengeluarkan 4 album ini menyatakan harapannya membangun keluarga kristiani yang ideal. “Keluarga Kristiani yg bisa memuliakan nama Tuhan” kata Delon berharap. Mengakhiri perbincangan dengan Majalah Keluarga Kana, artis penyuka lagu “Heaven Knows” ini menitipkan harapan dan pesan kecilnya bagi keluarga-keluarga Kristiani di seluruh Indonesia. “Tetap setia mengikut Yesus, jadikan DIA kepala dalam rumah tangga kita” tutur Delon yang begitu bangga dan bersyukur memiliki istri sebaik Yeslin Wang. (Antonius Primus-Kana)


PELATIHAN KBA KEUSKUPAN PALANGKARAYA

            Komisi Keluarga Keuskupan Palangkaraya mengadakan pelatihan Keluarga Berencana Alamiah. Pelatihan diselenggarakan pada tgl 30 Juni-3 Juli 2011 di aula UNIO keuskupan Palangkaraya dengan dihadiri oleh 36 orang: utusan 16 Paroki dari 22 paroki, Keuskupan Palangkaraya. Pelatihan ini pertama kali diadakan dengan fokus untuk memberikan pemahaman yang komprehensif dan benar mngenai KBA kepada umat.
            Sampai saat ini, banyak umat yang terpaksa mengikuti Keluarga Berencana yang dikampanyekan oleh pemerintah tanpa mendapatkan informasi yang lengkap mengenai berbagai side effects dari program tersebut, khususnya berkaitan dengan penggunaan berbagai macam metode yang dipakai yang telah menimbulkan berbagai macam masalah bagi para akseptor mulai dari sakit ringan, pusing-pusing sampai pada penyakit yang berat seperti blooding, hipertensi, penyakit jantung yang membawa kepada kematian.
            Berhadapan dengan masalah tersebut, Komisi Keluarga Keuskupan Palangkaraya ingin memberikan informasi alternatif berupa penawaran metode baru yang berbeda dari metode yang ditawarkan oleh pemerintah, yakni metode Keluarga Berencana Alamiah. Untuk masyarakat luas, metode KBA belum dipahami dengan baik karena tiadanya informasi yang komprehensif yang diterima oleh masyarakat sebagaimana seharusnya diterima; informasi yang mereka terima adalah sepihak atau hanya sebagian kecil saja yang justru berisi informasi negatif tentang KBA: KBA itu tidak efektif atau KBA itu tidak cocok untuk masyarakat indonesia, apalagi untuk masyarakat pedesaan yang tidak semua melek baca.
Dalam rangka meng-counter attack pemahaman yang demikian itulah kami memberikan pelatihan ini untuk memberikan masukan yang benar dan komprehensif mengenai KBA sebagai metode yang sungguh efektif dan berdaya guna dalam perencanaan keluarga yang bahagia tidak hanya untuk mengatur kelahiran tetapi juga untuk merencanakan penambahan kehadiran anak. Dengan metode KBA, mau ditekankan bahwa “pengadaan” anak adalah hak prerogatif suami istri yang tidak dapat diintervensi oleh pihak manapun; demikian juga tanggung jawab ditekankan untuk kedua belah pihak, baik pada suami maupun istri.

Gereja Katolik tidak menolak program keluarga berencana dalam arti keluarga yang direncanakan dengan baik untuk mencapai kebahagiaan; yang ditolak oleh Gereja adalah pengertian keluarga berencana dalam arti pembatasan jumlah anak dengan penggunaan berbagai macam metode yang bertujuan untuk pembatasan kelahiran walaupun metode itu berlawanan dengan harkat martabat manusia dan ajaran Gereja. Keluarga yang bahagia tidak melulu dicapai melalui pembatasan anak seperti yang selama ini didengung-dengungkan oleh pemerintah, tetapi dengan memperhatikan berbagai macam hal yang berkaitan dengan masalah peningkatan kesejahteraan keluarga seperti: peningkatan pendidikan, kesetaraan gender, kesehatan dan peningkatan ekonomi yang semuanaya mendukung kepada kesejahteraan keluarga yang dicita-citakan.    
Sebelum dilakukan pelatihan secara intensif, para peserta mendapat masukan dari dua Nara Sumber: Bapa Uskup Palangkaraya yang meneropong Kebijakan Pastoral Keluarga Keuskupan Palangkaraya; Rm. DR. I Ketut Adi Hardana, MSF yang berbicara mengenai KBA dari sudut pandang moral; sementara pelatihan diberikan oleh Ibu Rosalia Ngatini. Pelatihan berlangsung selama 3 hari pernuh. Para peserta merasa sangat senang setelah mendapatkan pelatihan ini dan akan membagikan pengetahuan ini kepada masyarakat luas. Diharapkan bahwa para peserta yang mengikuti pealtihan ini nanti akan berperan sebagai penyuluh di tempat tugas masing-masing.
Sebagai tindak lanjut, dalam rangka membangun gerakan bersama mensosialisasikan KBA, maka akan diadakan pelatihan pada tingkat paroki. Pelatihan ini akan melibatkan para pasutri usia subur dan para calon pasutri sehingga semakin banyak orang mengenal dan memahami KBA secara benar dan akhirnya akan memilih metode ini sebagai metode perencanaan keluaraga yang sejahtera.



                                                                                           Rm. DR. I Ketut Adi Hardana, MSF
                                                                                           Moralis

Senin, 01 Agustus 2011

Perayaan Hari Kaum Muda Sedunia Di Madrid, Spanyol




Perayaan Hari Kaum Muda Sedunia (World Youth Day) tahun ini dirayakan di Madrid, Spanyol, tanggal 16-21 Agustus 2011 dan dipimpin langsung oleh Bapa Suci, Paus Benediktus XVI. Perayaan tersebut mengambil tema: “Berakarlah dan dibangun di dalam Kristus, teguh di dalam iman” (bdk. Kol 2:7), yang ditentukan sendiri oleh Bapa Suci, Paus Benediktus XVI.
Sejumlah besar manusia yang didominasi oleh kaum muda berkumpul di Kota Madrid, Spanyol untuk merayakan perayaan akbar Hari Kaum Muda Sedunia. Seluruh perayaan disemaraki dengan berbagai atraksi seperti konser musik, pagelaran kebudayaan dari berbagai negara yang dibuka dan ditutup dengan perayaan liturgi Ekaristi Kudus bersama Paus Benediktus XVI dan para Uskup yang hadir. Perayaan besar ini pertama kali dilaksanakan pada tahun 1984 dan menyedot ribuan simpatisan dari berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia.
Dalam pesannya, Bapa Suci berkata, “Kalian adalah akar dan dibangun di dalam Kristus Yesus, berteguhlah di dalam iman” (bdk Kol 2:7). Bapa Suci mengutip salah satu ayat surat Santo Paulus kepada komunitas Kristen di Kolese. Kondisi komunitas Kristen pada masa itu terancam oleh pengaruh budaya luar yang menjauhkan mereka dari Injil. Dalam konteks kebudayaan kita saat ini, kaum muda juga menghadapi situasi yang sama. Pengaruh kuat sekularisme berusaha memisahkan Allah dari kehidupan manusia dengan menciptakan suatu “Surga” tanpa Allah. Namun pengalaman mengatakan bahwa dunia tanpa Allah seperti “neraka” yang diwarnai, sikap egoisme, keluarga yang hancur, saling menyakiti antara sesama, krisis cinta kasih dan harapan yang kosong. Sebaliknya dengan mendengarkan dan melaksanakan kehendak Allah memungkinkan suatu peradaban Cinta Kasih tumbuh dan berakar dalah hidup manusia.
Perayaan hari kaum Muda Sedunia ini sangat penting sebagai pembaharuan bagi perkembangan masa depan Gereja yang di dalamnya kaum muda, generasi Kristus bertumbuh dan berkembang. Perayaan ini sekaligus menjadi suatu ziarah agung dan rekoleksi bersama kaum muda dalam menapaki jati dirinya, yang berakar dari Kristus Yesus. Paus Benediktus XVI yang sebelumnya telah merayakan 60 tahun Imamatnya pada 29 Juni yang lalu itu dijadwalkan mengadakan pertemuan dengan Raja dan Ratu Spanyol di istana Palacio de la Zarzuela. Pada kesempatan lain Bapa Suci juga mengadakan pertemuan dengan para biarawan, biarawati, para pejabat pemerintahan Spanyol, para profesor berbagai universitas di Spanyol serta para Uskup dan Kardinal. Menarik bahwa Paus yang ditahbiskan menjadi Imam bersamaan dengan Saudaranya, George tersebut juga akan mengadakan perjamuan siang bersama sejumlah Kaum Muda dari berbagai negara di Madrid, bahkan Bapa Suci sendiri juga mengikuti Jalan Salib bersama Kaum Muda.
Usai perayaan akbar tersebut, Bapa Suci dijadwalkan akan berangkat pada pukul 19.00 waktu Eropa untuk kembali ke Roma dari bandara Barajas Madrid pada tanggal 21 Agustus 2011. Suasana keceriaan tergambar di wajah kaum muda dan Gereja sendiri terus berharap akan peran kaum muda tersebut dalam membangun gereja Kristus yang berlandaskan cinta kasih.


SARASEHAN “Menyikapi Carut-Marut Bangsa dan Melihat Tanda-Tanda Zaman”



Situasi dan kondisi politik bangsa Indonesia dewasa ini sangat memprihatinkan. Begitu banyak kasus dan problem yang tumpang tindih mewarnai kehidupan bangsa Indonesia, terutama dalam arena pemerintahan. Tidak sedikit pejabat yang terbelit berbagai perkara Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Kondisi tersebut bukan tidak mungkin menjadi penyebab, bangsa Indonesia menjadi bangsa yang gagal dalam mensejahterakan rakyatnya. Menyikapi situasi dan kondisi tersebut, Forum Masyarakat Katolik Indonesia (FMKI) Wilayah Keuskupan Malang menggelar Sarasehan bertajuk “Menyikapi Carut-Marut Bangsa dan Melihat tanda-tanda Zaman”, yang dilaksanakan pada hari Jumat 29 Juli 2011 lalu. Sarasehan yang dimulai pada pukul 16.00 tersebut menghadirkan narasumber Dra. Hj. Sri Rahayu (Anggota DPR RI), Drs. Ignatius Sigit Setiawan (Anggota DPRD Prov. Jawa Timur) serta Romo Andi Wibowo, Pr (Vikep Kategorial Keuskupan Malang).
Sarasehan yang dijadwalkan berlangsung hingga pukul 21.00 tersebut, dihadiri peserta dari berbagai elemen masyarakat, seperti dari kelompok PMKRI, WKRI, serta tokoh masyarakat yang pemerhati masalah politik, yang umumnya beragama Katolik. dr. Himawan Lukito, MM., ketika membuka Sarasehan bernuansa politik tersebut mengemukakan realitas bangsa Indonesia di mata Internasional. “Bangsa ini mengalami carut-marut!” seru dokter yang juga aktif sebagai dosen tersebut. “salah satu pendapat yang muncul berasal dari penelitian lembaga internasional mengenai kriteria negara gagal. Hasil penelitian lembaga internasional bahwa ada 177 negara yang masuk dalam kategori negara gagal. Negara yang paling bagus adalah Finlandia, sementara yang terburuk ialah Somalia. Indonesia menduduki posisi ke-60 negara yang gagal. Ini harus kita waspadai” tambah dr. Himawan. Beliau menambahkan ada beberapa acuan negara gagal yakni:
  1. Tidak adanya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahnya
  2. Jaminan keamanan hampir tidak ada bagi masyarakatnya. Kenyataan menunjukan banyak terjadi konflik horisontal di mana-mana, pertikaian antara agama seperti tragedi Dampit, pertikaian antara kelompok.
  3. Masalah pendidikan dan kesehatan yang seolah-olah terlihat baik. Ada himbauan sekolah gratis misalnya, ternyata di belakang bayarannya mahal. Masalah kesehatan juga muncul banyak program yang hanya iming-iming seperti, jampersal (jaminan persalinan) dan Keluarga Berencana. Angka kematian Ibu dan anak makin meningkat.
Salah satu keprihatinan terhadap situasi Indonesia, pungkas dr. Himawan ialah soal Pancasila yang perlahan mulai tersingkirkan. Untuk itu harapan dokter tersebut agar pancasila mendapat perhatian, dihidupkan kembali, menjadi pedoman. Ini perlu mendapat perhatian juga bagi umat Katolik.
Melihat situasi Indonesia yang demikian, Drs. Ignasius Sigit membeberkan bahwa stigma DPR sekarang ini citranya buruk. “Meskipun demikian tetap masih ada orang baik dan masih bisa di percaya untuk bekerja di DPR. Boleh dikatakan kemerosotan telah terjadi di berbagai bidang, IPOLEKSOSBUDHANKAM. Pancasila semakin jauh dari tolak ukur bangsa Indonesia. Kegaduhan politik sangat luar biasa. Banyak mafia di Indonesia, seperti mafia kasus Bank Century, dan lain sebagainya” tutur mantan anggota DPRD Kota Malang tersebut. Drs. Ignasius Sigit juga menyampaikan masalah kepemimpinan menjadi kendala. “Masalah kepemimpinan, saat ini kita butuh pemimpin yang kuat, berani dan jujur. Kita bangga punya pemimpin yang tegas, kuat dan jujur, berani menanggung resiko” seru politisi yang juga seorang tokoh Katolik tersebut. Untuk itu ia menghimbau agar perjuangan setiap partai perlu mengusung visi misi pro kerakyatan. Ke depannya bagaimana visi-misi partai dapat menjadi bagian dari program pemerintah.
Dalam waktu yang berbeda Dra. Hj. Sri Rahayu mengungkap situasi carut-marut yang terjadi di pemerintahan, khususnya di kementerian dan DPR RI. Beliau mengungkapkan ada banyak kebijakan pemerintah pusat yang tidak sampai ke daerah-daerah. “Kenyataan tidak semua kabupaten/provinsi yang bergantung pada pusat dalam hal menerima bantuan. Kalau setiap provinsi/kabupaten/walikota bergantung pada pusat maka kebijakan pusat tidak akan sampai ke daerah. Rata-rata kebijakan pusat tidak memikirkan soal bagaimana masyarakat sejahtera, namun lebih pada memikirkan kepentingan sendiri atau kelompoknya” ujar wanita yang juga sahabat politisi Rieke Diah Pitaloka tersebut. “ketika ambil kebijakan, terjadi banyak benturan di DPR RI. Persoalan di pusat itu merupakan akumulasi dari kepentingan masing-masing orang. Ego sektoral pusat masih sangat kental. Ini menimbulkan program yang terpecah belah. Misalnya saja hampir semua kementerian memiliki bantuan sosial, sehingga tidak ada keseimbangan antara kebijakan dengan kenyataan. Tidak ada koordinasi yang terpusat. Akibatnya ada daerah yang mendapat bantuan sampai berkali-kali. Di samping itu juga tidak ada kerja sama antara pemimpin dengan anggota” kata politisi yang pernah meniti karir politiknya di DPR Kabupaten Malang.
pada kesempatan tanya jawab, sebagian besar peserta mempersoalkan kemungkinan adanya degradasi moral yang merangsang tindakan korupsi meraja lela. Menjawabi keluhan peserta, Drs. Sigit menyampaikan beberapa terobosan yang bisa dicapai, yakni pendidikan moral/pembentukan karakter sangat penting untuk diperhatikan. “Sekarang pendidikan cendrung pada teknologi, sementara bidang pembentukan moral kurang mendapat perhatian. Di samping itu, hilangnya tokoh-tokoh yang menjadi panutan/teladan terutama politikus Katolik seperti Almarhum Frans seda dan IJ Kasimo. Selain itu instruksi pemimpin sering tidak diikuti dan ditambah dengan saling melempar tanggung jawab di antara kementerian dalam menangani masalah” ucap Drs. Sigit. Ke depannya, Drs. Sigit menghimbau agar perlunya kaderisasi, terutama dalam lingkup masyarakat Katolik. yang menjadi tantangan kita saat ini adalah kecendrungan mengatakan politik itu kotor. Dra. Sri rahayu menambahkan bahwa masalah degradasi moral sering dibicarakan di Komisi X DPR RI. “Pembentukan karakter dimulai di usia sekolah. Umumnya yang diajarkan di sekolah bukan nilai pengetahuan yang bukan pokok materi. Misalnya dalam pelajaran sejarah, siswa cendrung menghafal tahun perjuangan Diponegoro tetapi tidak diajarkan apa nilai yang harus dipetik dari perjuangan itu? Pembentukan karakter merupakan filter yang harus dimiliki masyarakat” ujar Politikus yang juga aktivis perempuan tersebut. Bertolak dari persoalan tersebut Dra. Sri Rahayu menjelaskan pentingnya pendidikan moral, seperti PPKN, PSPB. Namun ia menyesalkan bahwa negara kita ternyata memegang paham liberalis dan kapitalis. Hampir semua kebijakan didasarkan pada permintaan pasar. Untuk itu saat ini pemerintah sedang mengadakan rancangan Undang-Undang pendidikan, sehingga Dra. Siti Rahayu meminta siapa saja yang ingin menyampaiakan usul/saran untuk pembentukan UU Pendidikan bisa segera menyampaikan lewat instansi pemerintahan.
Pada kesempatan terakhir, Rm. Andi Wibowo, Pr. Menyimpulkan situasi carut-marut bangsa dalam banyolan politik praktisnya yakni situasi bangsa bukan lagi pancasila tetapi pancasial, sila ketuhanan diubah menjadi keuangan yang mahakuasa, permusyawaratan sosial menjadi pemelaratan sosial, muncul pula bisnis politik, diktator. “kembali ke Pancasila merupakan tugas kita, bukan hanya umat Katolik tetapi juga semua kita!” seru Rm. Andi. “Rakyat mengharapkan perjuangan politikus. Semoga masih ada harapan meski situasi bangsa yang carut-marut. Kalau masih ada politikus yang baik tunjukan buktinya. Pemimpin yang ideal adalah pemimpin yang selain mempunyai arah yang jelas, juga pemimpin yang ber-Tuhan!” kata Rm. Andi di akhir sarasehan diiringi tepuk tangan peserta. Terlihat para peserta begitu antusiasme mendengarkan setiap pendapat yang terlontar. Tidak ketinggalan juga beberapa kaum muda yang ikut dalam menyampaikan suaranya. Demikian bagaimana situasi carut-marut bangsa yang cendrung menunjukan tanda-tanda ke arah kehancuran. Meskipun demikian harapan akan suatu zaman yang lebih baik selalu menjadi kekuatan untuk membangun bangsa Indonesia yang lebih baik lagi. (Anthoni Primus)