Selasa, 20 Maret 2012

SBY: Jangan Ada Perang Terbuka di Selat Hormuz

Indonesia berharap Perserkatan Bangsa Bangsa (PBB) memainkan peran untuk memastikan bahwa krisis di kawasan Selat Hormuz tidak berubah menjadi perang terbuka. Jika perang terjadi, maka harga minyak dunia akan semakin meroket.

”Jangan sampai terjadi perang terbuka di wilayah itu, yang mengakibatkan selat harus ditutup. Hal ini akan berdampak pada negara-negara lain, utamanya terkait harga minyak,” kata Presiden SBY pada bagian lain keterangan persnya bersama Sekjen PBB Ban Ki-moon di Istana Bogor, Selasa (20/3) siang.

Sebelum memberikan keterangan pers bersama, kedua pemimpin melakukan pertemuan bilateral selama satu jam lebih.

"Sekarang saja harga minyak meroket," SBY mengingatkan. "Kita juga berharap Iran, Amerika Serikat, dan Uni Eropa betul-betul melakukan sesuatu tindakan konkret di sana. Jangan sampai dampaknya kemana-mana dan mengganggu stabilitas dan perdamaian dunia," Presiden menambahkan.

Mengenai situasi di Suriah, Ban-Ki-Moon menekankan tiga prioritas. Yaitu, pertama, agar kekerasan segera dihentikan. Kedua, melakukan dialog politik, dan ketiga membuat basis akses untuk bantuan kemanusiaan melalui jalur laut.

Presiden SBY sejalan dengan pemikiran tersebut. Menurut SBY, meskipun kita harus menghormati kedaulatan Suriah, tapi jatuhnya korban sipil tidak boleh dibiarkan terus berlangsung. Mau tidak mau harus ada upaya dunia untuk memastikan bahwa penderitaan manusia segera dihentikan.

"Yang penting dunia harus bersatu. Jangan karena tidak bisa menghasilkan resolusi PBB lantas tidak terjadi apapun di Suriaj," Kepala Negara menegaskan. "Saya harap PBB, Liga Arab termasuk OKI, bersama-sama menghentikan kekerasan yang berlangsung dan dibuka ruang untuk mencari solusi terbaik untuk bangsa Suriah," ujar SBY. (yun-presidensby.info)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar