Jumat, 19 Agustus 2011

Verlyta Evelyn-Ivan Saba: Fokus Pada Anak



Anak merupakan buah cinta suami istri yang sangat berharga dalam keluarga. Itulah sebabnya anak lantas menjadi “mutiara” yang sangat indah yang patut dijaga dan dirawat perkembangan dirinya. Setiap keluarga tentu saja tidak ingin melewatkan saat-saat indahnya bersama si kecil, “mutiara” kehidupan rumah tangganya. Demikian pun yang  dialami pasangan selebriti Verlita Evelyn Raymond dan Ivan Saba. Bintang sinetron Verlita Evelyn yang populer membintangi sinetron "Cinta Fitri" ini begitu bahagianya menikmati statusnya sebagai seorang ibu bagi putra kesayangannya, Jenoah, yang dilahirkannya pada Mei 2011 lalu, di Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI), Jakarta Selatan. Lengkaplah sudah kebahagiaan pasangan yang sebelumnya mengikatkan janji pernikahan mereka di gereja Christ Cathedral, Serpong, Tangerang pada 6 Februari 2010.
Menyandang status baru sebagai ibu tidak membuat wanita kelahiran Surabaya, 1 Desember 1983 ini merasa  gerah, terutama di  tengah padatnya  jadwal  syuting  sinetron akhir-akhir ini. Bagi darah penyuka segala jenis aliran musik dan penghobi makanan coklat ini, anak merupakan prioritas utama. Terutama karena anak merupakan buah cinta yang sangat berharga dari kisah cintanya dengan Ivan, suami tercintanya. Demikian artis yang telah membintangi aneka sinetron seperti,  “Dan”, “Cinta Fitri Season 1” , “Cinta Fitri Season 2” , “Cinta Fitri Season 3”, “Bukan salah Bunda Mengandung”, “Mimpi Manis 2”, “Aku Bukan Cantik” tersebut  tidak pernah ingin melewatkan begitu saja tahap-tahap perkembangan putranya.  Bahkan di sela-sela  jam  tidur pun, ia tidak pernah merasa keberatan melayani si kecil yang lucu dan mungil tersebut.  “Dia tu lucu kadang minta keluar kamar. Mungkin karena bosan di kamar, kan AC. Mungkin dia gerah, dia kepingin keluar. Mungkin matahari gitu perlu suasana. Jadi kadang menjelang mau tidur, ngantuk tu dia biasa agak rewel tidak lama dia pasti tidur” aku Verlita.
Perhatian Verlita pada putra kesayangan,  yang  namanya diambil dari Kitab Suci tersebut bahkan melampaui hidupnya sendiri. Konon perjuangannya selama melahirkan begitu besar, antara hidup dan mati, namun kehadiran “buah hati” membuat  segala  beban penderitaan pun tidak terasa. Hal tersebut diungkapkan  sang  suami suatu ketika. “Lihat dia aja kita nggak bisa ngapa-ngapain, rasanya luar biasa banget. Tapi begitu dia lihat anaknya, sakitnya hilang, perjuangannya hidup dan mati," pungkas Ivan. Lebih dari itu, Verlita  sendiri  siap untuk  meninggalkan dunia entertaintment untuk lebih fokus pada putranya itu, karena ia berniat untuk memberikan ASI eksklusif pada Jenoah. “Selama aku masih bisa ada many time buat dia ya aku, prioritas utamaku ialah Noah. Tapi ini bukan berarti aku juga terus di rumah, gak ngapa-ngapain gitu. Beberapa minggu ke depan juga udah ada beberapa pekerjaan yang masuk. Cuma aku sekarang lebih selektif aja. Pekerjaan yang lebih memakan waktu terlalu lama jadi mungkin aku ga ambil dulu gitu. Masih ada beberapa items yang perlu tapi mungkin ga apa-apa. Namanya juga orang habis lahirin, ya gitu aku ga terobsesi harus kurus lagi gitu ga pa-pa. tetap aku makan-makanan bergizi karena sampai sekarang kan aku masih ASI buat dia. Jadi aku ga mikirin harus kurus, mikirin makanan yang bagus buat  kurusin badan” ungkap putri pasangan Jerry Renee Raymond dan Indah Kurnia tersebut diamini sang suami. 
                 Terlihat pasangan ini begitu kompak menghayati kehidupan sebagai orangtua yang menyadari tanggung jawab mereka mengasuh Jenoah. Harapan terbesar mereka ialah ingin mempersembahkan kasih sayang yang paling berharga bagi jagoan kecil mereka. Pasangan selebritis ini memahami dengan baik bahwa seorang anak hanya akan bertumbuh dengan baik dalam suasana kelembutan kasih sayang orangtua yang tiada taranya. Dengan merasakan kasih sayang dan perhatian dari keduanya, harapan mereka putranya kelak dapat menjadi anak yang bermanfaan dan mampu menjadi pemimpin yang baik meneladani Nabi Nuh yang begitu terkenal dalam Kitab Suci. Itulah sebabnya nama putra kesayangan mereka diambil dari Kitab Suci, terutama agar si kecil tersebut berkembang sesuai dengan nilai-nilai luhur dalam Kitab Suci, terutama hidup menurut nasehat-nasehat dan ajaran Tuhan Yesus.
                Mengagumkan melihat suasana kehidupan rumah tangga pasangan selebriti tersebut. Tidak salah lagi bahwa nilai-nilai kehidupan iman kristiani cukup begitu kental menjadi fondasi yang kokoh bagi kehidupan rumah tangga artis Verlita Evelyn dan Ivan Saba. Kenyataan ini mengingat banyaknya tantangan hidup berkeluarga dewasa ini yang mempengaruhi robohnya “bahtera” rumah tangga.  Semoga atmosfer kehidupan rumah tangga pasangan harmonis ini menjadi inspirasi bagi perkembangan kehidupan keluarga-keluarga kristiani umumnya. (Primus)

Selasa, 09 Agustus 2011

M. Nazarudin dan Nasib Bangsa Indonesia

Rupanya hobi sepak bola juga memiliki dampak negatif bagi seorang M. Nazarudin, lantaran untuk memenuhi kebutuhan akan hobinya tersebut, Mantan bendahara umum Partai Demokrat  itu tertangkap petugas kepolisian Cartegena, Kolombia, Minggu (7/8) pagi waktu setempat. Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto menegaskan  kembali bahwa penangkapan itu terjadi sekitar pukul 21.00 -22 WIB. "Tadi malam melalui Menlu telah terima informasi dari Dubes kita di Kolombia telah ditangkap seseorang yang dicurigai sebagai saudara Nazaruddin oleh interpol di Colombia. Ia memakai nama Syafruddin," kata Djoko dalam konferensi pers di kantor Presiden Jakarta, Senin kemarin. Berita penangkapan  ini disampaikan  langsung oleh Duta Besar Indonesia  untuk Kolombia Michael Manufandu.
"Selama ini mereka telah bekerja keras melalui polri dan interpol. Selama ini hasil penyelidikan di Cartadena, identik yang kita sebut sebagai yang disebut Nazaruddin. Yang bersangkutan menggunakan paspor dengan identitas palsu dengan nama Syahruddin,"  tambah Joko Suyanto. Karena Polisi Kolombia belum mengenal baik M. Nazarudin, maka Michael segera berangkat dari Bogota ke Cartadena untuk memastikan bahwa pria yang disinyalir mirip M. Nazarudin tersebut benar-benar Nazarudin yang selama ini menimbulkan bumerang di kubu KPK dan Demokrat tersebut. Ketika ditangkap, M. Nazarudin menggunakan nama Syafruddin sesuai yang tertera di Pasport yang dipakainya untuk jalan-jalan ke luar negeri, sambil nonton sepak bola. Nazarudin sendiri mengakui, pada saat hendak ditahan pihak interpol, belia hendak berangkat ke Bogota, ibukota Kolombia untuk menyaksikan laga sepak bola U-20. Ketika hendak ditangkap, M. Nazarudin sempat protes karena merasa tidak bersalah, namun akhirnya ia tidak dapat berbuat apa-apa.
Wakil Duta Besar Bidang Politik KBRI Bogota, Johanes Subagia Made, menyampaiakan bahwa M. Nazarudin saat ini telah berada di tahanan khusus Kepolisian Bogota. Untuk itu, KBRI sedang menyiapkan langkah apa yang perlu diambil guna mengembalikan M. Nazarudin ke tanah airnya, Indonesia. “Intinya kita akan melindungi keselamatan yang bersangkutan.” Ungkap Johanes.
Perihal penangkapan M. Nazarudin diharapkan mampu memberikan titik terang perkara yang sedang dihadapi di Indonesia, terutama untuk menjelaskan dugaan KKN terhadap beberapa petinggi Demokrat dan KPK. Sebagai “otak” permasalahan, M. Nazarudin layak dilindungi keselamatannya 1 kali 24 Jam.  Sementara itu Anggota Komisi III DPR, Martin Hutabarat berujar bahwa penangkapan Nazarudin akan semakin menentukan citra DPR di mata publik, terutama soal tugas-tugas khusus DPR dalam pemerintahan negara. "Terkesan bahwa mafia anggaran itu nyata adanya dan sangat efektif menentukan penggunaan anggaran. Hal ini disebabkan besarnya peranan DPR sekarang ini dalam soal anggaran," kata Martin Hutabarat, selasa kemarin. Menurutnya DPR selama ini cendrung menyibukan diri dengan tugasnya hanya sebagai pengawasan dan pembuatan Undang-undang, lantas fungsi sebagai penentu anggaran hanya ditangani segelintir orang. Sehingga tidak menutup kemungkinan adanya penyelewengan pihak tertentu. "Fungsi ketiga DPR hanya dijalankan oleh segelintir orang anggota DPR yakni penentuan anggaran. Dengan demikian tertangkapnya Nazaruddin adalah momentum yang tidak boleh terlewatkan dalam usaha bersih-bersih di DPR kalau Kita sungguh-sungguh berniat mau memperbaiki nasib bangsa ini ke depan," tegasnya lagi.
Argumen Martin Hutabarat patut diacungi jempol, mengingat situasi  DPR pasca menghilangnya Nazarudin seperti carut-marut dan tidak meyakinkan. Untuk itu, keterangan yang akan diberikan oleh Nazarudin sebelumnya melalui media perlu diklarifikasi kembali berikut “kunci” persoalannya sudah tertangkap. (Jakarta-Anthoni Primus)




Ramadhan Pemicu Naiknya Harga-Harga Bahan Pokok Kebutuhan Hidup Manusia?

Beberapa hari terakhir di awal Ramadhan BBM dan bahan pokok kebutuhan hidup, khususnya di beberapa kota semakin berkurang, terutama di Maumere semakin sulit dikonsumsi masyarakat. Bahkan antrian kendaraan memadati beberapa pusat SPBU Sikka, lantaran sebagian dari SPBU tersebut telah kehabisan stok BBM. Kondisi tersebut sangat meresahkan masyarakat Sikka. Hingga saat ini, kondisi tersebut masih belum dapat ditangani oleh Pemda Sikka. Harga BBM seolah-olah menjadi barang yang langka.  

Sulitnya mendapatkan BBM memicu kenaikan harga beberapa bahan pokok kebutuhan hidup, bahkan tarif BBM sendiri pun terpaksa harus dinaikan harganya perliter. Dilaporkan di Maumere harga BBM telah mencapai Rp. 7000,- perliter.
Sementara itu di DPR Pusat, Dito Ganinduto, Anggota Komisi VII DPR dari Fraksi Partai Golkar, mengusulkan untuk menaikan tarif BBM bersubsidi jenis premium dan solar sebesar Rp. 1.000 per liter. "Selama tidak ada kenaikan harga, kuota BBM bakal terus berlebih," katanya di Jakarta, Minggu 7 Agustus 2011. Pertimbangan ini menyusul perkiraan kuota BBM bersubsidi akan mencapai 41,3 juta kiloliter atau berlebih sekitar dua persen dibanding APBN Perubahan 2011 sebesar 40,49 juta kiloliter. Padahal, angka 40,49 juta kiloliter sudah merupakan tambahan kuota BBM dari sebelumnya 38,6 juta kiloliter dalam APBN 2011.
            Kemungkinan penaikan harga BBM juga dimaksudkan untuk mengantisipasi maraknya penyalahguaan BBM bersubsidi tersebut yang sulit dicegah. Sementara itu, Menkokesra, Agung Laksono mengungkapkan kenaikan aneka bahan pokok kebutuhan hidup, terutama BBM merupakan hal yang wajar di bulan Ramadhan dan setiap jelang hari raya. Kenyataan ini dianggap sebagai suatu kewajaran karena sudah menjadi hal biasa setiap tahun.
"Tentu saja kenaikan dalam batas-batas wajar sudah biasa terjadi dalam menghadapi bulan Ramadan, Lebaran, Natal dan tahun baru," ujar Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat, , usai peresmian program 'Ekspedisi Kesra Nusantara 2011' di Kolinlamil AL, Tanjung Priok, Jakarta, 7 Agustus 2011
lalu.
            Demikianlah sikap pemerintah menghadapi persoalan masyarakat Indonesia selama ini. Karena persoalan yang dihadapi sudah dianggap biasa, lantas apakah tidak ada perubahan kebijakan untuk lebih menyejahterakan masyarakat. Kalau semua pemerintah berpendapat seperti Menkokesra tersebut, dikawatirkan kehidupan masyarakat Indonesia hanya akan berjalan statis tanpa ada perkembangan yang signifikan.
Menkokesra, Agung Laksono
Menyinggung soal stok bahan makanan, Agung Laksono, mengungkapkan bahwa persediaan masih mencukupi dan bahkan akan diimport lagi. "Stok nasional itu sudah cukup, beras sudah lebih dari cukup. Di bulog (stok beras) sekitar 1,5 juta ton dan bahkan akan diimpor lagi," ujar  Agung Laksono. Sementara itu, kementerian perdagangan melaporkan kemungkinan kenaikan bahan pokok kebutuhan hidup akan terus melambung, terutama di puncak Ramadhan. "Karena para pedagang sudah banyak yang mudik, sehingga harga kemungkinan akan kembali melambung," kata Gunaryo saat dihubungi beberapa hari lalu. Kementerian perdagangan terus akan melakukan pantauan terhadap perkembangan kenaikan harga bahan pokok di seluruh Indonesia.
Terlihat pemerinta tidak begitu antusias terhadap kesulitan yang dialami masyarakat di daerah-daerah. Alasan yang terlontar ialah karena semua itu sudah menjadi kebiasaan bahwa ada kesulitan-kesulitan yang demikian menjelang hari raya. Pemahaman yang demikianlah sangat disayangkan, mengingat Indonesia sampai saat ini belum mengalami perubahan kebijakan-kebijakan yang mengedepankan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Namun tetap wajar jika antusiasme pemerintah tidak begitu menjanjikan sebab mereka tidak mengalami secara langsung bagaimana kesulitan yang dialami masyarakat Kabupaten Sikka dan juga di daerah-daerah lainnya. (Anthoni Primus).

Senin, 08 Agustus 2011

Rubiah Pasionis Indonesia: “Ketika Sang Mempelai Mengikatkan Janji Setianya”

Salib dan mahkota kesengsaraan merupakan kebanggaan seorang Pasionis
Minggu, 7 Agustus 2011 Pertapaan Rubiah Pasionis St. Paulus dari Salib begitu hening dan tenang, namun di Kapel Rubiah Pasionis terlihat begitu meriah dengan aneka dekorasi bunga-bunga berwarna. Sejenak terlihat umat berbondong-bondong mulai memadati Kapel yang sederhana tersebut. Hari yang cerah itu menjadi momen penting bagi Rubiah Pasionis Indonesia tatkala seorang Novis mengikrarkan Kaul Perdananya menghayati secara mendalam spiritualitas Sengsara Kristus. Sr. Maria Yasinta dari Hati Yesus Yang Mahakudus, CP., demikian namanya disebut oleh Provinsial Pasionis Indonesia, P. Sabinus Lohin, CP ketika memimpin perayaan Ekaristi pengikraran Kaul perdana putri bungsu dari 6 bersaudara tersebut. Di samping P. Sabinus Lohin sebagai selebran utama di dampingi juga oleh P. Mikhael D. Lodo, CP dan P. Ligorius, CP serta 5 imam lainnya. Mengusung motto hidup kebiaraan “Apa gunanya seorang memiliki seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya” (Mrk  8:36), Sr. Yasinta, CP begitu mantap mengikrarkan janji setianya pada Kongregasi Rubiah Pasionis  melalui Superior Pertapaan Rubiah Pasionis Malang, Sr. Maria Veronika, CP. Pengalaman tersebut  bagi Suster asal Boawae, Kabupaten Nagekeo ini dialami sebagai suatu penyelenggaraan Ilahi. Mengapa? Panggilan Suster yang dikenal sangat sederhana ini terbilang begitu unik. Sebelum memulai petualangan rohaninya di Pertapaan Rubiah Pasionis Malang, Sr. Yasinta telah bekerja sebagai karyawati Rumah Sakit Lela, Maumere selama 10 tahun. Selama itu, Sr. Yasinta terus-menerus disapa oleh suara-suara kecil yang memanggilnya untuk membhaktikan hidup hanya bagi Tuhan. Suara-suara itu seolah-olah menuntunnya berkenalan dengan kehidupan kontemplatif Rubiah Pasionis. Sr. Yasinta mengakui mengenal Rubiah Pasionis Pertama kali melalui seorang sahabatnya sesama karyawati. Pengenalan itu mengantarnya untuk berjumpa dengan  Misionaris Rubiah Pasionis. Oleh karena perjumpaan itulah Sr. Yasinta pun mengalami “jatuh cinta” pada kehidupan kontemplatif Rubiah Pasionis. menjawabi cinta pertamanya itu, sejak tahun 2007, Suster yang dikenal tenang ini memulai hidup sebagai pertapa Rubiah Pasionis.
“Saya mengucapkan syukur kepada Tuhan Yesus yang telah memanggil saya untuk menjadi mempelai-Nya” demikian Sr. Yasinta mengawali kata sambutannya. “Saya mohon berkat kepada Tuhan, dan kepada semua imam agar saya dapat menghayati panggilan dalam rahmat Tuhan” ujar Sr. Yasinta di penghujung sambutannya.
Doa menjadi sumber utama yang mengantar kepada persekutuan cinta dengan Sang Tersalib

Sementara itu mewakili keluarga, Kakak perempuan Suster Yasinta menyampaikan syukur atas terpilihnya salah satu dari anggota keluarga mereka untuk bekerja di “Kebun Anggur” Tuhan. “Keluarga sangat berharap melalui kaul ini Suster tetap setia pada panggilan yang dipercayakan. Janji bukan sekedar janji, tetapi harus dipertanggungjawabkan. Pesan keluarga, jika Suster merindukan keluarga, bawalah seluruh keluarga dalam doa-doa Suster” Demikian ujar Kakak Suster Yasinta. Kebahagiaan, tidak hanya menyelimuti keluarga, namun terlebih juga memberikan semangat bagi komunitas dalam mewartakan Semangat Sengsara Kristus lewat kehidupan kontemplatif, penuh laku-tapa yang tidak mudah. Hal ini mengingat banyak orang yang pergi meninggalkan hidup membiara lantaran merasa tidak mampu menghayatinya. Untuk itu, Sr. Maria Veronika CP, Superior Rumah menyampaikan terima kasih atas segala dukungan dari berbagai kalangan terhadap panggilan hidup yang dinilai banyak orang “sangat ketat” tersebut. “Urapan tangan Tuhan kami rasakan melalui bantuan tangan kalian!” seru Sr. Veronika. Superior yang murah senyum tersebut menjelaskan panggilan Pasionis berpuncak pada kekudusan. “Menanggapi panggilan Pasionis berarti menjadi kudus atau tidak sama sekali. Kalau mau menjadi Pasionis berarti mau menjadi Kudus. Suster Yasinta dipanggil kepada kekudusan. Marilah berdoa agar setia menjadi saksi Iman meneladani para martir. Suster Yasinta bukanlah martir yang menumpahkan darah, tetapi menjadi martir cinta. Panggilan Pasionis berarti panggilan kepada cinta yang hadir melalui Pewartaan Sengsara Yesus Kristus!” pungkas Sr. Veronika disambut tepuk tangan umat yang hadir dari kalangan awam, imam, biarawan dan biarawati. Di puncak perayaan Ekaristi, P. Sabinus Lohin, CP., menyampaikan amanat berkat apostolik dari Bapa Suci, Paus Benediktus XVI bagi Sr. Maria Yasinta, CP.

 
Sr. Maria Veronika, CP., Superior Pertapaan Rubiah Pasionis Malang

Perayaan yang dijadwalkan mulai pukul 09.00 WIB tersebut dimeriahkan oleh paduan suara para Frater Student Pasionis dan dibantu oleh Suster (aktif) St. Paulus dari Salib. Suasana kegembiraan seakan-akan memenuhi seluruh kompleks Pertapaan, menyambut seorang keluarga baru St. Paulus dari Salib yang rela menyatakan niat bhakti untuk tenggelam dalam lautan Penderitaan Kristus secara lebih dalam, menjadi “mempelai” Sang Tersalib. Antuasiasme umat dan para hadirin begitu mengagumkan, rasa bangga bercampur keharuan membius seluruh hadirin, terutama ketika menyaksikan “sang mempelai” mengitari kompleks pertapaan dengan memanggul salib dan bermahkota duri di kepala, sebagai tindakan simbolis devosi kepada Kristus yang menderita. Usai perayaan Ekaristi, rangkaian upacara ikrar Kaul Perdana tersebut ditutup dengan resepsi bersama dalam suasana persaudaraan dan kekeluargaan.
Saat ditemui oleh Anthoni Primus, dari Majalah Keluarga Kana usai perayaan Ekaristi, Sr. Veronika mengungkapkan kebahagiaan besar komunitas Rubiah Pasionis, terutama di tengah kurangnya panggilan hidup kontemplatif dewasa ini. “ini merupakan kegembiraan besar bagi kami, karena dari keluarga, kita menerima anggota baru. Itu juga memberikan kekuatan kepada kami karena anggota  kami hanya sedikit. Dengan masuknya Sr. Yasinta kami merasa bahwa Tuhan masih mendengarkan permohonan kami untuk terus melanjutkan karya utama kami, yakni doa” ucap pemimpin Pertapaan yang dihuni oleh 7 Rubiah tersebut. Pada kesempatan yang berbeda, Sr. Yasinta mengungkapkan harapannya kepada umat agar selalu menghidupi Semangat Sengsara Yesus Kristus, khususnya dalam keluarga. Ketika terjadi pertengkaran, penolakan oleh suami/istri atau pasangan hidup, orang dapat menghayati penderitaannya  itu sebagai partisipasi pada Sengsara Yesus. Dengan demikian orang dapat memahami arti penting penderitaan dalam hidup dan mampu melewatinya. Harapan ini sesuai dengan tulisan indah yang terpampang di bawah salib depan Altar Pertapaan Rubiah yang selalu menyapa umat atau siapa pun yang mengunjungi pertapaan, “Semoga Sengsara Yesus Selalu Berada Di Dalam Hati Kita”. (Anthoni Primus)
           

Sabtu, 06 Agustus 2011

KERAJAAN KANGAE JATUH KE TANGAN BELANDA

Kangae adalah sebuah kerajaan tradisional, yang didirikan oleh Moa Bemu Aja, seorang keturunan RaE Raja asal dari Banggala-Siam Umalaju (Bangladesh) seputar tahun 900, wilayahnya mencakup wilayah Hook Hewer Kringa, Werang, Doreng, Waigete, Wolokoli, Hewokloang, Ili, Wetakara, Nele, Koting dan Nita, atau disebut Nulan Ular Tana Loran. Kerajaan KangaE mencatat 38 Raja Adat dan seorang Raja Koloni Belanda yakni Ratu Nai Juje (1902-1925).
Pada tahun 1600-an Portugis mendirikan kerajaan Sikka diNatar Sikka dan kerajaan Nita di wilayah Hoak Hewe Nita. Dengan demikian sejak tahun 1600-an Nuhan Ular Tana Loran telah terbagi atas 3 wilayah kerajaan yakni kerajaan tradisional KangaE Aradae, dan 2 kerajaan koloni Portugis yakni kerajaan Sikka dan kerajaan Nita.
Pada tahun 1859 Portugis dan Belanda mengakhiri persengketaan mereka atas tanah jajahan di wilayah Hindia Timur, melalui kesepakatan Lisabon. Portugis menyerahkan Hindia Timur kepada Belanda kecuali Tomor-Timur. Dengan itu Belanda mulai berusaha masuk ke Hindia Timur termasuk Sunda Kecil ( Nusa Tenggara). Namun Belanda masih menghadapi perlawanan dari raja-raja setempat. Kerajaan Sikka dan Nita sebagai koloni Portugis, baru secara resmi diserahkan kepada Belanda pada 11 September 1885. Raja Andreas Jati da Silva dilantik menjadi Raja Sikka. Dan raja Juang Ngaris da Silva dilantik menjadi Raja Nita. Wilayah Kerajaan Sikka yang meliputi Natar Sikka kini bertambah luas dengan masuknya Hoak Hewer Kotin dan Nele ke Kerajaan Sikka. Dengan ini ibu kota kerajaan Sikka dipindahkan dari Natar Sikka ke Nuba Nanga Alok Wolokoli, yang kemudian menjadi Kota Maumere.
Kerajaan KangaE dengan 8 wilayah Hoak Hewernya menolak kedatangan penjajah Belanda ke Nuhan Ular Tana Loran. Karena itu dengan bantuan Raja Andreas Jati da Silva, Belanda mengerahkan pasukan MARSESE-nya untuk menyerang kerajaan KangaE dan daerah takluknya yaitu Kringa, Werang, Waigete, Doreng, Wolokoli, Hewokkloang, Ili, dan Wetakara.
Kisah penyerangan terhadap Kerajaan KangaE itu dapat dipaparkan sebagai berikut:
1. Penyerangan ke Kringa
2. Penyerangan ke Hewokloang
3. Penyerangan ke Waigete
4. Penyerangan ke Natar KangaE
5. Penyerangan ke Werang
6. Tiga Kerajaan dilebur jadi Satu
1. PENYERANGAN KE KRINGA.
Seputar tahun 1893 Pemerintah Koloni Belanda memerintahkan Raja Andreas Jati da Silva untuk menyerang wilayah Hoak Hewer Kringa. Mula-mula diutus 2 orang mata-mata bernama Ramu dan Leba untuk mengintai keadaan dan kekuatan orang Kringa. Tana Puan Gete Kringa bernama Moan Beto mencium bau adanya mata-mata itu maka adiknya Moan Blero diperintahkan untuk membunuh Moan Ramu dan Moan Leba. Tempat kejadian pembunuhan itu sekarang dikenal dengan nama Natar Leba. Karena itu dikirimlah pasukan MARSESE di bawah komando Raja Andreas Jati da Silva, menyerang Kringa. Pertempuran sengit terjadi di dataran Nebe, namun kemudian Moan Beto dan Blero berhasil ditangkap masukan Marsese. Beto dan Blero menyatakan takhluk kepada Belanda dengan membayar rampasan perang berupa batang gading dan gong, serta tanah dataran Nebe.
Perlawanan itu dikenang sebagai Sejarah Perlawanan Beto Blero di Kringa. Mereka telah tiada, namun mereka adalah pejuang lokal yang menolak penjajahan di atas dunia. Mereka mewariskan nilai-nilai kepahlawanan cinta tanah air dan kerelaan berkorban untuk membela nusa dan bangsa. Masyarakat Kringa patut berbangga memiliki pahlawan kemerdekaan tanpa tanda jasa dan lencana perjuangan.
2. PENYERANGAN KE WAIGETE
Pada tahun 1898 Raja Andreas Jati da Silva wafat, maka penyerangan terhadap kerajaan KangaE dialihkan ke tangan penggantinya Raja Yoseph Mbako II da Silva. Seputar tahun 1900 datanglah laskar MARSESE di bawah komando Raja Yoseph Mbako II da Silva ke Waigete. Raja memanggil Tana Puan Gete di Hoak Hewer Waigete bernama Moan Jawa Baoleng. Tana Puan Jawa Baoleng menolak undangan Raja. Maka secara paksa laskar Marsese menjarah 5 batang gading dari rumah Tana Puan Baoleng. Pertempuranpun tak terelakkan, dan pasukan Waigete di bawah komando Moang Baoleng, mengejar pasukan Marsese sampai masuk kota Maumere. Akhirnya Post Houder dapat melunakan hati Moan Baoleng, sehingga beliau menyatakan takhluk.
Perlawanan Tana Puan Gete Moan Jawa Baoleng disebut juga Perlawanan Jawa Umok yang artinya perlawanan Moan Jawa dari Puncak Gunung Api ( Gunung Egon ). Jawa Baoleng seorang pejuang dan pemberani. Beliau punya semangat juang cinta tanah air, memiliki kerelaan berkorban demi nusa dan bangsa. Jawa Baoleng patut dikenang sebagai pahlawan daerah tanpa tanda jasa dan tanpa menyandang lencana kehormatan.
3. PENYERANGAN KE HEWOKLOANG
Seputar Oktober 1902 Belanda minta bantuan laskar dari kerajaan Larantuka. Raja Larantuka mengirim laskar dari Solor, dan menancapkan bendera Belanda di dataran Namang Kewa. Masyarakat Hoak Hewer Hewokloang di bawah komando Moan Raja Juje melakukan perlawanan dan mencabut bendera Belanda. Terjadilah pertempuran sengit di dataran Namang Kewa. Namun akhirnya pasukan Hewokloang terpukul mundur. Sekitar akhir Oktober 1902 pasukan Solor sudah menembus masuk kampunh Heo, Kewa, dan Hewokloang. Rumah-rumah penduduk dibumihanguskan dan pasukan Hewokloang yang ditemukan dibantai oleh laskar Solor. Tinggal kenangan di benak masyarakat Hewokloang ialah Perlawanan Namang Jawa yang artinya Perang melawan orang Jawa da dataran Namangkewa. (Orang Jawa Larantuka)
Darah para pahlawan leleuhur Hewokloang membasahi bumi Hoak Hewer Hewokloang demi cinta Tanah Air dan kerelaan berkorban demi Nusa dan Bangsa. Mereka menjadi bunga-bunga bangsa tanpa tanda jasa dan lencana kehormatan. Semangat dan nilai kebangsaan yang mereka wariskan patut diteladani.
4. PENYERANGAN TERHADAP NATAR KANGAE.
Natar KangaE adalah ibukota Kerejaan KangaE yang pada saat itu diperintah oleh Ratu Keu Nago, Raja Adat ke-38 atau terakhir ( +1876-1902). Setelah menakhlukan Kringa, Waigete, dan Hewokloang, penyerangan mulai diarahkan ke pusat kerajaan di Natar KangaE Hoak Hewer Ili. Menurut tuturan lisan kakek Mitan Nago dan dilanjutkan Om P.Y Bapa, Yosep Jeng, dan Gervasisus Gaing, bahwa penyerangan itu terjadi 2 hari sebelum wafatnya Raja Yoseph Mbako II da Silva. Karena itulah diduga penyerangan terhadap KangaE terjadi pada 26 Nopember 1902. Kisah penyerangan itu masih diwariskan dalam bentuk Duan Moan Latung Lawang sebagai berikut:
Ama Moan Keu Nago – Ayahanda Keu Nago
Ratu reta deri lepo – Ratu pewaris takhta
Raja reta gera woga – Raja penerus suku
Jong Lolong Bako Bait – Kapal armada Bako Bait
Lolong Bait Bako Sikka – Armada pahit Bako Sikka
Ratu Reta Lepo Brinet – Keratuan Sunyi Senyap
Raja reta Woga nelar - Kerajaan kosong melompong
Jong Lolon Bako Bait – Kapal armada Bako yang kejam
Ratu nian dadi nurak – Keratuan porak-poranda
Raja Tana dadi lalang – Kerajaan hancur berantakan
Bewu Kewut Lait Labang – Penuh debu dan sarang laba-laba
Tawa tana pleho waen - Anak tana berkhianat
Rebang bura reba ra – Anjing putih datang menindas
Raja mitan klako kepor – Anjing hitam ketakutan
Gala mitan goen gaet – Tinta hitam tergoreskan
Ia gu demen – Lalu terjadilah
Tawa Tana Nurak Lalang- Bumi asli berantakan
Ratu gala mitan – Keratuan berdasarkan tulisan
Raja mitan leda bura- Kerajaan hitam di atas putih
Ratu Nai gapu api – Raja Nai memanggul senjata
Lau Tuan Kloangpedat – Di hutan Kloangpedat
Waipare Watumilok – Waipare Watumilok
Ratu Nai Juje – Ratu Nai Juje
Ratu lau hera watan- Ratu di pesisir pantai
Raja lau bura Jong- Raja di Kapal orang Putih
Kisah tradisi lisan ini dilengkapi dengan tuturan lisan kakek Mitan Nago sebagai saksi sejarah maka penyerangan terhadap kangaE ini dapat diperjelas sebagai berikut:
1. Pada masa itu Kerajaan KangaE diperintah oleh Ratu Keu Nago Raja KangaE ke-38 (_+1876-1902 ) dan adalah raja adat KangaE terakhir. Seputar 26 Nopember 1902 datanglah ”Jong Lolong Bako Bait”( kapal armada yang dipimpin Bako Bait )
Kapal armada Bako Bait itu memuat laskar MARSESE di bawah komando Raja Yoseph Mbako II da Silva, bertolak dari Maumere menuju Waipare. Dari Waipare Ratu Bako Sikka bersama Moang Nai Juje (saudara sepupu Ratu Keu Nago) dikawal pasukan berkuda menuju markas penyerangan di kampung Bei. Sedangkan serdadu Marsese mulai melakukan penyisiran dua arah yaitu pertama Waipare-Kahat Ili-Detun-KangaE dan ke dua arah Waipare- Natar Werut (Orin Mude), Lihantahon-Paurau-Nitun-KangaE. Bedil berbunyi serempetan, rakyat tunggang langgang berlarian menyembunyikan diri. Di Natar KangaE tinggal Ratu Keu Nago dan beberapa pengawalnya yang setia. Sama sekali tidaka ada perlawanan dari Ratu Keu Nago agar tidak terjatuh banyak korban. Ratu Keu Nago menyarahkan diri dan menyerahkan tongkat kerajaan , mahkota lado balik, dan medali Wuli Jedo kepada Saudara sepupunya Moan Nai Juje. Ratu Keu Nago dituntut membayar rampasan perang berupa gading dan emas. Konon diserahahkan 30 bala repan (gading sedepa ) dan emas 30 sodu (tas dari anyaman daun lontar ). Tidak terhitung gading kecil dan emas dari rumah-rumah penduduk dijarah oleh laskar Marsese. Semua MAHE (batu memgalit) wisung diporak-poarandakan. Hanya tersisa ialah sebuah batu sesajen dari geraham Gajah (WATU MAHANG GAHAK AHANG), sebuah arca Budha (WATU DEOT) dan benang tenunan (GORE KAPA BEKOR). Dan harta yang paling indag yang tak dapat diporak-porandakan ialah NARUK DUAN MOAN LATUNG LAWANG sebagai warisan turun termurun. Ratu Keu Nago dilucuti bahkan diperlakukan secara kasar/ditempeleng oleh Ratu Bako. Ratu Bako Raja yang pahit (kejam). Ratu Keo Nago hanya menatap wajah Ratu Bako dengan tenang dan senyum, sambil bibirnya kimat-kamit. Tidak diketahui apa yang dikatakannya. Pada 27 Nopember 1902 Ratu Bako menuju Leku. Malamnya beliau terserang sakit perut. Besoknya 28 Nopember 1902 dalam perjalanan menuju Bola Raja Don Yosephus Mbako II da Silva menghembuskan nafasnya yang terakhir.
2. Kapal armada Bako Bait telah membuat Kerajaan KangaE hancur berantakan melalui sebuah politik adu domba antara Ratu Keu Nago dengan sepupunya Moan Nai Juje sehingga Belanda dapat menguasai dan menjajah Kerajaan KangaE melalui kontrak Korte Verklaring yang ditandatangani pada 8 Desember 1902.
3. Raja Nai Juje menjadi Raja Koloni Belanda berdasarkan sebuah Kontrak Korte Verklaring(= Sebuah kontrak perjanjian pendek yaitu memberi monopoli dagang bagi Belanda) dan mengakui kedaulatan Belanda atas Kerajaan KangaE Raja Nai Juje menjadi Raja KangaE ke-39 dan satu-satunya Raja Koloni Belanda di Kerajaan KangaE. Beliau memerintah Kerajaan KangaE dari 8 Desember 1902 sampai dengan 14 Nopember 1925. Kerajaan KangaE menamatkan riwayatnya karena 3 kerajaan di wilayah Onderafdeling Maumere (Sikka, Nita, dan KangaE) dilebur menjadi satu dengan nama Kerajaan Sikka dengan Rajanya Don Yosephus Thomas Ximenes da Silva.
Kerajaan KangaE adalah sebuah Kerajaan tradisional yang berkiprah di Nuhan Ular Tana Loran selama kurang lebih 1025 tahun (900-1925) dengan memiliki 39 Raja yang masih dapat dituturkan secara utuh dan kronologis.
5. PENYERANGAN TERHADAP WERANG
Sejak 8 Desember 1902 kerajaan KangaE secara resmi takhluk kepada penjajah Belanda dengan ditandatangani kontrak Korte Verklaring oleh Ratu Nai Juje. Rupanya penandatanganan kontrak Korte Verklaring itu berkaitan dengan kesepakatan perbatasan wilayah Onderafdeling, yang berdampak terhadap batas-batas wilayah kerajaan.
5.1 Perbatasan Onderafdeling Maumere dan Flores Timur
a. Wilalyah Muhan dari Kerajaan Larantuka Onderafdeling Flores Timur ditarik masuk distrik Kringa/Kerajaan kangaE/Onderafdeling Maumere.
b. Wilayah Hewa dari distrik Werang Kerjaan KangaE/Onderafdeling Maumere ditarik masuk ke Kerajaan Larantuka/Onderafdeling Flores Timur.
5.2 Distrik Doreng dan Wolokoli masuk Kerajaan Sikka wilayah Hoak Hewer Doreng dan Wolokoli ditarik dari kerajaan KangaE dan dimasukkan ke Kerajaan Sikka, dengan nama Wilayah distrik Doreng dan Wolokoli.
5.3 Perbatasan Onderafdeling perbatasan Maumere dan Ende
a. Pulau PaluE, wilayah Bu-Mbengu, dan Mego Wena ditarik dari kerajaan Lio Lise dan dimasukkan ke Kerajaan Sikka.
b. Wilayah Mego Wawo (Magepanda) ditarik dari kerajaan Lio Lise/Onderafdeling Ende dan dimasukkan ke kerajaan Sikka/Onderafdeling Maumere.
Meskipun demikian seorang perempuan dari wilayah Krowin (Kringa Werang) bernama Dua Toru yang adalah Tana Puan Gete di Hoak Hewer Werang, masih terus menolak kedatangan penjajah Belanda. Raja Nai Juje diperintahkan Belanda untuk menyerang parlawanan Werang dibawah komado Dua Toru pejuang dari Werang itu. Tentara Warsese mulai menyisir rumah penduduk mulai dari Nangahale, Tuabaao, dan Natamage. Rakyat berlarian, rumah penduduk dibumihanguskan. Di Tuabao terjadi pertempuran sengit antara pasukan Marsese dengan Pasukan Dua Toru. Seputar bulan Agustus 1912 Dua Toru tertembak peluru yang menembusi dadanya. Pasukkan Werang lari berhamburan menyembunyikan diri. Sebagai rampasan perang dataran Nangahale diserahkan menjadi milik Belanda.
Dua Toru seorang perempuan Krowin (Tana Ai) telah menunjukan kesetaraan gender, menjadi pejuang dan pemberani yang sungguh mencintai Tanah Air dan rela berkorban demi nusa dan bangsanya di Werang.
Dengan demikian sejak tahun 1912 Belanda telah secara penuh menguasai Wilayah Nuhan Ular Tana Loran dan ditambah PaluE, Lio, dan Muhan.

6. Tiga Kerajaan Dilebur Jadi Satu Kerajaan.
Seputar tahun 1925 Raja Nai Juje dari kerajaan KangaE dan Raja Don Yuan da Silva dari Kerajaan Nita, sudah memasuki usia yang lanjut. Belanda ingin melakukan penghematan biaya, maka diambillah langkah kebijakkan, untuk melebur 3 kerajaan Sikka, Nita, dan KangaE menjadi satu Kerajaan saja. Ratu Nai Juje dipensiunkan setelah memerintah Kerajaan KangaE selama 23 tahun (1902-1925). Raja Don Yuan da Silva dipensiunkan setelah memerintah Kerajaan Nita selama 16 tahun (1909-1925). Kini hanya ada satu kerajaan di wilayah Onderafdeling Maumere, dengan Rajanya Don Yosephus Thomas Ximenes da Silva, yang dilantik pada 14 Nopember 1925.
Dan sejak itu tamatlah riwayat kerajaan kerajaan KangaE dan Nita.
Kewapante, 15 Mei 2011
LONGGINUS DIOGO

Tepat, Sikap Bupati Sosi

Bupati Sikka Sosimus Mitang
Kasus Utang Pihak Ketiga di Sikka
Oleh Frans Anggal

Bupati Sikka Sosimus Mitang mengambil sikap: tidak membayar utang pihak ketiga sampai ada kepastian hukum dari kejaksaan atau Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tentang status utang itu. Sikap ini disampaikannya dalam rapat dengar pendapat dengan DPRD Sikka, Rabu 6 Juli 2011 (Flores Pos Jumat 8 Juli 2011).

"Bagaimana saya bayar? Harus ada pengakuan bersama tentang status utang ini utang siapa. Ini harus jelas secara hukum setelah berurusan dengan KPK atau kejaksaan," katanya.

Pihak ketiga yang dimaksud adalah Usaha Dagang (UD) 2000 milik Suitbertus Amandus. Besarnya pinjaman Rp7,4 miliar. Digunakan Bagian Kesra Setda Sikka sebagai dana bansos 2009. Telah dikembalikan Rp3 miliar, sisa Rp4,4 miliar. Belakangan BPK Perwakilan NTT mengungkapkan adanya dugaan korupsi dalam pengelolaan dana bansos 2009 senilai Rp10,7 miliar. Termasuk di dalamnya, utang-piutang dengan pihak ketiga.

Utang-piutang ini tidak prosedural. Tidak atas persetujuan DPRD. Juga, menurut Bupati Sosi Mitang, tidak atas pengetahuan dan persetujuannya. Demikian pula halnya dengan pengembalian Rp3 miliar kepada UD 2000 dari total pijaman Rp7,4 miliaran. Tidak atas pengetahuannya.

Pernyataan bupati ini berbeda dengan temuan pansus DPRD. Meski prosedural (tidak sepersetujuan DPRD), kata pansus, peminjaman dari pihak ketiga ini nyata dilakukan Yosef Otu selaku Bendahara Pengeluaran Pembantu pada Bagian Kesra. Peminjaman itu atas nama Bagian Kesra Kabupaten Sikka. Peminjaman itu pun atas pengetahuan dan persetujuan bupati.

Mana yang benar? Pernyataan bupati ataukah pernyataan pansus? Ini yang perlu dipastikan jawabannya. Karena kasus ini sudah masuk dalam proses hukum, maka pemastian yang dinantikan adalah pemastian hukum. Apakah benar atau terbukti secara sah dan meyakin utang-piutang dangan pihak ketiga itu sepersetujuan bupati?

Kalau jawabannya: benar/terbukti secara sah dan meyakinkan utang-piutang itu sepersetujuan bupati, maka pertanyaan berikutnya adalah ini. Apakah dapat dibenarkan, bupati/pemkab harus melunasi utang pihak ketiga hanya karena utang-piutang itu disetujui bupati meski tanpa persetujuan DPRD?

Kalau jawabannya: tidak benar atau tidak terbukti secara sah dan meyakinkan utang-piutang itu sepersetujuan bupati, maka pertanyaan berikutnya adalah ini. Apakah dapat dibenarkan, bupati/pemkab harus melunasi utang pihak ketiga meski utang-piutang itu tanpa persetujuan bupati dan DPRD?

Kepastian jawaban atas pertanyaan itulah yang ditunggu. Bupati menunggunya dari proses hukum di kejakasan atau KPK. Dari kejaksaan, karena kasus dana bansos, termasuk di dalamnya utang pihak ketiga, telah dilaporkannya ke Kejari Maumere, akhir Mei 2011. Penanganan oleh kejari sudah sampai pada tahap penyelidikan. Penanganan selanjutnya diambil alih oleh Kejati NTT.

Bupati juga menunggu kepastian hukum dari KPK, karena DPRD Sikka telah berkeputusan merekomen¬dasikan penanganan kasus dana bansos diambil alih KPK. Senin 11 Juli 2011, sebanyak 11 anggota DPRD dan beberapa staf sekretariat dewan ke Jakarta, menyerahkan rekomendasi ke KPK.

Tampak di sini, Bupati Sosi cermat. Ia tidak gegabah melunasi utang pihak ketiga, yang statusnya belum jelas secara hukum, karena sedang diproses secara hukum. Sebuah sikap yang tepat.

”Bentara” FLORES POS, Sabtu 9 Juli 2011

Bansos Sikka Di-KPK-kan?

Mempertimbangakn Alasan DPRD Sikka
Oleh Frans Anggal

DPRD Sikka memutuskan, kasus dana bantuan sosial (bansos) tahun 2009 yang dikelola Bagian Kesra Setda Sikka senilai Rp10,7 miliar ditangani Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Hal itu tertuang dalam SK Nomor 22/DPRD/2011 tanggal 4 Juli 2011. DPRD sendiri akan mengantarnya ke KPK. Dasar keputusannya adalah rekomendasi pansus DPRD, pendapat akhir fraksi, dan desakan elemen masyarakat (Flores Pos Selasa 5 Juli 2011).

Menurut hasil kerja pansus, pengeloaan dana bansos Rp10,7 miliar ditandai pembuatan kuitansi fiktif, pencairan dana yang tidak sesuai dengan prosedur, dan utang pihak ketiga. Apabila ditambah dengan total utang pihak ketiga Rp8,7 miliar, perkiraan kerugian negara mencapai Rp19,7 miliar.

Utang pihak ketiga, kata pansus, walau tidak prosedural, nyata dilakukan oleh Yosef Otu selaku Bendahara Pengeluaran Pembantu pada Bagian Kesra, atas nama Bagian Kesra Kabupaten Sikka, serta atas pengetahuan dan persetujuan bupati.

Ini poin penting: atas pengetahuan dan persetujuan bupati! Poin inilah yang sesungguhnya menentukan mengapa kasus dana bansos harus ditangani oleh KPK, bukan oleh Kejari Maumere. Kejari sendiri sedang menangani kasus ini setelah adanya laporan dari Bupati Sosimus Mitang akhir Mei 2011.

UU Nomor 30 Tahun 2002, Pasal 9, menyatakan pengambialihan penyidikan dan penuntutan dilakukan KPK manakala laporan masyarakat mengenai tindak pidana korupsi tidak ditindaklanjuti oleh kepolisian dan kejaksaan, dan proses penanganannya berlarut-larut atau tertunda-tunda tanpa alasan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.

Itukah yang sedang terjadi di Sikka? Tidak! Sejak kasus dana bansos dilaporkan oleh bupati, kejari langsung bekerja. Saat ini sedang dalam tahap penyelidikan untuk meningkat ke tahap penyidikan. Para calon tersangka sudah ada di saku kejari.

Jadi, laporan bupati bukannya tidak ditindakanjuti kejari. Juga, belum ada indikasi penanganannya berlarut-larut. Itu bukanlah sesuatu yang faktual pada kejari. Tapi, semata-mata, sesuatu yang psikologis pada diri DPRD dan elemen masyarakat. Mereka khawatir kejari akan melarut-larutkan penanganan kasus.

Kenapa mereka khawatir? Pertama, sudah ada presedennya. Ada 12 kasus dugaan korupsi yang hingga kini tidak tuntas-tuntas ditangani kejari dan kepolisian. Dikhawatirkan, nasib kasus dana bansos pun seperti itu. Kedua, dalam kasus bansos, bupati terlibat. Khususnya dalam utang pihak ketiga yang, menurut temuan pansus, dilakukan atas pengetahuan dan persetujuan bupati. Dikhawatirkan, terlibatnya bupati membuat kejari sungkan.

Ini sesungguhnya alasan DPRD dan elemen masyarakat. Tapi, mereka tidak jujur mengungkapkannya. Kenapa? Karena dasarnya tidak kuat. Kenapa disebut tidak kuat? Karena mereka berdiri di atas dasar psikologis (kekhawatiran), bukan di atas dasar yuridis (UU). Mereka berpijak pada sesuatu yang subjektif, bukan pada sesuatu yang objektif.

Semestinya tidak demikian. Berpijaklah pada UU. Maka, berikan dulu kesempatan kepada kejari. Kontrollah kejari. Desakkanlah penanganan segera dan tuntas. Kalau kejarinya tidak jalan, barulah kasus ini di-KPK-kan.

Pertanyaan kita: apakah KPK akan menerima keputusan DPRD Sikka? Menerima begitu saja penanganan kasus yang justru sedang gencar ditangani kejari? Hmm. Kita tunggu dan lihat.

”Bentara” FLORES POS, Rabu 6 Juli 2011

Bunuh Diri Bansos Sikka

Kasus Dugaan Korupsi Dana Bansos 2009
Oleh Frans Anggal

Bendahara dana bantuan sosial (bansos) pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (PPKAD) Sikka Godfridus Faustinus mencoba bunuh diri dengan minum obat pembasmi serangga, Senin 9 Mei 2011. Ini terjadi jelang pemeriksaannya hari itu oleh Pansus DPRD terkait dana bansos Rp10,7 miliar yang dikelola Bagian Kesra Setda Sikka (Flores Pos Rabu 11 Mei 2011).

"Senin siang korban masuk kantor. Sekitar 5 menit tiba di kantor, korban masuk toilet. Di toilet korban muntah-muntah dan terjatuh. Korban dilarikan ke RSUD Maumere oleh teman-teman kantornya," tutur Kasat Reskrim Polres Sikka M. Arif Sadikin. "Dari muntah korban tercium bau seperti bau tiner cat. Menurut diagnosis dokter, korban keracunan cairan berbahaya sejensi obat serangga."

Menurut polisi, ini upaya bunuh diri. Untuk hindari pemeriksaan oleh pansus. "Ia akan dimintai keterangan karena dia bendahara untuk semua dana bansos, termasuk untuk bansos yang dikelola Bagian Kesra," kata Kadis PPKAD Robert da Silva.

Kenapa harus bunuh diri? Kenapa tidak dengan cara lain? Cara Eddy Tansil? Ia pengusaha Indonesia yang keberadaanya tidak diketahui setelah buron. Ia lari dari penjara Cipinang, Jakarta, 4 Mei 1996, saat tengah jalani hukuman 20 tahun penjara karena terbukti gelapkan uang 565 juta dolar AS (sekitar Rp1,5 triliun dengan kurs saat itu) yang didapatnya melalui kredit Bank Bapindo melalui grup perusahaan Golden Key Group. Konon, kini ia berbisnis di Cina.

Tindakan Eddy Tansil tak dapat dibenarkan. Namun, itu lebih kurang buruknya ketimbang bunuh diri. Orang yang larikan diri masih punya harapan. Bahkan didorong harapan. Sebaliknya, orang yang bunuh diri, tidak punya harapan. Inilah faktor terbesar bunuh diri. Terutama pada penderita depresi berat.

Kita yakin, depresi beratlah yang menimpa Godfridus Faustinus. Depresinya sudah lama. Intensitasnya meningkat sejak BPK Perwakilan NTT ungkapkan dugaan korupsi dana bansos 2009. Dugaan itu meliputi bantuan emergensi bencana gunung api Egon Rp656 juta lebih. Bantuan emergensi kebakaran rumah tinggal Rp6 miliar lebih. Bantuan emergensi bencana angin topan Rp681 juta lebih. Bantuan emergensi bencana banjir, abrasi, dan tanah longsor Rp828 juta lebih. Belanja tak terduga tahun anggaran 2009 Rp1 miliar lebih. Utang dalam bentuk barang pada salah satu mantan anggota DPRD Rp585 juta lebih. Utang dalam bentuk uang tunai pada salah satu mantan anggota DPRD Rp3,9 miliar.

Mana tidak depresi. Angka pada butir kegiatan itu besar-besar. Seakan-akan sudah tergambarkan, nilai kerugian negara pasti besar, dan hukuman penjaranya pasti lama. Semua itu terasa kian dekat ketika pansus jadwalkan pemeriksaan. Depresi makin berat. Akhirnya putus asa. Racun serangga pun ditenggak.

Capek-capek bunuh diri, eh, tidak mati. Rugi dobel dia. Rugi pertama, dia semaput. Rugi kedua, dia tetap (akan) diperiksa. Kalau mau luput, hanya ada dua cara. Larikan diri seperti Eddy Tansil. Atau, bunuh diri sampai mati.

Terlepas dari penilaian moral, usaha bunuh diri ini semakin teguhkan keyakinan kita: dana bansos 2009 bermasalah. Usaha bunuh diri itu penghindaran. Sebelumnya, ketika jaksa pulbaket, akses ke dokumen administratif dihalang-halangi kalangan tertentu.

Dengan dua fenomena itu, kini kita patut pertanyakan juga kebakaran kantor bupati Sikka, 26 Desember 2009. Tepat di akhir tahun! Penghilangan barang bukti? Kata Bendahara Bagian Kesra Yos Otu, semua data keuangan bansos 2009 ikut terbakar. Aha!

”Bentara” FLORES POS, Kamis 12 Mei 2011