Serangkaian agenda acara untuk
merayakan ulang tahun ke-80 Prof Dr Habil Josef Glinka, SVD. Acara berlangsung
dari tanggal 5 – 7 Juni 2012 dengan agenda perdana adalah Seminar Internasional
yang dihadiri oleh pembicara terkemuka dibeberapa bidang antropologi,
antropologi fisik, dan biologi, yakni: Prof Dr Herawati Sudoyo (Eijkman
Institute for Molecular Biology), Prof Dr Meutia Farida Hatta Swasono MA
(Univesitas Indonesia), Prof Dr Laurentius Dyson P, MA (Universitas Airlangga)
dan Dr Maribeth Erb (National University of Singapore). Setelah itu, ada tujuh
acara lainnya: Suroboyo 'Cuk, Ethnomedicine Workshop, Festival Badhokan Dan
Produk Jawa Timuran, Festival Dolanan Anak, Open House Museum Dan Pusat Kajian
Etnografi, menggapai Mimpi anak jalanan, dan Ai Lop Yu, Glinka! Selain itu ada
penerbitan buku, Bunga Rampai Antropologi Ragawi, yang berisi tulisan-tulisan
rekan Prof Glinka dan siswa.
Prof. Dr. Habil Josef Glinka SVD
|
Keanekaragaman acara namun padat agenda mencerminkan semangat alumni serta
mahasiswa-mahasiswi Prof Glinka yang menggagas acara ini untuk menunjukkan
penghargaan dan rasa terima kasih terhadap dedikasi Prof Glinka sejak tahun
1985 untuk memulai dan memelihara studi antropologi fisik di Fakultas Ilmu
Sosial dan Politik Universitas Airlangga (FISIP Unair). Karena kontribusi Prof
Glinka itu, Universitas Airlangga adalah satu-satunya universitas yang
mengembangkan studi antropologi fisik dengan antropologi sosial budaya. Juga
karena Prof Glinka, mahasiswa sarjana dan pascasarjana di Universitas Airlangga
banyak dapat mengeksplorasi lebih lanjut bidang antropologi fisik. Namun karena
Prof Glinka, bidang melengkapi antropologi fisik diterapkan dengan disiplin
ilmu lain yang dikembangkan di Universitas Airlangga, seperti genetika,
kedokteran gigi, kedokteran, forensik, hukum dan sosiologi. Kehadiran dan
partisipasi Prof Glinka ini, memperkuat pemahaman antropologi sebagai studi
berkembang dan multidisiplin.
Kontribusi yang luar biasa
Dekan Fakultas FISIP Unair
Surabaya Ignatius Basis Susilo menuturkan atas nama seluruh civitas akademika dari FISIP Universitas Airlangga, menyampaikan
selamat kepada Prof Glinka pada hari ulang tahun ke-80 nya. Juga atas nama
fakultas, berterima kasih kepada Prof
Glinka atas kontribusi luar biasa untuk memajukan kehidupan ilmiah di fakultas
ini. Juga buat Departemen Antropologi dan panitia untuk Celebrating Antropology:
Celebrating the 80th birthday of Professor Dr Habil Josef Glinka SVD atas
perhatian dan upaya tak kenal lelah sehingga serangkaian agenda untuk merayakan
antropologi dapat mengambil sukses luar biasa dalam mengakomodasi kekuatan
penghargaan dan terima kasih kepada Prof Glinka.
Basis berharap Departemen Antropologi dapat terus mengembangkan studi antropologi fisik yang telah dirintis oleh Prof Glinka dan Dr A Sukadana Adi. Beberapa Prof Glinka berikutnya in-line, seperti Dr Toetik Koesbardiati, Dr Diah Myrtati Artaria, dan (Dr calon) Lusi Diah, perlu mendidik dan melatih kader baru kemudian dapat membantu untuk memajukan studi antropologi fisik. Saya berharap juga, seperti yang telah dirintis oleh Prof Glinka dan Dr Adi Sukadana, Departemen Antropologi dapat terus mengejar Antropologi di almamater kita saling melengkapi dengan disiplin ilmu lainnya. “Harapan ini konsisten dengan kami fakultas khittah, yang dirancang oleh Prof Soetandyo Wignjosoebroto dan pendiri fakultas lain, bahwa "ilmu pengetahuan tidak harus eksklusif dan terfragmentasi, tetapi harus mampu menyapa dan saling melengkapi" untuk lebih membantu untuk menjawab kehidupan dan masyarakat masalah yang semakin menjadi lebih kompleks,” ucap Basis.
Basis berharap Departemen Antropologi dapat terus mengembangkan studi antropologi fisik yang telah dirintis oleh Prof Glinka dan Dr A Sukadana Adi. Beberapa Prof Glinka berikutnya in-line, seperti Dr Toetik Koesbardiati, Dr Diah Myrtati Artaria, dan (Dr calon) Lusi Diah, perlu mendidik dan melatih kader baru kemudian dapat membantu untuk memajukan studi antropologi fisik. Saya berharap juga, seperti yang telah dirintis oleh Prof Glinka dan Dr Adi Sukadana, Departemen Antropologi dapat terus mengejar Antropologi di almamater kita saling melengkapi dengan disiplin ilmu lainnya. “Harapan ini konsisten dengan kami fakultas khittah, yang dirancang oleh Prof Soetandyo Wignjosoebroto dan pendiri fakultas lain, bahwa "ilmu pengetahuan tidak harus eksklusif dan terfragmentasi, tetapi harus mampu menyapa dan saling melengkapi" untuk lebih membantu untuk menjawab kehidupan dan masyarakat masalah yang semakin menjadi lebih kompleks,” ucap Basis.
Sebagai profesor
antropologi, beliau juga seorang Pastor/Imam Katolik. Menurut Basis, Prof
Glinka ini orangnya baik, tahu persis apa yang harus dilakukannya untuk
mengembangkan ilmu antropologi ragawi. Bukan hanya mengajar antropologi ragawi,
beliau juga aktif mengkader anak didiknya atau mahasiswa/i nya untuk belajar
lebih lanjut sehingga saat ini FISIP Unair memiliki ahli antropologi ragawi.
“Pastor Glinka itu orangnya pandai tetapi juga orangnya suci,” kesan Basis.
Ketua Panitia
Penyelenggara Toetik Koesbardiati mengatakan bahwa Prof Glinka adalah
Antropolog Ragawi Indonesia kini menjadi dosen luar biasa Unair Surabaya. Juga
salah satu pendiri Antropologi Ragawi di Unair, di usianya ke 80 tahun. Unair
ingin merayakannya sekaligus berterimakasih atas semua usahanya menjadikan
Antropologi Ragawi di FISIP Unair. Memulai karir dosennya di Fisip Unair sejak
tahun 1985. Acara ini diharapkan hanya untuk ucapan rasa terima kasih dan
mengingatkan kepada masyarakat bahwa antropologi itu tidak sesederhana yang
mereka lihat, antropologi juga berkolaborasi atau berbuat sesuatu bagi
masyarakat. Menurut Toetik, antropologi itu ilmu yang mempelajari tentang
manusia baik dari sisi budaya maupun ragawinya, bertepatan Prof Glinka dari
awalnya menekuni ilmu Biologi dan tahu tentang antropologi itu serta memang
Prof Glinka ahli ragawi Indonesia.
Memang diakui
peminat antropologi di Indonesia ini sangat sedikit, karena salah satu kendala
tidak banyak mengetahui antropologi itu mau jadi apa dan sebagainya. Selama ini
masyarakat hanya tahu mengenai tulang belulang, purbakala, tari-tarian dan
lain-lain. Kini bidang antropologi memasuki dunia kesehatan dalam
mengidentifikasi organ tubuh manusia dan juga mengembangkan bagaimana menangani
pasien, dan sebagainya.
Sekilas mengenai Antropologi Ragawi Indonesia
Bagi Prof Glinka,
usianya saat ini adalah bonus dari yang mahakuasa. “Orang Suci atau orang kudus
mati muda, kepada pendosa diberi hidup/usia yang panjang supaya mau bertobat,”
katanya. Terlahir dengan nama Jozef Glinka pada 7 Juni 1932 di Chorzow,
Polandia. Latar Pendidikan dasar dan menengah diselesaikan tahun 1939 – 1951.
Studi Filsafat, Seminari Tinggi Serikat Sabda Allah (SVD), Pieniezno, Polandia
tahun 1951 – 1954 dan Teologi di tempat yang sama tahun 1954 – 1958. Belajar
tentang biologi, kimia dan antropologi ragawi, Universitas Adam Mickiewicz,
Poznan, Polandia tahun 1959 – 1964. Lalu menyelesaikan pendidikan Alexander von
Humboldt-Stiftung postdoctoral research fellowship tahun 1974/1975 &
1976/1977.
Gelar profesi yang
diraih Pastor Glinka, tahun 1957 ditahbiskan jadi Imam SVD. Tahun 1964 meraih
gelar MSc di Universitas Adam Mickiewicz, Poznan, Polandia. Tahun 1969 raih
Doktor (PhD) Biologi dalam Antropologi dan tahun 1977 memperoleh habilitasi
(guru besar, DSc) di Jagiellonian University, Krakow, Polandia.
Kegiatan profesi
yang telah dijalaninya, tahun 1964 – 1965 dosen Filsafat Alam, Seminari Tinggi
Serikat Sabda Allah (SVD), Pieniezno, Polandia. Dosen Antropologi dan Filsafat
Alam Hidup, STFK, Ledalero, Flores (1966-967). Dosen tamu, Universitas Nusa
Cendana, Kupang dan Unika Atma Jaya, Jakarta (1972-1974). Guru besar Antropologi
dan Filsafat Alam Hidup, STFK, Ledalero, Flores (1977-1985). Guru besar tamu,
Johannes-Gutenberg-Universitat, Mainz Jerman, dan beberapa PT di Polandia
(1982-1983). Tahun 1985 hingga saat sekarang guru besar luar biasa Antropologi
Ragawi, Universitas Airlangga, Surabaya. Tahun 2000 – 2007 guru besar luar
biasa Bioantropologi, Unika Widya Mandala, Surabaya.
Sepanjang tahun
1966 hingga 2011 berbagai penelitian dan publikasi atas karya-karyanya telah
menghasilkan 10 buku, 81 makalah ilmiah, 65 makalah populer – dalam bahasa
Indonesia, Jerman, Inggris dan Polandia. (Parulian Tinambunan
– Surabaya)