Jumat, 09 Maret 2012

Kemah Srawung Pramuka Yayasan Karmel

Dalam rangka menindaklanjuti ajakan Presiden Republik Indonesia tentang revitalisasi Gerakan Pramuka, Undang-Undang RI No. 12 tahun 2010  tentang   Gerakan Pramuka, dan Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) yang membahas pentingnya mengembangkan potensi peserta didik, maka Yayasan Karmel Malang mengadakan “Kemah Srawung Pramuka” beberapa minggu lalu di  Lapangan Rindam V Brawijaya, Lawang, Malang. Kegiatan ini diikuti oleh siswa-siswi TK, SD, SMP, SMA, dan SMK Yayasan Karmel Keuskupan Malang (se-Jawa Timur bagian timur plus Madura) serta dihadiri oleh Bapa Uskup, Mgr. HJS. Pandoyoputro, O.Carm. dan Para Pejabat Gereja Keuskupan Malang, Bupati Malang,  Komandan Kodim Brawijaya, Kapolres, dan Para Ketua Yayasan  Penyelenggara Pendidikan Se-Jawa Timur.

Penyelenggaraan “Kemah Srawung Pramuka” Yayasan Karmel ini dimaksudkan untuk mewujudnyatakan visi-misi Yayasan Karmel dalam pembentukan tata kehidupan bersama yang berbudaya berdasarkan kasih dan peduli pada yang miskin. Kecuali memiliki tujuan ke depan yang terus berkesinambungan dalam membangun dan mengembangkan karakter insan Karmel sebagai bagian dari pewaris budaya bangsa, kegiatan ini juga diselenggarakan sebagai ucapan syukur kepada Tuhan yang telah membimbing dan mendampingi Yayasan Karmel selama 86 tahun berkarya di Indonesia.
    Yayasan Karmel sebagai lembaga sosial dan lembaga penyelenggara pendidikan Keuskupan Malang memandang kegiatan kepramukaan ini sangat penting. Selain sebagai bagian integral pendidikan, kegiatan ini juga merupakan salah satu pilar utama bagi pengembangan watak dan potensi peserta didik.
    Secara empiris, sejak diundangkannya Undang-Undang RI No.20 tahun 2003 yang mensyaratkan hasil kelulusan peserta didik dengan standar pencapaian nilai tertentu yang harus terpenuhi, maka arah pendidikan di Indonesia menjadi semakin didominasi pada upaya pendidikan kognitif. Dengan demikian, rumusan tersebut tidak mampu memenuhi tujuan utama pendidikan yang dimaksudkan untuk pembentukan   manusia  seutuhnya,  yang  sesungguhnya bukan hanya untuk pengembangan kognitif melainkan juga untuk mewadahi aspek afektif dan psikomotor.  Dampak dari sistem pendidikan demikian dipandang  sangat  besar  terhadap  fenomena perilaku insan-insan lulusannya. “Produk” Para lulusan dari sistem tersebut memang diakui memiliki kecakapan kognitif yang cukup memadahi, namun kecapakan afektif dan psikomotorik yang juga menyangkut kecerdasan EQ dan SQ sangat kurang. Dampak lain dalam kehidupan nyata sangat jelas dapat  dilihat  dari   banyaknya  fenomena di masyarakat,   antara  lain  banyaknya  generasi muda cerdas yang kurang memiliki empati, banyak pejabat muda cerdas yang terjaring Komisi Pemberantasan Korupsi, dsb.
    Bagaimanapun harus diakui pula bahwa hasil pencapaian dari suatu upaya tertentu tidak pernah lepas dari proses yang telah dijalani. Artinya, bahwa karakter yang terbentuk pada anak tidaklah pernah lepas dari proses “pengalaman pendidikan” yang telah dijalaninya. Bahwa watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk merupakan hasil internalisasi dari beragam pengalaman hidup, kebajikan yang diyakini, cara pandang, yang kemudian diterapkan dalam sikap dan tindakan hidupnya. Dalam kerangka pikir ini, Yayasan Karmel sebagai lembaga penyelenggara pendidikan sangat menyadari peranannya yang juga turut memiliki kewajiban dalam pembentukan karakter anak bangsa yang menjadi siswa-siswi didiknya. Dengan demikian dapat ditegaskan pula bahwa apa yang menjadi Kepedulian masyarakat dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa juga telah menjadi kepedulian Yayasan Karmel.
    Berdasarkan pengalaman selama 86 tahun berkecimpung dalam dunia pendidikan, Yayasan Karmel berkeyakinan bahwa pola pendidikan yang tepat bukanlah sebatas pada upaya peningkatan kecerdasan kognitif - pada upaya pencapaian nilai tinggi yang dalam praktiknya sering disalahartikan dengan adanya upaya rekayasa dalam pemberian nilai yang tidak sesuai dengan kemampuan peserta didik yang sebenarnya masih dibawah standar, pembentukan “tim sukses” dari penyelenggara pendidikan untuk mencapai kelulusan 100%, dsb. Melainkan juga harus memperhatikan proses pengembangan kecerdasan afektif dan psikomotor peserta didik.
    Meskipun secara konseptual Pemerintah juga telah berupaya membangun karakter anak bangsa dengan diadakannya RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) berkarakter di sekolah-sekolah. Namun pada tingkat penyelenggaraannya di sekolah, konsep tersebut sangat sulit diaplikasikan karena harus berbenturan dengan tuntutan pencapaian standar nilai tinggi yang juga harus menjadi fokus utama dari para pendidik dan peserta didik. Singkatnya, RPP tersebut menjadi tidak aplikatif lagi. Namun demikian, Yayasan Karmel yang juga harus menyesuaikan proses pendidikan dengan program pemerintah, berupaya untuk tetap mengikuti aturan tersebut sambil mencari alternatif lain dalam proses pengembangan watak dan potensi peserta didik.
    Oleh karena itu, Yayasan Karmel bersamaan dengan Hari Ulang Tahunnya yang ke-86, bertekad untuk mewujudkan cita-cita  luhurnya   dalam  upaya  pembangunan anak bangsa seutuhnya tersebut dengan membangkitkan kembali semangat kepramukaan yang dipandang baik dalam menunjang upaya pembentukan kecerdasan afektif dan psikomotorik peserta didik. Dengan demikian, Kemah Srawung Pramuka ini merupakan salah satu bentuk dari upaya Yayasan Karmel untuk mengembangkan pendidikan budaya dan karakter peserta didik yang kemudian akan terus dilanjutkan secara berkesinambungan oleh masing-masing sekolah pada masa-masa mendatang dalam bentuk kegiatan  wajib  sekolah  sebagai bagian dari kurikulum tetap Yayasan. Sehingga menjadi semakin jelaslah bahwa tujuan   utama  dari  penyelenggaraan  kegiatan “Kemah Srawung Pramuka Yayasan Karmel” ini adalah guna membangkitkan kembali semangat kepramukaan dan secara konsisten untuk membangun karakter anak bangsa menjadi pribadi-pribadi yang lebih religius, jujur, toleran, disiplin, mau bekerja keras, kreatif, mandiri, memiliki semangat kebangsaan yang tinggi dan cinta tanah air, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan gemar membaca, menghargai prestasi dan pengetahuan, demokratis, bersahabat, cinta damai, peduli sosial dan menghargai perbedaan dengan semangat kasih, peduli lingkungan dan memiliki tanggung  jawab yang tinggi. Akhirnya, semoga kegiatan kepramukaan ini menjadi awal yang baik bagi perwujudan seluruh cita-cita luhur tersebut.***(Laporan Diego W)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar