Selasa, 19 Juni 2012

Seminar Internasional Mengenang 80 Tahun Prof. Dr. Habil Josef Glinka SVD


Serangkaian agenda acara untuk merayakan ulang tahun ke-80 Prof Dr Habil Josef Glinka, SVD. Acara berlangsung dari tanggal 5 – 7 Juni 2012 dengan agenda perdana adalah Seminar Internasional yang dihadiri oleh pembicara terkemuka dibeberapa bidang antropologi, antropologi fisik, dan biologi, yakni: Prof Dr Herawati Sudoyo (Eijkman Institute for Molecular Biology), Prof Dr Meutia Farida Hatta Swasono MA (Univesitas Indonesia), Prof Dr Laurentius Dyson P, MA (Universitas Airlangga) dan Dr Maribeth Erb (National University of Singapore). Setelah itu, ada tujuh acara lainnya: Suroboyo 'Cuk, Ethnomedicine Workshop, Festival Badhokan Dan Produk Jawa Timuran, Festival Dolanan Anak, Open House Museum Dan Pusat Kajian Etnografi, menggapai Mimpi anak jalanan, dan Ai Lop Yu, Glinka! Selain itu ada penerbitan buku, Bunga Rampai Antropologi Ragawi, yang berisi tulisan-tulisan rekan Prof Glinka dan siswa.
Prof. Dr. Habil Josef Glinka SVD
Keanekaragaman acara namun padat agenda mencerminkan semangat alumni serta mahasiswa-mahasiswi Prof Glinka yang menggagas acara ini untuk menunjukkan penghargaan dan rasa terima kasih terhadap dedikasi Prof Glinka sejak tahun 1985 untuk memulai dan memelihara studi antropologi fisik di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Airlangga (FISIP Unair). Karena kontribusi Prof Glinka itu, Universitas Airlangga adalah satu-satunya universitas yang mengembangkan studi antropologi fisik dengan antropologi sosial budaya. Juga karena Prof Glinka, mahasiswa sarjana dan pascasarjana di Universitas Airlangga banyak dapat mengeksplorasi lebih lanjut bidang antropologi fisik. Namun karena Prof Glinka, bidang melengkapi antropologi fisik diterapkan dengan disiplin ilmu lain yang dikembangkan di Universitas Airlangga, seperti genetika, kedokteran gigi, kedokteran, forensik, hukum dan sosiologi. Kehadiran dan partisipasi Prof Glinka ini, memperkuat pemahaman antropologi sebagai studi berkembang dan multidisiplin.

Kontribusi yang luar biasa

Dekan Fakultas FISIP Unair Surabaya Ignatius Basis Susilo menuturkan atas nama seluruh civitas akademika dari FISIP Universitas Airlangga, menyampaikan selamat kepada Prof Glinka pada hari ulang tahun ke-80 nya. Juga atas nama fakultas,  berterima kasih kepada Prof Glinka atas kontribusi luar biasa untuk memajukan kehidupan ilmiah di fakultas ini. Juga buat Departemen Antropologi dan panitia untuk Celebrating Antropology: Celebrating the 80th birthday of Professor Dr Habil Josef Glinka SVD atas perhatian dan upaya tak kenal lelah sehingga serangkaian agenda untuk merayakan antropologi dapat mengambil sukses luar biasa dalam mengakomodasi kekuatan penghargaan dan terima kasih kepada Prof Glinka.
Basis berharap Departemen Antropologi dapat terus mengembangkan studi antropologi fisik yang telah dirintis oleh Prof Glinka dan Dr A Sukadana Adi. Beberapa Prof Glinka berikutnya in-line, seperti Dr Toetik Koesbardiati, Dr Diah Myrtati Artaria, dan (Dr calon) Lusi Diah, perlu mendidik dan melatih kader baru kemudian dapat membantu untuk memajukan studi antropologi fisik. Saya berharap juga, seperti yang telah dirintis oleh Prof Glinka dan Dr Adi Sukadana, Departemen Antropologi dapat terus mengejar Antropologi di almamater kita saling melengkapi dengan disiplin ilmu lainnya. “Harapan ini konsisten dengan kami fakultas khittah, yang dirancang oleh Prof Soetandyo Wignjosoebroto dan pendiri fakultas lain, bahwa "ilmu pengetahuan tidak harus eksklusif dan terfragmentasi, tetapi harus mampu menyapa dan saling melengkapi" untuk lebih membantu untuk menjawab kehidupan dan masyarakat masalah yang semakin menjadi lebih kompleks,” ucap Basis.
Sebagai profesor antropologi, beliau juga seorang Pastor/Imam Katolik. Menurut Basis, Prof Glinka ini orangnya baik, tahu persis apa yang harus dilakukannya untuk mengembangkan ilmu antropologi ragawi. Bukan hanya mengajar antropologi ragawi, beliau juga aktif mengkader anak didiknya atau mahasiswa/i nya untuk belajar lebih lanjut sehingga saat ini FISIP Unair memiliki ahli antropologi ragawi. “Pastor Glinka itu orangnya pandai tetapi juga orangnya suci,” kesan Basis.
Ketua Panitia Penyelenggara Toetik Koesbardiati mengatakan bahwa Prof Glinka adalah Antropolog Ragawi Indonesia kini menjadi dosen luar biasa Unair Surabaya. Juga salah satu pendiri Antropologi Ragawi di Unair, di usianya ke 80 tahun. Unair ingin merayakannya sekaligus berterimakasih atas semua usahanya menjadikan Antropologi Ragawi di FISIP Unair. Memulai karir dosennya di Fisip Unair sejak tahun 1985. Acara ini diharapkan hanya untuk ucapan rasa terima kasih dan mengingatkan kepada masyarakat bahwa antropologi itu tidak sesederhana yang mereka lihat, antropologi juga berkolaborasi atau berbuat sesuatu bagi masyarakat. Menurut Toetik, antropologi itu ilmu yang mempelajari tentang manusia baik dari sisi budaya maupun ragawinya, bertepatan Prof Glinka dari awalnya menekuni ilmu Biologi dan tahu tentang antropologi itu serta memang Prof Glinka ahli ragawi Indonesia.
Memang diakui peminat antropologi di Indonesia ini sangat sedikit, karena salah satu kendala tidak banyak mengetahui antropologi itu mau jadi apa dan sebagainya. Selama ini masyarakat hanya tahu mengenai tulang belulang, purbakala, tari-tarian dan lain-lain. Kini bidang antropologi memasuki dunia kesehatan dalam mengidentifikasi organ tubuh manusia dan juga mengembangkan bagaimana menangani pasien, dan sebagainya.

Sekilas mengenai Antropologi Ragawi Indonesia

Bagi Prof Glinka, usianya saat ini adalah bonus dari yang mahakuasa. “Orang Suci atau orang kudus mati muda, kepada pendosa diberi hidup/usia yang panjang supaya mau bertobat,” katanya. Terlahir dengan nama Jozef Glinka pada 7 Juni 1932 di Chorzow, Polandia. Latar Pendidikan dasar dan menengah diselesaikan tahun 1939 – 1951. Studi Filsafat, Seminari Tinggi Serikat Sabda Allah (SVD), Pieniezno, Polandia tahun 1951 – 1954 dan Teologi di tempat yang sama tahun 1954 – 1958. Belajar tentang biologi, kimia dan antropologi ragawi, Universitas Adam Mickiewicz, Poznan, Polandia tahun 1959 – 1964. Lalu menyelesaikan pendidikan Alexander von Humboldt-Stiftung postdoctoral research fellowship tahun 1974/1975 & 1976/1977.
Gelar profesi yang diraih Pastor Glinka, tahun 1957 ditahbiskan jadi Imam SVD. Tahun 1964 meraih gelar MSc di Universitas Adam Mickiewicz, Poznan, Polandia. Tahun 1969 raih Doktor (PhD) Biologi dalam Antropologi dan tahun 1977 memperoleh habilitasi (guru besar, DSc) di Jagiellonian University, Krakow, Polandia.
Kegiatan profesi yang telah dijalaninya, tahun 1964 – 1965 dosen Filsafat Alam, Seminari Tinggi Serikat Sabda Allah (SVD), Pieniezno, Polandia. Dosen Antropologi dan Filsafat Alam Hidup, STFK, Ledalero, Flores (1966-967). Dosen tamu, Universitas Nusa Cendana, Kupang dan Unika Atma Jaya, Jakarta (1972-1974). Guru besar Antropologi dan Filsafat Alam Hidup, STFK, Ledalero, Flores (1977-1985). Guru besar tamu, Johannes-Gutenberg-Universitat, Mainz Jerman, dan beberapa PT di Polandia (1982-1983). Tahun 1985 hingga saat sekarang guru besar luar biasa Antropologi Ragawi, Universitas Airlangga, Surabaya. Tahun 2000 – 2007 guru besar luar biasa Bioantropologi, Unika Widya Mandala, Surabaya.
Sepanjang tahun 1966 hingga 2011 berbagai penelitian dan publikasi atas karya-karyanya telah menghasilkan 10 buku, 81 makalah ilmiah, 65 makalah populer – dalam bahasa Indonesia, Jerman, Inggris dan Polandia. (Parulian Tinambunan – Surabaya)




Pasutri Yosef Molo, S.Ag-Karolina Kowan: ZIARAH KELUARGA, SEBUAH REFLEKSI IMAN


 
                    Salah satu tradisi katolik yang dipraktekkan oleh gereja katolik sejagat adalah penghormatan kepada Bunda Maria. Maria menjadi sosok sentral dalam sejarah keselamatan manusia. Karena itu umat katolik baik perorangan maupun kelompok melakukan devosi kepada Bunda Maria. Bentuk-bentuk devosi kepada Bunda Maria sangat beragam, mulai dari doa-doa pribadi, doa keluarga, maupun doa-doa di kelompok basis gerejani hingga melakukan ziarah ke gua Maria yang dibangun untuk maksud tersebut. Juga pesta-pesta liturgis dan sebagainya.
Pasutri Yosef Molo-Karolina Kowan
                    Ziarah ke gua-gua Maria menjadi sebuah kebutuhan mendasar bagi umat. Rasanya tidak lengkap, jika devosi kepada Bunda Maria tidak disertai ziarah. Di sana peziarah berdoa, bernyanyi dengan kidung-kidung pujian kepada Bunda Maria. Di bawah kaki Bunda Maria umat meletakkan ujud, niat dan harapan mereka agar hidup kesehariannya aman sentosa.
                    Ziarah di mata pasutri Yosef Molo-Karolina Kowan memiliki makna terdalam bagi hidup iman keseharian keluarga. Di temui  di kediaman jalan Cemara Kelurahan Nangameting Maumere Yos-Lin mengungkapkan ziarah keluarga sebagai sebuah refleksi iman kepada Yesus sang putra sebagai salvator.”Keselamatan dan karya penebusan manusia hanya dapat dimengerti dan dipahami melalui Bunda Maria. Ia menerima Sabda dan mengandung Sabda dalam dirinya. Maria mengandung dan melahirkan sang penebus manusia. Ia adalah Bunda Yesus, sebagai Allah dan manusia,”ungkap pasutri yang selalu mengikuti ziarah ke patung Bunda Segala Bangsa Nilo, Maumere, Watu Soking Waigete, dan Prosesi di Larantuka.
                    Jebolan Sekolah Tinggi Ilmu Pastoral (STIPAS) Kupang tahun 2004 ini lebih jauh menjelaskan ziarah harus memungkinkan keluarga menghayati dan mengamalkan pola hidup Bunda Maria dalam praksis hidup harian. Maria harus menjadi teladan iman dalam seluruh diri dan kepribadian dalam ungkapan maupun perwujudan iman ditengah hidup keluarga dan masyarakat. Ziarah tambah Yos dapat memungkinkan keluarga yang beriman untuk selalu menempatkan Bunda Maria sebagai mediator antara Yesus dengan gereja-Nya (umat) dan umat dengan Yesus (bdk. Yoh 2:1-11).
                     Dewasa ini ziarah dilaksanakan bukan hanya dalam rangka bulan Maria saja (Mei dan Oktober) melainkan sepanjang tahun. Perkembangan sarana transportasi yang semakin canggih membuat peluang semakin besar. Guru Agama SMPK Frater BHK Maumere ini menilai ziarah zaman ini sudah mulai pudar maknanya. Terjadi pergeseran makna ziarah.Nampaknya yang lebih dominan adalah kegiatan Tour. Orang-orang sederhana, orang desa lebih kuat religiusitasnya tetapi tidak semata-mata mencari spirit Bunda Maria. Melainkan ada sesuatu yang sungguh diharapkan yaitu rahmat sekaligus menyelesaikan masalah. Misalnya saja mendapatkan pengalaman rohani untuk menyembuhkan penyakit, dan sebagainya. Untuk masyarakat perkotaan yang lebih dominan adalah ziarah dipandang sebagai tur wisata. Keluarga berziarah mumpung ada uang, untuk refreshing. Agar tidak terlalu kentara sifat profanisnya maka disatukanlah dengan kegiatan ziarah agar kegiatannya nampak lebih kristiani.
                    Pergeseran makna ziarah menurut mantan frater Ordo Fransiskan ini dapat dilihat dari dua segi. Pertama, pengaruh gejolak teknologi yang kian maju dan sikap konsumeristis. Kesibukan orang zaman ini menyebabkan orang tidak punya waktu lagi untuk memberikan penghormatan secara khusus dalam rutinitas hidupnya sehari-hari. Dengan adanya ziarah berarti “orang-orang sibuk” memiliki kesempatan memberikan penghormatan secara khusus.Kedua, melalui ziarah orang beriman mau mengungkapkan religiusitasnya. Orang beriman ataupun keluarga yang berziarah ingin mencari bentuk penghayatan iman yang asli. Penghayatan dan penghormatan kepada Bunda Maria dapat dipahami secara benar. Maria dihormati karena di dalam dirinya Allah berkarya demi penyelamatan umat manusia.
                    Karena itu tambah Yos keluarga ataupun peziarah yang berziarah menjadi symbol ziarah hidup menuju Allah sebagai “yang awal” dan “yang akhir” dari tujuan hidup manusia. Keluarga katolik yang berziarah ke tempat- tempat suci dan kudus merupakan lambang dari umat yang berada dalam peziarahan hidup secara penuh menuju Allah.
                    Agar ziarah keluarga maupun umat sungguh bermakna rohani putra Warupele Bajawa ini menandaskan yang harus dihindari adalah ziarah yang dilaksanakan sebatas acara seremonial belaka. Tempat-tempat ziarah dipandang sebagai tempat bersenang-senang dan kenikmatan-kenikmatan tertentu. Orang tidak lagi merasa prihatin, menderita dalam ziarah. Karena didukung fasilitas yang mudah diperoleh. Sikap orang katolik yang melakukan ziarah mengharapkan pujian. Sikap Farisiistis dimunculkan agar mendapat pengakuan sebagai orang beriman. Padahal kegiatan ziarah harus menjadi ajang permenungan diri (refleksi) agar orang lebih beriman, entah melalui doa, nyanyian pujian maupun ibadat liturgis lainnya. (Yuven Fernandez- Maumere)

Info Pendaftaran Mahasiswa Baru Univ. Kanjuruhan Malang


Senin, 11 Juni 2012

IEC 2012 opens in Dublin: The Eucharist, food for Ireland's renewal

“The Church in Ireland is a Church on the path to renewal”, said Archbishop Diarmuid Martin of Dublin, as he opened the 50th International Eucharistic Congress in the Irish capital Sunday, very much setting the tone for a week of events. 

 It was a clear message to the faithful from Ireland’s four ecclesial provinces who were joined by thousands of pilgrims from overseas Sunday afternoon in the Royal Dublin Society Arena – it was the good news they needed to hear. Flags from the Solomon Islands, from the Democratic Republic of Congo, from the US, Vietnam, China, Australia and Europe fluttered in the sea breeze as 40 Cardinals, some 200 bishops and priests processed behind the book of the Gospels for the first celebration of the Eucharist in the week long Congress.
The celebration began with the unveiling of the “Healing Stone” at the foot of the altar Upon it’s granite surface a prayer had been inscribed, written by a survivor of clerical sex abuse. Archbishop Martin stood before it as a young women recited the prayer as silence pervaded the arena, followed by lengthy applause. Archbishop Martin, recalled all those who suffered abuse and “who still today bear the mark of that abuse and may well carry it with them for the rest of their lives”. “In a spirit of repentance, let us remember each of them in the silence of our hearts”.
But Archbishop Martin also had a reminder for the Catholics of Ireland, particularly those voices within the Church and wider society who in recent times have been demanding reform of the Church and some of its key teachings. He said “The Church is not ours to redesign; it is gift that we receive from the Lord with the guidance throughout history of the Holy Spirit and following the example of Mary and the saints”.
Mass was presided by Pope Benedict XVI’s personal representative to the Congress, Cardinal Marc Ouellet. In his homily he also spoke of the “suffering” and “serious challenges to the faith” within the Irish Church. “Every Sunday …we go to church to meet the Risen Lord…by partaking in the Holy Eucharist” he said. “It may seem in the world’s eyes that we gather for social reasons or according to our cultural and religious traditions, but in fact we are called together by the Lord Himself”.
Cardinal Ouellet also reached out to those people who feel themselves to be on the margins of the Church. “Christ’s unique sacrifice offers salvation ti each and every human being”, he said “We do not know, nor do we have to know, whether some or many will refuse His grace in the end”.He said: “At these gatherings we come as we are, poor sinners, and we may not always have the proper disposition to receive communion. But…everyone is able to live what is called a “spiritual communion””.
“Let us be aware of the unfathomable gift of the Holy Eucharist. God deserves much more adoration and gratitude for this gift of love”.Indeed, the gratitude of the Irish gathered in the Dublin Arena Sunday was palpable. Gratitude for the sight of young and energetic men and women religious milling about in the crowds, a rare sight in the Ireland of today. Gratitude for the African pilgrims who entertained the assembly in song and dance in the lead up to the Mass. Gratitude for the 30 boys and girls from Austria, a visible presence of the young Church, ‘a breath of fresh air’ as one elderly lady put it.
Gratitude to Pope Benedict XVI for this opportunity, in the midst of suffering, to experience the healing and comfort that only the Eucharist in communion with Christ and with one another can bring.

Jumat, 11 Mei 2012

Pertambangan bukan solusi untuk peningkatan kesejahteraan

Kehadiran pertambangan di Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi penyebab tercerabutnya masyarakat setempat dari relasi yang harmonis dengan lingkungan mereka.
NTT dengan luas wilayah 47.349,90 km persegi atau, 2, 49 persen dari luas Indonesia telah memiliki 414 Izin Usaha Pertambangan (IUP) untuk tambang mangan, emas dan pasir besi yang dikeluarkan oleh pemerintah kabupaten serta pemerintah provinsi.
Gelombang penolakan terhadap kehadiran pertambangan telah lama muncul yang dimotori oleh Gereja dan sejumlah elemen sipil lainnya. Namun, pemerintah tetap menganggap pertambangan sebagai solusi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat NTT.
Direktur Justice, Peace and Integrity of Creation-Ordo Fratrum Minorum (JPIC-OFM) Pastor Peter C Aman OFM, menilai kebijakan pertambangan jelas-jelas tidak adil dan karena itu harus dilawan.
”Kebijakan yang menomorsatukan pertambangan yang jelas-jelas bersifat destruktf adalah  kebijakan yang merugikan hajat hidup orang banyak”, tegasnya dalam diskusi di Taman Ismail Marzuki Jakarta, Rabu (5/5) kemarin.
Ia yakin kehadiran tambang di NTT menjadi penyebab ketidakadilan sosial dan ketidakadilan ekologis karena yang dipikirkan hanyalah keuntungan ekonomi, tanpa peduli pada keadaan lingkungan dan masyarakat.
”Padahal, mayoritas masyarakat NTT adalah petani, nelayan dan peternak. Kehadiran pertambangan jelas akan membuat mereka kehilangan tempat untuk mempertahankan  hidup”, jelas Pastor Peter
”Membangun masyarakat lewat pertambangan adalah bukti kegagalan pemerintah untuk memperjuangkan kesejahteraan masyarakat. Mengapa tidak mengoptimalkan potensi yang sudah ada dan telah menghidupi rakyat NTT selama ini?”, kata dosen Teologi Moral di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta ini.
Sementara itu, Ferry Adu, Ketua Gerakan Masyarakat Anti Tambang (GERAM) di Kabupaten Manggarai Barat, NTT menegaskan, kehadiran tambang akan merusak tatanan sosial.
Karena itu, mereka akan tetap tegas menolak. Ia mencontohkan, di Manggarai Barat, tokoh-tokoh adat sudah melakukan upacara adat di depan pemerintah kabupaten menentang pertambangan.
Alasan penolakan terhadap pertambangan diperkuat oleh Ketua Forum Pemuda NTT Peduli Perdamaian dan Keadilan (Formadda NTT), Pastor Yohanes Kristoforus Tara OFM.
Ia menegaskan, pertambangan tidak cocok untuk NTT, mengingat wilayah NTT terdiri dari pulau-pulau kecil yang rentan bencana karena berdasarkan penelitian kondisi geologisnya mudah mengalami pemburukan secara cepat.
”Bila pertambangan masuk, akan ada banyak hal yang dikorbankan. Lingkungan hidup akan rusak permanen dan sumber-sumber kehidupan masyarakat akan hilang untuk selamanya”, tegasnya.
Ia juga menambahkan, dengan mengambil kebijakan lewat pertambangan, pemerintah sebenarnya sudah melanggar peraturan mereka sendiri. Menurutnya, bedasarkan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2015 (MP3E),  NTT ditempatkan sebagai pintu gerbang pariwisata dan pendukung utama pangan nasional. “Jadi fokus utamanya adalah pariwisata, peternakan dan perikanan, bukan pertambangan”.
Selain itu, ia menjelaskan, munculnya pertambangan menjadi pemicu konflik sosial antarmasyarakat, munculnya penyakit, korban meninggal dunia serta pelanggaran HAM.
“Sebagai contoh, di Timor Barat, yang sudah berhasil diidentifikasi, ada 46 orang warga yang meninggal karena tertimbun tambang mangan”, jelasnya.
Ia pun menambahkan, alasan-alasan penolakan terhadap pertambangan sudah disampaikan kepada pemerintah lokal maupun nasional, namun seringkali tidak direspon dengan baik.
(Ryan Dagur, Jakarta/ucanews)

Imam Yesuit menjadi seorang Samaria yang baik bagi pekerja migran

Dengan segenggam harapan, Deepen Kora dan sekelompok teman-teman menumpang kereta api dari Bengal Barat menuju Kerala. Di sana, mereka yakin, mereka akan mendapatkan pekerjaan.
Tapi, belum memenuhi ambisinya, Kora terpaksa berdekam dalam penjara.
Ia tertangkap oleh penjaga keamanan bandara ketika mencoba melewati dinding perimeter. Dia hanya ingin mengambil jalan pintas, tetapi ia tidak bisa menjelaskan perbuatannya baik dalam bahasa Malayalam maupun bahasa Inggris.
Para penjaga mencurigainya sebagai seorang pemberontak Maois. Dia didakwa melakukan sabotase dan dipindahkan ke sebuah penjara lain. Lebih dari satu kali ia dipukuli polisi, hingga dibawa ke rumah sakit.
Lebih buruk lagi, ia kehilangan semua kontak dengan teman-teman yang telah bersamanya.
Setelah sembilan bulan menderita, cobaan Kora berakhir ketika Pastor Martin Puthussery SJ mengeluarkan dirinya dari penjara dan membantunya pulang.
Pastor Puthussery datang ke Kerala dan memulai misinya untuk membantu para pekerja migran pada Juli 2011. Dia kini telah menjadi seorang Samaria yang baik bagi lebih dari 100 dari buruh migran, sebagian besar dari Bengal Barat dan Odisha.
Selama beberapa dekade terakhir, pesawat selalu penuh dari Keralites menuju negara-negara Timur Tengah seperti Uni Emirat Arab dan Arab Saudi, untuk melayani konstruksi besar.
Sekarang air laut pasang telah membuat ribuan warga  Tamil, Bengali, Oriyas dan Bihari miskin berbondong-bondong ke Negara Bagian Kerala, dimana mereka mengisi permintaan baru untuk tenaga kerja.
Industri-industri itu mulai dari konstruksi, perkebunan teh dan pertanian sangat cepat bertumbuh dan mempekerjakan tenaga kerja murah dan tidak terampil.
“Secara resmi ada 1,3 juta pekerja migran di Kerala saat ini, tetapi angka tidak resmi melaporkan hampir tiga juta,” kata Pastor Puthussery. “Sekitar 40 persen dari mereka berasal dari distrik-distrik Benggala Barat, termasuk Nadia dan Murshidabad.”
Berasal dari Kerala, imam dari Provinsi Yesuit Kalkuta, fasih dalam kedua Malayalam, bahasa ibunya, dan bahasa Bengali. Keterampilan ini saja sudah membuat dia memiliki jaringan dengan penduduk lokal dan pendatang.
Pengadilan di Kerala mencari bantuannya sebagai penerjemah selama interogasi dengan para buruh dari berbagai negara bagian di bagian timur India.
Sekarang ia dan dua suster telah membentuk Gerakan Buruh Migran di pusat kota Ernakulam, dengan memberikan bantuan hukum kepada para migran. Ini adalah proyek yang sangat menantang dan beban kerja sangat besar.
“Kita perlu lebih banyak orang untuk menjangkau para pekerja di sini,” kata Suster Rosily Yohanes dari Kongregasi Fransiskan Klaris. “Tapi, bersama-sama, kami telah mampu untuk mengambil beberapa kasus yang berkaitan dengan masalah keadilan dan memperjuangkan hak-hak dasar mereka.”
Tim ini telah memiliki beberapa momen kemenangan, terutama ketika Pastor Puthussery membujuk polisi untuk mengambil tindakan dan menlacak pria lokal akibat  pemerkosaan terhadap gadis berusia 14 tahun dari Benggal Barat.
“Para migran memiliki masa yang sulit di sini,” katanya. “Penduduk setempat memandang rendah mereka dan menganggap mereka najis, tidak higienis dan mungkin kriminal.”

Kisah wanita muda yang bergelut jadi relawan

Emi Imamura, 26, merasa terdorong oleh gerakan moral saat ia memutuskan menjadi anggota staf Karitas Kamaishi Base Jepang, sebuah pusat operasi bantuan bencana di Perfektur Iwate.
Tugasnya, melayani gereja Kamaishi sekitar 440 kilometer utara Tokyo, termasuk sebagai relawan, karyawan kantor dan tugas lain yang mendukung misi Karitas tersebut.
Ketika gempa 11 Maret tahun lalu yang menghancurkan sebuah toko gerai di luar Kota Sendai dimana Emi bekerja sebagai petugas ritel. Ia dan keluarganya melarikan diri tanpa cedera, tapi kejadian itu membuatnya tersentuh untuk membantu: “Saya harus melakukan sesuatu!” Perasaan ini terus mendorongnya setiap hari.
“Setiap hari saya berpikir bahwa saya harus menyumbangkan dana atau menjadi seorang relawan.”
April lalu, Emi mengadakan piknik sendiri ke sebuah tempat air panas di Hanamaki di Prefektur Iwate, tetapi sekitar sumber air panas itu telah menjadi tempat penampungan pengungsi.
Sementara ia menikmati keadaan alam itu, dua perempuan tua dari korban bencana gempa itu bertanya kepadanya, “kamu berasal darimana? Apakah Anda OK [saat gempa]?” Bahkan para korban itu menunjukkan kepedulian mereka kepada sesamanya.
Ketika Emi kembali ke rumah, dia mulai mencari cara untuk menjadi relawan. Dia mendapat informasi melalui Internet dan ia menemukan Karitas Jepang. Karitas menyediakan air dan makanan, dan menerima relawan.  Maka, pada akhir April ia mulai bertugas dengan bekerja di Kamaishi Base, selama sekitar lebih dari sebulan.
Pada awalnya, pekerjaan difokuskan pada membersihkan rumah-rumah akibat lumpur dan puing-puing. Setiap hari lebih dari lima puluh relawan pergi Kamaishi Base, tapi sesuatu yang membuat Emi paling terkesan adalah melihat umat dari Gereja Kamaishi bekerja keras untuk membantu lansia, dan mereka yang pulang rumah setelah rumah mereka hancur.
“Saya pikir, saya harus membantu juga.”
Maka, pada Oktober ia berhenti dari pekerjaannya, dan mendaftarkan dirinya di papan sebagai anggota staf di Karitas Kamaishi Base.
Emi tidak menganut agama tertentu. Namun, dia mengatakan dia berpikir bahwa doa dan berbagi yang berlangsung di Kamaishi Base setiap hari adalah sesuatu baik. Dia juga merasa bahwa hubungannya dengan orang Gereja telah memberinya hubungan yang kuat dengan Gereja.
“Makanan yang dibuat para suster untuk kami membuat kami para relawan berjuang,” kata Emi, seraya  menyampaikan “terima kasih” dan berkomitmen untuk “terus bekerja dengan baik” untuk warga setempat.
“Saya ingin tinggal di sini demi Karitas Kamaishi Base. Saya akan pergi jika sesuatu berubah, dan tidak ada lagi yang perlu membantu,” katanya.
“Saya sungguh mendesak siapa pun yang tertarik untuk menjadi relawan untuk keluar dari pagar dan silakan membantu.”
Pada ulang tahunnya November lalu, Emi sangat tersentuh oleh kejutan dari rekan-rekannya, yang memberikannya hadiah kue ulang tahun yang terbuat dari sushi.
“Tapi, besoknya ketika saya membuka lemari es untuk makan lagi, semua kue tersebut telah hilang!”

Anthoni Primus






Kamis, 10 Mei 2012

JOB VACANCY : EDITOR PENERBIT BUKU KOMPAS [ED-KKF]

Bertanggungjawab terhadap kesempurnaan setiap naskah buku terbitan Kompas yang akan naik cetak, sesuai dengan standar Kompas.

  • Lajang dengan usia maksimal 29 tahun
  • S1 segala jurusan dari perguruan tinggi terkemuka dengan IPK minimal 3.00
  • Pengalaman kerja sebagai editor buku  min.3 tahun
  • Teliti dan cekatan dalam bekerja, memiliki logika bahasa yang baik,
  • Menguasai penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar
  • Lebih disukai memiliki pengetahuan tentang bisnis penerbitan buku dan pemasaran
  • Kemampuan Bahasa Inggris yang baik, lisan maupun tulisan
  • Memiliki Sim A dan C
Bila Anda merasa terpanggil untuk memenuhi panggilan ini serta memenuhi seluruh kualifikasi, kami tunggu surat lamaran Anda (dalam Bahasa Indonesia) paling lambat 15 Mei 2012, dilengkapi dengan curriculum vitae (disertai foto terbaru), KTP dan SIM, transkrip nilai dan ijazah pendidikan terakhir, dan contoh tulisan (bila ada) di
rekrut@kompas.co.id
*) Wajib mencantumkan kode jabatan sebagai subjek email atau di pojok kanan amplop
*) Proses seleksi dilakukan sekitar bulan Mei – Juni 2012
*) Hanya pelamar yang lulus seleksi berkas lamaran yang akan dipanggil


Twitter                 : @lowker_kompas
Facebook            : Vacancy Kompas
Web                      : kompaskarier.com

Vacancy Marketing Internship – Air France & KLM

Vacancy Marketing Internship Full Time Position – 6 months

In this role you will be able to gain valuable work experience within a worldwide organization with strong Marketing strategies.
You will have the opportunity to hand on in the following fields and activities:
1. Marketing activites:
-  Knowledge of Air France & KLM branding
- Liaise with marketing suppliers & partners for production of marketing promotion materials
- Monthly budget update
2. E-Commerce:
- Creation of Air France & KLM communication (e-newsletters, corporate bulletin)
- Website content checks, updates and reporting
- KLM Indonesia Social Media page follow up and animation
- Liaison with local / regional online agencies for online campaign launch
3 Loyalty Program:
- Organization of events for Air France KLM loyalty program (Flying Blue) (invitation, venue)
- Regular updates on customer databases from various sources including direct contact with customers
We are looking for a person with marketing skills who is keen to learn and experience marketing in business environment.
Requirements:
 E-tools literate
 Creativity
 Analytical skills
 Strong communication skills
 Self-motivation  and entrepreneurial
 Fluency in English is a must.
If this sounds like the opportunity you have been waiting for, please send us your application letter and resume by 10 June 2012, via email to: marketing.id@klm.com by stating Marketing Intern Application on the email subject.

Lowongan REPORTER di Tabloid Bola

We Bring You to Arena !
SPORTS AND HEALTH MEDIA is a group of companies which publishsome leading sports and health magazines, such as Tabloid BOLA, Tabloid Gaya Hidup Sehat, BOLA Edisi Poster, BOLA Vaganza magazine, and some licensedmagazines. We also bring full services in the area of sports and health industries.
Under KOMPAS GRAMEDIA corporation, we are going to expand our business fast. If you think you are creative, reliable, and fast, we would like to meet you.
Requirements:
  • Male/Female
  • Minimum bachelor degree (S1)
  • Have a great passion in sports journalism for print and digital media
  • Excellent written and spoken English
  • Creative and have fast pace working attitude
Send your application, CV, portfolio and recent photograph to:
SPORTS & HEALTH MEDIA
Human Resource & General Affairs Department
Jl. Palmerah Barat No. 33-37, 4th floor Jakarta 10270
Or e-mail:
recruitment@bolanews.com

Lowongan WARTAWAN di SKH Kompas

KOMPAS memanggil Anda yang berjiwa muda, menyukai tantangan dan tertarik untuk mengembangkan diri menjadi Wartawan [REP]
(Penempatan Luar Jakarta)
Bertanggungjawab terhadap pengumpulan data/bahan serta penulisan berita (hard news) dan membina hubungan dengan narasumber
· Lajang dengan usia maksimal 26 tahun, sehat dan tidak buta warna
· Pendidikan Min. S1 semua jurusan dari universitas terkemuka dengan IPK min. 3.00
· Mandiri, tangguh, menyukai tantangan, kreatif danberinisiatif tinggi.
· Analitis, antusias, sanggup bekerja cepat dan akurat di bawah tekanan
· Mampu berbahasa asing (Min. Bahasa Inggris)
· Lebih disukai jika memiliki pengalaman menulis atau aktivitas pers kampus
· Bersedia mengikuti Pendidikan Wartawan Kompas
· Belum pernah mengikuti proses seleksi wartawan Kompas
· Familiar dengan social & digital media
· Bersedia ditempatkan dimana saja di wilayah nusantara
Bila Anda merasa terpanggil untuk memenuhi panggilan ini serta memenuhi seluruh kualifikasi, kami tunggu surat lamaran Anda(dalam Bahasa Indonesia) paling lambat 15 Mei 2012, dilengkapi dengan curriculum vitae (disertai foto terbaru), KTP dan SIM, transkrip nilai dan ijazah pendidikan terakhir, dan contoh tulisan (bila ada) di
rekrut@kompas.co.id
*) Wajib mencantumkan kode jabatan sebagai subjek email atau di pojok kanan amplop
*) Proses seleksi dilakukan sekitar bulan Mei – Juni 2012
*) Hanya pelamar yang lulus seleksi berkas lamaran yang akan dipanggil
Twitter : @lowker_kompas
Facebook : Vacancy Kompas

Kronologi ‘ancaman’ terhadap Gua Maria Giri Wening

Gua Maria Giri Wening, Gunung Kidul, Daerah Istimewa Jogyakarta yang juga menjadi salah satu tempat wisata rohani dianggap sebagai salah satu media kristenisasi. Akibatnya, muncul gangguan terhadap keberadaan gua tersebut.
“Awalnya, sekitar dua minggu lalu tabloid ‘Media Umat’ milik kelompok Muslim Hizbut Tharir Indonesia (HTI) menulis sebuah artikel provokatif menentang keberadaan Gua Maria tersebut,” kata Theopillus Bella, Sekertaris Jenderal Religions for Peace Indonesia kemarin.
Ia menjelaskan, artikel tersebut berjudul “Kristenisasi Berkedok Tempat Wisata” yang dimuat dalam tabloid Media Umat Edisi 20 April – 3 Mei 2012, halaman 14.
Akibat hasutan tersebut, Minggu, (6/5) telah digelar tabliq akbar di Sengon Kerep, dekat Gua Maria yang diikuti sekitar 800 sampai 1.000 massa dari Klaten, Solo dan DI Yogyakarta.
“Untung sekali pihak kepolisian dan aparat keamanan terkait telah mengantisipasi dengan baik situasi keamanan dan malah menutup jalan menuju Gua Maria”, kata Theophillus.
Menurutnya, kecurigaan akan Gua Maria sebagai kedok kristenisasi sering terjadi. Sebelumnya pada April tahun 2010 Gua Maria di Desa Jati Mulya, Rangkas Bitung, Lebak, Banten diganggu warga dari daerah sekitar gua.
“Juga pada bulan November 2010 yang lalu ditemukan sebuah bom rakitan di Gua Maria di Prambanan, Klaten, DIY’, tambahnya lagi.
Selain itu, 14 Desember 2011 lalu, pada tengah malam Gua Maria Sendang Pawitra di Dukuh Sendang, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah dirusak orang tak dikenal. Kepala patung Bunda Maria hilang dan patung-patung malaikat dan tempat air suci dirusak. Salib kayu juga hilang.
“Polisi telah menyelidiki kasus ini, namun hingga kini mereka belum bisa mengungkap pelakunya,” kata Theophillus.
Diperoleh informasi, bahwa Gua Maria itu disegel Satpol PP pada Sabtu (5/5).
(ucanews/Foto: kaskus.us)

Warga Aceh tak ingin konflik agama terkait penyegelan gereja

Sejumlah warga Aceh berharap kasus penyegelan sejumlah gereja Katolik dan Proteatn di Aceh Singkil tidak melebar ke daerah lain hingga berakhir ke konflik agama.
“Pemerintah harus segera menyelesaikan permasalahan yang terjadi di Singkil. Jangan gara-gara kasus tersebut, nama Aceh tercoreng,” kata Munira, seorang warga Banda Aceh, Selasa (8/5), seperti dilansir sinarharapan.com.
Munira berharap kasus penyegelan sejumlah tempat ibadah di Aceh Singkil harus diselesaikan secara bijak oleh pemerintah sehingga tidak ada penganut agama yang tersakiti.
“Di Aceh belum pernah terjadi konflik agama, jangan sampai karena permasalahan tersebut konflik agama terjadi di Aceh atau permasalahannya melebar ke daerah lain,” kata tenaga pendidik di salah satu Pesantren tersebut.
Hal sama juga disampaikan oleh Asnawi. Ia berharap semua pihak dapat menahan diri dan tidak memperkeruh suasana di Aceh Singkil. “Jangan sampai terjadi perang agama di sana,” ujar Asnawi yang mengaku berasal dari Singkil.
Seperti diberitakan sebelumnya, 16 gereja (bukan 17) dan satu tempat ibadah aliran kepercayaan disegel oleh tim penertiban rumah ibadah yang dibentuk Pemerintah Kabupaten Aceh Singkil. Penyegelan dilakukan sejak Selasa (1/5) lalu.
Peraturan Bersama Dua Menteri tentang Rumah Ibadah; Peraturan Gubernur No 25/2007 tentang Izin Pendirian Rumah Ibadah di Aceh, Qanun Aceh Singkil No 2/2007 tentang Pendirian Rumah Ibadah, dan surat perjanjian bersama antara komunitas Islam dan Kristen dari tiga kecamatan di Aceh Singkil (Kecamatan Simpang Kanan, Kecamatan Gunung Meriah, dan Kecamatan Danau Paris yang diteken pada 11 Oktober 2001; digunakan sebagai alasan penyegelan.
Wakil Menteri Agama Nazaruddin Umar mengaku kaget dengan penyegelan ini. “Saya kaget. Hal seperti ini jarang terjadi di Aceh,” ungkapnya saat dihubungi SH, kemarin.
Masyarakat Aceh, menurut Nazaruddin, dikenal sangat toleran dalam pergaulan lintas agama. “Saya selaku pribadi dan Wamenag akan proaktif mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi di sana,” katanya.
Namun, Nazaruddin meyakini bahwa pemimpin baru Aceh yang terpilih saat ini bisa memberikan solusi yang baik bagi semua pihak. “Insya Allah, pemimpin yang baru terpilih punya kearifan untuk memberi solusi terbaik bagi semua warga Aceh,” ucapnya.
Wakil Ketua Komisi II DPR Ganjar Pranowo mengatakan, Menteri Agama harus turun ke Aceh untuk menyelesaikan kasus ini. “Jangan pengalaman buruk seperti yang terjadi di Kota Bogor kembali terulang. Karena ini soal agama maka ini adalah urusan pusat. Menteri Agama jangan diam saja,” ungkapnya di Jakarta, kemarin. (ucanews)

Gua Ziarah Umat Katolik Disatroni Massa

(07/05/2012)Pemerintah Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), menghentikan sementara pembangunan sebuah gua yang akan dijadikan tempat ibadah dan ziarah umat Katolik di wilayah kecamatan Gedangsari. Penghentian ini setelah sekelompok massa menyatroni lokasi itu.
Untuk menjaga ketenangan daerah tersebut, polisi menurunkan 500 personel Kepolisian Polres Gunungkidul. Kemudian Nahdlatul Ulama menurunkan pasukan Banser menjaga lokasi yang akan dibangun tempat ziarah tersebut.
Pelaksana Tugas Sekretaris Daerah Kabupaten Gunungkidul Budi Martono, mengatakan upaya penghentian ini dilakukan agar proses pembuatan tempat ibadah dilalui sesuai dengan prosedur yang berlaku. Untuk itu, semua proses bisa diselesaikan lebih dulu sehingga tidak  memicu ketegangan sosial. Sebab, lanjut dia, persoalan ketegangan yang terjadi di sekitar Desa Sampang, Gedangsari, lebih dipicu karena prosedur yang kurang pas dilaksanakan.
''Jadi kami menghentikan dulu proses pengerjaannya. Nanti kami koordinasi dan kita cari jalan tengah yang baik,'' katanya, Senin 7 Mei 2012.
Untuk membahas gua yang akan dijadikan tempat ibadah itu, pemkab akan segera melakukan rapat internal yang melibatkan forum pimpinan daerah serta Forum Kerukunan Umat Beragama(FKUB). Menurutnya persoalan yang harus segera diselesaikan.
''Kami berharap mudah mudahan tidak ada politisasi, sehingga semua menjadi lancar dan warga hidup tenteram,'' lanjutnya.
Sementara, ribuan orang berusaha merangsek barikade  kepolisian yang menutup jalan menuju goa yang kini mulai dibangun sebagai tempat ibadah. Kapolres Gunungkidul AKBP Ihsan Amin yang memimpin langsung pengamanan berharap tidak ada ketegangan di masyarakat berkaitan dengan pembangunan tempat ibadah.
"Sudah ada aturan mengenai pembangunan tempat ibadah. Jadi saya yakin warga masih bisa diajak musyawarah,'' ujarnya.
Untuk melakukan pengamanan, sedikitnya 500 personel kepolisian dilibatkan di desa yang berbatasan dengan Klaten, Jawa Tengah tersebut. Pengamanan ini pihak kepolisian yang juga dibantu Banser.
''Alhamdulillah ini lancar dan kami akan mengunggu proses mediasi dari pemkab. Karena ini tanggungjawab bersama. Kami di sini mengamankan. Jadi Pemkab yang pegang kendali mediasi bersama FKUB,'' ujarnya.
Sebelumnya, panitia pembangunan tempat peribadatan tersebut datang ke DPRD Gunungkidul. Mereka menyampaikan penjelasan mengenai bukti-bukti menyangkut perizinan hingga proses hibah. Semua sudah disampaikan dengan jelas termasuk sebidang tanah sampai dengan masalah pengalihan hak dari pemilik tanah Ny Gito Suwarno warga Desa Sampang, Gedangsari.
Namun demikian, diakui hingga saat ini masih belum ada izin mendirikan bangunan (IMB). Oleh karena itu, pembangunan gua yang sedianya untuk tempat ibadah tersebut untuk sementara dihentikan pembangunannya. (vivanews.com)

Pesan Bapa Suci Benediktus XVI untuk Hari Komunikasi Sosial Sedunia ke-46



Keheningan dan Kata: Jalan Evangelisasi
20 Mei 2012



Saudara dan Saudariku yang terkasih,
Menjelang hari Komunikasi Sedunia tahun 2012, saya ingin berbagi dengan anda beberapa permenungan tentang salah satu aspek dari proses komunikasi manusia yang meskipun penting, sering diabaikan, dan kini tampaknya sangat perlu untuk diingat. Ini menyangkut hubungan antara keheningan dan kata: dua aspek komunikasi yang perlu dipertahankan agar tetap berimbang, untuk diterapkan  secara bergantian dan diintegrasikan satu sama lain jika ingin mencapai dialog yang otentik dan hubungan kedekatan yang mendalam di antara manusia. Ketika kata dan keheningan terpisah satu dengan yang lain, komunikasi menjadi putus entah karena keterpisahan itu menimbulkan kebingungan atau  karena, sebaliknya, menciptakan suasana dingin. Namun apabila mereka saling melengkapi, komunikasi memperoleh nilai dan makna.
Keheningan adalah unsur utuh dari komunikasi;  tanpa keheningan, kata yang kaya pesan tak akan ada. Dalam keheningan, kita lebih mampu mendengar dan memahami diri kita sendiri, gagasan-gagasan dapat lahir dan mencapai kedalaman makna. Dalam keheningan, kita memahami dengan lebih jelas apa yang ingin kita katakan, apa yang kita harapkan dari orang lain dan bagaimana mengungkapkan diri. Dengan  keheningan, kita membiarkan  orang berbicara  dan mengungkapkan dirinya; dan  kita mencegah diri kita terpatok pada kata-kata dan gagasan kita sendiri tanpa ditelaah secara memadai. Dengan demikian, ruang yang diciptakan untuk saling mendengar dan membangun hubungan manusiawi menjadi lebih mungkin.
Seringkali dalam keheningan, misalnya, kita melihat adanya komunikasi paling otentik antara orang yang sedang jatuh cinta: gerak-gerik, ekspresi wajah dan bahasa tubuh adalah tanda-tanda   mereka mengungkapkan dirinya bagi yang lain. Kegembiraan, kecemasan dan penderitaannya dapat dikomunikasikan semuanya dalam keheningan. Sesungguhnya bagi mereka, keheningan merupakan cara mengungkapkan diri yang sangat kuat. Maka keheningan membuka jalan bagi komunikasi yang lebih aktif,  yang bila disertai kepekaan dan kemampuan untuk mendengar, ia mampu mewujudkan takaran dan kodrat hubungan yang benar oleh mereka yang terlibat dalamnya. Ketika pesan dan informasi melimpah ruah, keheningan menjadi hakiki untuk membedakan mana yang  penting dan mana yang tidak berguna atau sekuder. Permenungan yang lebih mendalam membantu kita menemukan  jalinan antara peristiwa-peristiwa yang tampaknya tidak berkaitan, mengevalusasi, menganalisis pesan dan hal ini memungkinkan kita berbagi pendapat yang bijaksana dan relevan, sehingga melahirkan suatu stuktur  otentik mengenai pengetahuan yang kita miliki bersama. Agar hal ini terjadi, perlu dikembangkan lingkungan yang sesuai, sejenis ‘ekosistem' yang mempertahankan keseimbangan antara keheningan, kata-kata, gambar dan suara.
Proses komunikasi pada saat ini sebagian besar  dipicu oleh  pertanyaan pencarian jawaban. Mesin pencari dalam jejaringan sosial telah menjadi titik awal komunikasi bagi banyak orang yang mencari saran, gagasan, informasi dan jawaban. Di zaman kita, internet lebih menjadi sebuah forum untuk pertanyaan dan jawaban. Memang, manusia zaman kini sering diterpa dengan  jawaban-jawaban untuk pertanyaan yang tidak pernah mereka ajukan dan kebutuhan yang tidak pernah mereka sadari. Bila kita mengenal dan berfokus pada pertanyaaan-pertanyaan yang sungguh-sungguh penting, maka keheningan adalah suatu modal berharga yang memampukan kita untuk  memiliki ketrampilan membedakan secara tepat  berhadapan dengan meningkatnya stimulus dan data  yang kita terima. Bagaimanapun juga, di tengah kerumitan dan keragaman dunia komunikasi, banyak orang dihadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan utama tentang keberadaan manusia:  siapakah saya? Apa yang dapat saya tahu? Apa yang harus saya lakukan? Apa yang boleh saya harapkan? Hal ini penting untuk memberikan jawaban kepada mereka yang seringkali melontarkan pertanyaan-pertanyaan serupa dan membuka kemungkinan untuk sebuah dialog yang mendalam- melalui sarana kata-kata dan tukar pikiran- tetapi juga  melalui panggilan untuk permenungan yang hening; sesuatu yang seringkali lebih berharga ketimbang jawaban yang tergesa-gesa, sekaligus memberikan kemungkinan kepada para pencari jawaban menjangkau kedalaman diri dan membuka diri bagi jalan menuju pengetahuan yang telah diukir Allah dalam sanubari manusia.
Pada akhirnya, pertanyaan-pertanyaan  yang senantiasa dilontarkan ini menunjukkan kegelisahan manusia yang tiada hentinya mencari kebenaran- dari yang terpenting hingga yang kurang penting- yang dapat memberikan makna dan harapan bagi kehidupan mereka. Kaum laki-laki dan perempuan tidak boleh merasa puas dengan tukar pikiran dan pengalaman hidup yang dangkal dan meragukan tanpa mempertanyakannya. Kita semua sedang  mencari kebenaran dan memendam kerinduan yang sama lebih dari masa yang pernah ada: "ketika manusia berbagi informasi, mereka telah berbagi diri mereka, pandangan mereka tentang dunia, harapan dan gagasan mereka" (Pesan Hari Komunikasi Sedunia tahun 2011).
Kita perlu menaruh perhatian terhadap berbagai jenis website (laman), aplikasi dan jejaring sosial yang dapat membantu manusia zaman ini menemukan waktu untuk permenungan dan pertanyaan sejati sekaligus  menciptakan ruang untuk keheningan  dan kesempatan untuk berdoa, meditasi, atau syering Sabda Allah. Melalui kalimat-kalimat yang singkat namun padat, seringkali tidak lebih panjang dari sebuah ayat dalam Kitab Suci, sebuah pemikiran yang mendalam dapat dikomunikasikan, asalkan mereka yang terlibat dalam percakapan itu tidak mengabaikan perlunya pertumbuhan hidup batin mereka sendiri. Tidak mengherankan bahwa  berbagai tradisi agama yang berbeda  menganggap kesendirian dan keheningan sebagai suatu keadaan  yang membantu manusia menemukan kembali diri mereka dan kebenaran yang memberikan makna bagi segala hal. Allah dalam wahyu Kitab Suci berbicara juga tanpa kata-kata: ‘seperti yang terungkap oleh Salib Kristus, Allah juga berbicara melalui keheningan. Keheningan Allah, pengalaman berjarak dari Allah yang mahakuasa adalah tahapan yang menentukan dalam perjalanan duniawi Putra Allah, Sabda yang menjelma . . . .keheningan Allah memperkaya kata-kata-Nya yang disampaikan sebelumnya. Dalam masa-masa kegelapan seperti inilah, Dia berbicara melalui rahasia keheningan-Nya" (Verbum Domini,21). Dalam keheningan Salib, kasih Allah dihidupi sedemikian sehingga menjadi sebuah pemberian yang paling utama. Setelah kematian Kristus, ada keheningan besar di atas bumi dan pada hari Sabtu Suci, ketika sang Raja meninggal ... Allah wafat dalam daging  dan membangkitkan mereka yang telah wafat sejak berabad-abad yang lalu" ( bacaan pada Hari Sabtu Suci); suara Allah bergema kembali, dipenuhi kasih bagi umat manusia.
Jika Allah berbicara kepada kita, bahkan dalam keheningan, kita pada gilirannya menemukan dalam keheningan kemungkinan berbicara dengan Allah dan tentang Allah. "kita membutuhkan keheningan untuk kontemplasi yang mengantar kita kepada titik dimana  sang Sabda, yaitu Sabda penebusan, lahir. (Homili, Perayaan Ekaristi bersama para anggota Komisi Teologi Internasional, 6 Oktober 2006). Apabila kita berbicara tentang kebesaran Allah, bahasa yang kita pergunakan tidak selalu memadai, dan dengan demikian, kita perlu membuka ruang untuk kontemplasi dalam keheningan. Dari kontemplasi itu, lahirlah dengan segala kekuatan batin, kerinduan yang mendesak akan perutusan, suatu kebutuhan  ‘mengkomunikasikan apa yang telah kita lihat dan dengar" sehingga semua orang memperoleh persekutuan dengan Allah. (1 Yoh 1:3). Kontemplasi  hening menyelimuti kita di dalam sumber cinta kasih yang  menuntun kita bertemu dengan sesama sehingga kita dapat merasakan penderitaan mereka dan  menyampaikan kepada mereka terang Kristus, amanat kehidupan dan karunia penyelamatan-Nya yang penuh kasih.
Maka, dalan kontemplasi yang hening,  sang Sabda kekal, yang oleh-Nya dunia diciptakan, sungguh-sungguh hadir dan kita  menjadi sadar akan rencana penyelamatan Allah yang terpenuhi melalui sejarah kita oleh perkataan dan perbuatan. Seperti yang ditandaskan oleh Konsili Vatikan II kepada kita, wahyu Ilahi digenapi oleh ‘perbuatan dan perkataan' yang  mengandung kesatuan di dalamnya: sehingga perbuatan-perbuatan yang dilakukan Allah dalam sejarah keselamatan, mewujud  dan menggenapi pengajaran dan kenyataan yang ditandai dengan  perkataan; sementara kata-kata itu  pada gilirannya menyatakan perbuatan dan mengungkapkan rahasia yang tersembunyi di dalamnya"(Dei Verbum, 2). Rencana penyelamatan ini mencapai puncaknya dalam diri Yesus dari Nazareth, pengantara dan pemenuhan semua wahyu.  Ia memperkenalkan diri kepada kita  wajah yang benar dari Allah Bapa dan oleh salib-Nya dan kebangkitan-Nya Ia  membebaskan kita dari perbudakan dosa dan kematian kepada pembebasan anak-anak Allah. Pertanyaan medasar tentang makna keberadaan manusia  menemukan jawabannya dalam misteri Kristus yang mampu membawa damai bagi hati manusia yang gelisah. Pertusan Gereja berasal dari misteri ini dan itulah misteri yang mendorong orang-orang Kristiani menjadi pembawa harapan dan keselamatan, saksi-saksi akan kasihAllah yang  menjunjung martabat manusia serta membangun keadilan dan damai.
Kata dan keheningan: belajar berkomunikasi adalah belajar untuk mendengar dan merenung sebagaimana berbicara. Hal ini terutama penting bagi mereka yang  terlibat dalam karya evangelisasi: baik keheningan maupun kata adalah unsur hakiki, bagian utuh karya komunikasi Gereja demi pembaruan karya pewartaan Kristus zaman ini.  Kepada  Bunda Maria,  yang dalam keheningannya "mendengarkan Sabda dan menjadikannya mekar" (Doa pribadi di Loreto, 1 September 2007),  saya mempercayakan semua karya evangelisasi yang Gereja laksanakan melalui sarana komunikasi sosial.

Vatikan, 24 Januari 2012, Pesta Santo Fransiskus dari Sales
Paus Benediktus XVI.