Rabu, 14 September 2011

Eksistensi Keallahan Yesus

HIDUPKATOLIK.com - Yesus dikenali sebagai Allah setelah kebangkitanNya. Mengapa Yesus tidak memperkenalkan diri langsung sebagai Allah kepada para rasul-Nya?

Gregoria Atiek, Surabaya

Pertama, kita harus menyadari bahwa monoteisme di kalangan Yahudi sangat kuat. Karena itu, pasti Yesus tidak melakukan sesuatu yang bertentangan dan melemahkan ajaran monoteisme ini. Identitas Yesus sebagai Allah hanya bisa dimengerti ketika Yesus memberikan hidup-Nya dalam ketaatan kepada Bapa dan bangkit dari antara orang mati. Di sini menjadi jelas bahwa Yesus bukan ”allah kedua” atau saingan Yahweh, tetapi adalah Sang Putra yang martabat dan eksistensi Ilahi-Nya justru terdiri dari ”menerima segala sesuatu dari Bapa-Nya”. Setelah melihat hidup-Nya dan merenungkan ajaran-Nya dalam terang wafat dan kebangkitan-Nya, para murid dapat mengenali keallahan Yesus dalam kaitan dengan Yahweh, Allah Israel.

Kedua, kesadaran Yesus akan keilahiannya tampak jelas pada beberapa kejadian. Misalnya, ketika Yesus menyampaikan ajaran-Nya tentang Kerajaan Allah, rumusan yang digunakan Yesus sungguh tidak biasa. Pada umumnya para nabi menggunakan rumusan ”maka Tuhan bersabda” atau ”Inilah kata-kata Allah”. Tetapi, Yesus menggunakan rumusan ”Aku berkata kepadamu” atau ”Sesungguhnya, Aku berkata kepadamu”. Pesan yang disampaikan Yesus bukanlah sesuatu dari luar diri-Nya seperti yang dilakukan oleh para nabi. Demikian pula, Yesus tidak membedakan kata-kata-Nya sendiri dengan kata-kata dari Allah. Keberanian Yesus untuk mengubah Hukum Ilahi yang diberikan melalui Musa menimbulkan tanda tanya tentang identitas-Nya, siapakah Yesus yang mengubah Hukum Ilahi dengan otoritas diri-Nya sendiri. Kata-kata-Nya menunjukkan kesadaran akan keallahan-Nya yang berhak mengubah Hukum Ilahi.

Ketiga, tuntutan Yesus kepada para murid-Nya juga menyiratkan kesadaran Yesus akan keilahiannya. Mereka yang dipanggil Yesus tidak hanya harus menyerahkan seluruh harta milik mereka, tetapi juga harus memilih Dia lebih daripada ikatan keluarga yang terdekat sekalipun, dan bahkan melebihi hidup mereka sendiri.

”Jikalau seseorang datang kepada-Mu dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, istrinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.” (Luk 14:26; bdk Mat 10:37) Tuntutan Yesus ini pasti mengejutkan murid-murid-Nya, sebab masyarakat Yahudi sangat menyucikan hormat kepada orangtua sesuai dengan perintah keempat dari Sepuluh Perintah Allah. Menguburkan orangtua adalah kewajiban yang paling suci.

Atas keberatan murid yang diungkapkan: ”Izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan bapaku,” Yesus menjawab: ”Biarlah orang mati menguburkan orang mati; tetapi engkau, pergilah dan beritakanlah Kerajaan Allah di mana-mana” (Luk 9:59-60). Tentu saja tuntutan Yesus menimbulkan pertanyaan: ”Siapakah orang ini yang berani menuntut loyalitas yang sedemikian tinggi untuk diri-Nya, suatu keterikatan mutlak yang mengatasi relasi insani yang paling intim dan keterikatan pada hidup seseorang itu sendiri?” Pertanyaan ini hanya bisa dijawab kalau kita mengandaikan kesadaran Yesus akan keilahian diri-Nya. Keterikatan pada Yesus pada akhirnya merupakan keterikatan pada Allah.

Keempat, dalam doa-doa-Nya Yesus menyebut Allah sebagai Bapa (Abba). Sebutan ini menunjukkan kesadaran akan keintiman yang unik dengan Allah. Yesus membedakan relasi-Nya dengan Bapa dan relasi murid-murid-Nya dengan Bapa yang sama, yaitu tidak menyebut Allah bersama-sama sebagai ”Bapa kami” tetapi ”Bapa-Ku dan Bapamu” (Yoh 20:18). Ungkapan ini menunjukkan kesadaran Yesus sebagai Allah dalam relasi yang unik dengan Allah Bapa-Nya.

Kelima, kesadaran Yesus bahwa Dia mempunyai kuasa untuk mengampuni dosa juga menyiratkan kesadaran-Nya bahwa Dia adalah Allah, karena hanya Allah yang bisa mengampuni dosa (bdk Mat 9:1-8). Dengan mengampuni dosa atas nama-Nya sendiri, Yesus menunjukkan kesadaran bahwa Dia memiliki otoritas Ilahi (Mat 9:6). Semua ini jelas menunjukkan bahwa Yesus sangat sadar akan keilahian-Nya.

Dr Petrus Maria Handoko CM

Franz Magnis Suseno, Radikal dalam Iman, Toleran pada Sesama

Franz Magnis Suseno atau akrab disapa Romo Magnis sudah genap berusia 75 tahun pada Mei 2011 lalu. Sebagai rohaniawan Katolik dari Ordo Serikat Yesus (SJ), perjalanan hidupnya tidak lepas dari panggilan untuk berkarya untuk Allah dan sesama.

Dia tiba di Indonesia pada Januari 1961 setelah menjalani studi S2 filsafat di Hochschule fur Philosophie di Pullach, Jerman. Alasannya cukup sederhana. Dia merasa hidup dan ilmunya bisa lebih bermanfaat bagi gereja di Indonesia dibandingkan di Jerman.

 "Saya tidak pernah berminat kembali ke Jerman. Saya mau tetap di sini, saya merasa bisa dan diterima, maka saya menjalankan semua seluk beluk birokrasi menjadi warga negara Indonesia (WNI) selama tujuh tahun dari tahun 1970 sampai tahun 1977 akhirnya resmi menjadi WNI. Tidak ada alasan khusus, mungkin, karena saya tidak bayar khusus. Tetapi, tidak apa-apa menunggu sedikit lama," kata Romo Magnis di awal pembicaraan dengan SP di kampus Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara, Jakarta, baru-baru ini.

Kurun waktu 50 tahun di Indonesia bukan masa yang pendek. Romo Magnis yang juga dikenal sebagai budayawan ini, sudah hidup di Indonesia di bawah kepemimpinan enam presiden sejak Presiden Soekarno berada di puncak kejayaan.

Dia menyadari betul kehidupan bangsa Indonesia yang plural atau bhinneka. Oleh karena itu, keakrabannya dengan sejumlah kiai, ulama, atau tokoh agama lain, dianggap bukan hal yang istimewa. Dia dekat dengan tokoh-tokoh intelektual Islam seperti almarhum Nurcholish Madjid atau Cak Nur dan mantan Presiden Abdurahman Wahid alias Gus Dur. Bahkan ia juga cukup dekat dengan tokoh yang dikenal sebagai garis keras Islam, Ahmad Sumargono.

Franz Magnis bersama sejumlah pendeta juga pernah berdialog di rumah Ketua Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq terkait izin mendirikan gereja. Pria yang lahir di desa Eckersdorf, Silesia, Jerman dengan nama Franz Graf von Magnis itu mengaku sebagai sosok yang radikal di dalam iman.

Namun, radikalisme yang ia anut tidak membuat dia memandang sinis agama lain. Menurutnya, radikalisme bisa berjalan beriringan dengan sikap terbuka, toleran, atau pluralis.

Sebab, radikalisme tidak berarti kekerasan namun kesediaan seseorang untuk secara penuh atau 100 persen menghayati dan menjalankan imannya.

Radikalisme, ujarnya, tidak sama-sama dengan fanatisme dan fundamentalisme. Seseorang yang fanatik menyingkirkan semua pertimbangan kemanusiaan dan ideologi di luar pikirannya.

Orang yang fanatik bisa menjadi teroris karena dia berjuang demi agamanya. Sedangkan, fundamentalisme adalah intepretasi tertentu terhadap iman.

Seorang fundamental mengira dia sudah mengerti agamanya.

Ciri khas fundamentalisme adalah penganutnya merasa sangat yakin telah sepenuhnya memiliki kebenaran, tidak ada keraguan, dan tidak perlu mempertanyakan imannya lagi.

Seorang fundamental menganggap tahu persis apa kehendak Allah, sehingga hermeneutika atau tafsiran adalah barang haram dan murtad.  

Romo Magnis mengatakan, seluruh situasi pluralitas terkategori rawan konflik. Oleh karena itu, perlu terus menerus dibangun komunikasi demi mencairkan prasangka dan kecurigaan antaragama.

Dia mencontohkan, dalam hubungan pribadi sekali pun, seseorang tidak boleh membuat pembedaan. Misalnya apakah orang lain Islam moderal, liberal, garis keras, fundamental, dan lainnya.

Sebaliknya, seseorang harus berani berdialog untuk menghilangkan rasa was-was berlebihan dan menghapus stereotipe.

Dia mengatakan salah satu bahaya dalam hubungan beragama adalah saat kita melihat orang lain sebagai unsur dari kelompok dan bukan sebagai pribadi.

Dari situlah semua apriori dan prasangka masuk sehingga menghambat komunikasi. 

Di sisi lain, dia menuturkan, seseorang juga harus memandang agama lain dari sudut pandang bagaimana orang-orang terbaik dari agama itu melihat agamanya.

Sebagai contoh, orang Kristiani harus melihat Islam dari sudut pandang tokoh-tokoh Islam yang sungguh-sungguh. Bukan dilihat dari segala kemiringan atau kejelekan agama Islam.

 "Kita harus mampu menghargai yang berbeda, boleh saja kita punya kritik. Tidak perlu semua hal kita setujui karena dalam agama memang ada perbedaan yang fundamental. Kita terima saja," kata Frans Magnis yang ditahbiskan sebagai imam atau pastor di Yogyakarta tahun 1967 oleh kardinal pertama Indonesia, Justinus Darmojuwono.

Dia menjelaskan pluralisme di Indonesia mulai berkembang pada 1970 saat tumbuhnya keterbukaan intelektual di kalangan Islam.

Sebelumnya, pada era 1950 atau 1960, Islam santri tidak cukup direpresentasikan ke dalam kalangan intelektual. Namun hal itu berubah dengan munculnya sejumlah tokoh Islam yang mencolok antara lain Cak Nur dan Gus Dur.

 Di kalangan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), dialog pluralisme juga semakin berkembang dimana dia kerap diundang sebagai pembicara seminar.

Romo Magnis ditugaskan atasannya untuk mendirikan STF Driyarkara pada 1969. Di sela-sela tugas itu, pada 1971-1973, dia menempuh studi doktor Universitas Munchen dengan disertasi tentang Karl Marx.

Dia menulis sekitar 25 buku di bidang filsafat, etika, dan pandangan Jawa. Pada 2002, dia menerima gelar Doctor Honoris Causae dalam teologi dari Universitas Luzern di Swiss.

Salah satu bukunya, Menalar Tuhan, dipersembahkan bagi mereka yang percaya kepada Tuhan dan ingin menjawab pertanyaan apakah masih masuk akal percaya kepada Tuhan.

Selain itu, buku itu juga ditulis bagi mereka yang tidak lagi percaya kepada Tuhan tetapi dalam garis kejujuran intelektual dan masih ingin mendalami pertanyaan tentang dasar-dasar rasionalitas kepercayaan akan Tuhan. 

Terkait hal itu, Romo Magnis mengatakan dalam beragama sekalipun seseorang harus memakai nalar.

Sayangnya, pendidikan agama di Indonesia masih sekadar hapalan atau bersifat top-down. "Padahal, hanya dengan cara demikian (bernalar), kesumpekan dan pembatuan dalam agama pada hal-hal itu saja bisa dihindari," katanya. (SuaraPembaharuan)

Rabu, 07 September 2011

Nasib Wim Masih Belum Jelas

Dua kekalahan yang sudah diterima timnas di ajang Kualifikasi Piala Dunia 2014, membuat posisi pelatih kepala Wim Rijsbergen makin tak jelas. Rumor akan adanya pemecatan, makin mendekati kenyataan.
Penanggung jawab timnas, Bernard Limbong yang ditemui usai kekalahan timnas dari Bahrain, mengaku saat ini belum bisa memutuskan nasib Rijsbergen. Kata Limbong, semua tergantung perkembangan.
Hanya saja, saat ini ada beberapa opsi terkait masa depan pelatih asal Belanda tersebut. "Dari saya pribadi mengusulkan Rijsbergen diberi deadline. Masih bisa dilanjutkan tapi harus ada garansi yang jelas. Jika gagal,dia harus mundur. Soal pemain,dia diberi kebebasan penuh," kata Limbong.
Jika saja Risjbergen diturunkan, masih usulan Limbong, sebaiknya tim yang turun di laga sisa Kualifikasi Piala Dunia 2014 diserahkan pada timnas U-23 SEA Games 2011. Ini dimaksudkan untuk memberi pengalaman sebelum turun di ajang resmi. "Tapi semua tergantung komite eksekutif. Itu hanya ide saya,"pungkas Limbong. (duniasoccer.com/hanif)

Senin, 05 September 2011

Fungsi utama media: sampaikan informasi

Oleh Sirikitsyah*

Jakarta (ANTARA News) - Tampaknya ini persoalan sederhana. Semua orang juga tahu bahwa fungsi media yang utama adalah menyampaikan informasi. Namun ini perlu saya ulang dan saya tegaskan berkali-kali, supaya media tetap ingat. Juga supaya media massa tak didominasi berita hiburan (gosip selebriti) atau iklan.

Nah, apakah berita tentang Nazarudin yang menghiasi halaman depan semua media arus utama di Indonesia sejak bulan Mei 2011 termasuk memenuhi fungsi informasi? Tentu ada yang merasa sudah tercukupi dan terpuasi.

Namun tak sedikit pula yang merasa tak mendapat info apa-apa (maksudnya yang siginifikan, bukan sekadar tong kosong nyaring bunyinya). Ada juga  yang tak melihat perkembangan (progress) dari kasus suap dan korupsi Wisma Atlet. Semua seperti berjalan di tempat atau mundur atau kesana kemari tak sampai jua ke tujuan: pembongkaran kasus suap itu.

Tentu saja berita-berita Nazarudin dan kembangannya adalah informasi. Namun media massa mesti mengingat standar pemberitaan: ABC. Informasi mesti Akurat, Balanced atau Berimbang, dan Clear atau Complete. Berita dengan Nazarudin sebagai narasumber, bisa dianggap sebagai berita yang akurat, karena narasumbernya pelaku, atau setidaknya tersangka. Prime source. Namun itu saja tidak cukup bagi media massa untuk memenuhi kriteria informatif.

Apakah beritanya sudah balanced? Terutama karena narasumber utama menyebut-nyebut nama lain? Nama lain itu tentu harus diberi porsi yang seimbang. Berita Nazarudin juga kurang Complete dan kurang Clear, karena lebih banyak mengumbar kata-kata tanpa bukti. Siapa yang tidak bisa, misalnya, mengacung-acungkan "flash disc" lalu berkata: "Di sini ada rahasia para pejabat penting di Indonesia."

Apalagi bila wartawan tidak mengejar atau menelusuri kebenaran isi "flash disc" itu. Jangan-jangan itu cuma "flash disc" berisi lagu-lagu, atau foto-foto keluarga, atau malah kosong?

Di sini nilai informatif berita-berita tentang Nazarudin menjadi meragukan. Sekali lagi, berita dianggap informatif bila yang dikabarkan akurat, balanced, dan complete atau clear. Ini rumus ABC paling sederhana untuk tiap jurnalis. Berita Nazarudin tak pernah balanced dan belum complete.

Sebagai konsumen media, kita malah seperti diajak menari mengikuti irama gendang yang ditabuh Nazarudin. Bukannya media massa menelusuri, menyelidiki, melakukan liputan mendalam atau liputan investigasi, media menerima apa saja yang kelur dari mulut Nazarud dan pengacaranya. Maka berita pokoknya, yaitu tentang dugaan adanya suap dan korupsi Wisma Atlet di Kementerian Menpora, Badan /Panitia Anggaran di DPR RI, terabaikan.

Nazarudin menabuh kendang dengan irama selain kasus dugaan suap. Dia menyanyikan lagu bahwa pimpinan KPK pernah bertemu dengannya (yang saya sebagai orang awam akan bertanya: "Seandainya benar mereka pernah bertemu, so what?" Tak ada larangan bagi para tokoh di Jakarta untuk saling bertemu, bukan?).

Pertanyaan intinya, yang lupa ditanyakan para wartawan adalah, "Kalau mereka bertemu dimana letak kesalahannya?" "Pertemuan itu dalam rangka apa dan membicarakan apa?" "Apa sudah ada kasus Wisma Atlet?" "Apa ada negosiasi untuk jadi Ketua KPK?"

Jadi, yang penting adalah apa isi pertemuannya, bukan benarkah mereka pernah bertemu. Konsumen media diberi suguhan irama lagu yang incomplete dan unclear. Apa point-nya mengungkap pertemuan Nazarudin dengan pimpinan KPK (yang konon terjadi awal 2010), apa kaitannya dengan kasus suap Wisma Atlet? Media massa kurang piawai menggiring arus informasi ke arah yang ditunggu-tunggu publik. Media massa terlena mengikuti irama gendang tarian Nazarudin.

Irama lain yang ditabuh antara lain korupsi dan politik uang di Kongres Parta Demokrat (sebagai orang awam saya akan dengan skeptis bertanya: "Memang apa salahnya partai menggelontorkan begitu banyak uang agar kongresnya sukses? Kalau duit-duitnya sendiri? Bukankah itu praktik yang amat wajar?"). Oke, mungkin persoalannya, uang yang dipakai pesta partai itu adalah dana APBN. Uang rakyat. Jelas korupsi.

Narasumber media (Nazarudin) telah mengakui di depan publik bahwa "Partai saya pesta menggunakan dana APBN." Kalau para penegak hukum dan media massa berpegangan pada kalimat pengakuan ini saja, fokus, dan tak usah menengok kesana kemari, persoalan ini amat gampang diselesaikan. Pelakunya mengaku. Selesai.

Namun tampaknya para penegak hukum dan awak media kurang peka, kurang tanggap. Masih saja si Nazarudin diikuti iramanya, termasuk ketika dia berubah irama: "Saya lupa semua, saya tidak tahu apa-apa, saya tak akan merusak nama baik Partai Demokrat." Ini pun diserap begitu saja oleh media dan disajikan kepada kita, tanpa sikap "flashback" yang kritis atas pengakuannya sebelumnya. Apakah ini informasi yang kita butuhkan? Saya meragukannya. Lama-lama bosan juga kita rakyat Indonesia setiap hari selama berbulan-bulan membaca headline tentang satu kasus korupsi tanpa progres yang signifikan, apalagi solusi.

Media massa mesti kembali ingat pada fungsinya yang utama: menyampaikan informasi. Informasinya bukan sekadar pengumuman presiden, atau curhatan tersangka korupsi; melainkan yang benar-benar signifikan dan berdampak bagi publik. Publik akan lega bila koruptor yang bisa keliling dunia pakai pesawat carteran dan ketika buron malah mau nonton sepak bola dan berwisata, segera ditentukan hukumannya.

Sebaliknya, publik akan frustrasi bila semua pilar (pemerintah, hukum, parlemen, media massa) dijadikan bulan-bulanan oleh sang koruptor. Rakyat yang frustrasi mengganggu kesehatan jiwa masyarakat, dan dapat menyebabkan keputusasaan, kemarahan, apatisme, pemberontakan. Pemberontakan yang paling mudah dilakukan rakyat adalah malas membayar pajak (merasa tertipu karena pajak itu dipakai foya-foya oleh para pejabat). Ujung-ujungnya: pendapatan negara mampat, pembangunan tersendat, Indonesia tetap jalan di tempat.

Oleh sebab itu, saya mewakili para konsumen media yang sudah putus asa melihat konspirasi di antara ketiga pilar demokrasi, betul-betul berharap agar media massa berhenti mengikuti irama kendang Nazarudin. Sudah waktunya media memainkan perannya sebagai pengawas, sebagai "watch dog!" Atur jarak dari narasumber (termasuk para pengacaranya, yang hanya menjadikan media sebagai 'loud speakernya'). Lakukan reportase investigasi yang independen.
(@sirikitsyah)

*www.indonesianmediawatch.wordpress.com
*www.sirikitsyah.wordpress.com

Legenda Milan pecundangi Indonesia All Star 5-1


Franco Baresi
Jakarta (ANTARA News) - Legenda klub AC Milan Italia pecundangi Indonesia All Star Legend 5-1 pada pertandingan amal "AC Milan Glorie Asia Disaster Tour" melawan Indonesia All Star Legend di Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Minggu.

Gol kemenangan tim yang tergabung dalam AC Milan Glorie itu tercipta lewat Serginho menit 12, 19, 43 dan 60 serta Nelson Dida pada menit 50. Sedangkan gol tuan rumah dicetak oleh Ricky Yakobi menit 86.

Meski usianya tidak muda lagi, legenda AC Milan era 1980-an hingga 2000-an itu masih tetap menampilkan kemampuan terbaiknya seperti saat menjadi tulang punggung klub asal Kota Milan itu.

Terbukti, pertandingan baru berjalan 12 menit, gelandang lincah asal Brasil, Serginho mampu menjebol gawang tim tuan rumah yang dikawal oleh Hendro Kartiko sehingga merubah kedudukan menjadi 1-0.

Tuan rumah yang dimotori Ansyari Lubis sebetulnya juga terus berusaha memberikan perlawanan. Tetapi upaya yang dilakukan oleh Ricky Yakobi dan Rochy Puttiray berhasil dipatahkan barisan pertahanan Milan yang dimotori Franco Baresi.

Berusaha menyerang legenda Indonesia terledor dipertahanan. Lagi-lagi Serginho menjadi momok bagi tuan rumah. Pemain asal Brasil itu kembali mencetak gol pada menit 19 sehingga merubah kedudukan menjadi 2-0 untuk AC Milan Glorie.

Tertinggal 0-2, Indonesia All Star Legend yang dilatih oleh Benny Dolo berusaha menekan lawan. Beberapa kali peluang tercipta lewat kaki Rocky Puttiray, hanya saja serangan itu dimentahkan oleh penjaga gawang AC Milan Glorie, Nelson Dida.

Keasyikan menyerang kembali membuat pertahanan Indonesia All Star Legend terbuka. Dampaknya Serginho mampu mencetak hattrick setelah mampu menjebol gawang Hendro Kartiko pada menit 3-0. Kedudukan ini berlangsung hingga babak pertama usai.

Memasuki babak kedua anak asuh Benny Dolo berusaha mengejar ketertinggalannya. Tekanan terus dilakukan hingga Kurniawan DY mampu melesakkan tendangan kencang ke gawang lawan. Tapi berkat kesigapan penjaga gawang kedua yaitu Massimo Taibi, gawang AC Milan Glorie tetap aman.

Pada babak kedua ini kedua tim melakukan perombakan. Bahkan dikubu Milan sang penjaga gawang yang digantikan Massimo Taibi yaitu Nelson Dida menjadi striker dan langsung mampu menjebol gawang Hendro Kartiko pada menit 50 sehingga merubah kedudukan menjadi 4-0.

Masuknya Nelson Dida sebagai striker benar-benar menjadi momok bagi tuan rumah. Terbukti assistnya mampu dimanfaatkan dengan baik oleh Serginho pada menit 60 sehingga membuat kedudukan menjadi 5-0.

Tertinggal cukup jauh tidak menyurutkan semangat legenda Indonesia. Kesempatan mempendek selisih golpun terjadi setelah Rochy Puttiray dijatuhkan dikontak terlarang dan wasit menunjuk titik putih.

Ponaryo Astaman ditunjuk menjadi algojo. Tapi sayang tendangannya mampu ditepis oleh Massimo Taibi sehingga tidak merubah kedudukan. Sebetulnya peluang tuan rumah cukup banyak tetapi selaku gagal menciptakan gol.

Masuknya Ricky Yakobi menggantikan Rochy Puttiray pada menit 86 berdampak positif. Meski baru masuk kurang dari satu menit, pemain ini langsung mampu mencetak gol bagi tim Indonesia All Star Legend sehingga merubah kedudukan menjadi 1-5.

Hingga peluit panjang tanda pertandingan usai ditiup oleh wasit Jimmy Napitupulu, AC Milan Glorie mampu mempertahankan keunggulannya dengan skor akhir 5-1.

Pemain Indonesia All Star Legend, Hendro Kartiko (gk), Yeyen Tumena, Charis Yulianto, Ansyari Lubis/Fachry Husaini, Ponaryo Astaman, Jaya Hartono/Patar Tambunan, Aji Santoso/Elly Idris, Bima Sakti, Widodo Cahyono Putro/Kurniawan DY,Ricky Yakobi dan Rochy Puttiray/Rully Nere.

Adapun pemain AC Milan Glorie, Nelson Dida (gk), Roque Junior, Franco Baresi/Roberto Mussi, Alessandro Costacurca, Stefano Nava, Gianluigi Lentini, Stefano Eranio, Christian Lantignotti, Federico Giunti, Serginho dan Jean Pierre Papin. (*) (
Ruslan Burhani, Ed)

Minggu, 04 September 2011

Remisi Koruptor Harus Segera Dihentikan

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah khususnya Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia diminta segera menghentikan pemberian remisi atau pengurangan masa tahanan untuk para koruptor. Pemberian remisi kepada para koruptor tersebut sama dengan melanggar rasa keadilan masyarakat.
Hal itu disampaikan Wakil Koordinator Indonesia Corruption Watch Emerson Yuntho saat dihubungi wartawan, Minggu (4/9/2011). "Ini sama saja tidak memberikan efek jera kepada para koruptor. Selama ini hukuman bagi koruptor itu masih tergolong ringan. Di Pengadilan Tipikor (Tindak Pidana Korupsi) saja paling lama tiga tahun," ujar Emerson.
Dia menerangkan, penghentian remisi untuk koruptor dapat dimulai dengan moratorium atau penghentian sementara. Moratorium, lanjutnya, dilakukan hingga undang-undang yang mengatur soal remisi diperbaiki. Remisi seharusnya hanya dapat diberikan kepada koruptor yang berperan sebagai pelaku pelapor atau pelaku tindak pidana korupsi yang turut membongkar kejahatan.
Emerson juga mengingatkan, tindak pidana korupsi merupakan kejahatan luar biasa yang harus diatasi dengan cara luar biasa pula. Dengan memberi remisi kepada para koruptor, masyarakat hanya akan menganggap korupsi sebagai kejahatan biasa. Dengan demikian, orang akan cenderung menggampangkan untuk melakukan korupsi karena menilai hukumannya ringan.
Selain itu, kata Emerson, pemberian remisi akan merugikan para penegak hukum seperti Komisi Pemberantasan Korupsi, Kejaksaan, dan Kepolisian. "Penegak hukum juga harus berperan, tuntutan dan juga vonis kepada pelaku korupsi tidak boleh ringan dan harus seberat-beratnya. Jadi, walaupun ada remisi maka gak signifikan," ujarnya.
Pada peringatan hari raya Idul Fitri tahun ini, sebanyak 253 koruptor mendapatkan remisi dari pemerintah. Sebanyak delapan koruptor dinyatakan bebas setelah mendapatkan remisi. (Icha Rastika | Laksono Hari W)

Publik Masih Tunggu Keberanian KPK

JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Komisi III DPR Bambang Soesatyo berpendapat, kemampuan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengungkap kasus-kasus korupsi baru tidak lagi menjadi faktor yang bisa memperkuat keyakinan publik.

Bagian yang paling ditunggu publik saat ini adalah keberanian KPK menangani kasus-kasus itu secara proporsional dan apa adanya, terutama jika kasus korupsi itu diduga melibatkan orang-orang penting yang dekat dengan kekuasaan.
Dalam siaran persnya, Minggu (4/9/2011), politikus Partai Golkar itu menyatakan, keberhasilan KPK mengungkap dugaan suap dalam pencairan dana Percepatan Pembangunan Infrastruktur Daerah (PPID) relatif kurang mendapat perhatian publik. Sekalipun pengusaha Dharnawati menyebut keterlibatan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar dalam kasus ini, reaksi publik datar-datar saja.
Menurut Bambang, sikap publik seperti itu mengindikasikan turunnya tingkat keyakinan publik terhadap KPK dalam menangani kasus-kasus yang melibatkan para pejabat tinggi atau politisi. Penurunan keyakinan itu bukannya tanpa alasan.
KPK praktis gagal melaksanakan proses hukum terhadap beberapa pejabat tinggi yang diduga terlibat dalam skandal Bank Century. KPK juga enggan memanfaatkan potensi bekas Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin yang mengantungi informasi cukup lengkap mengenai sejumlah kasus korupsi yang diduga melibatkan tokoh-tokoh penting yang dekat dengan kekuasaan.
Beberapa kalangan sudah terlanjur beranggapan bahwa dalam kasus PPID dan pengusaha Dharnawati, proses penanganan kasusnya akan dilokalisir pada peran orang-orang yang lemah secara politis. KPK pun lagi-lagi akan menjauhkan diri dari indikasi keterlibatan tokoh-tokoh penting dalam kasus itu.
Dengan kecenderungan seperti itu, sangat sulit untuk meyakinkan publik bahwa KPK tidak melakukan tebang pilih dalam penegakan hukum.

Sabtu, 03 September 2011

Indonesia Wajib Maksimalkan Laga Kandang

TehranMeylan Fredy Ismawan - detiksport- Kekalahan di kandang Iran memang mengecewakan. Tapi, timnas Indonesia tak boleh patah arang karena masih ada sisa lima pertandingan di mana tiga di antaranya akan dimainkan di kandang sendiri.

Indonesia harus mengakui keunggulan tuan rumah Iran dalam pertandingan putaran ketiga kualifikasi Piala Dunia 2014 zona Asia, Jumat (3/9/2011) malam WIB. Meski bisa menahan imbang 0-0 pada babak pertama, tim 'Merah Putih' akhirnya menyerah 0-3.

"Pada babak pertama anak-anak bermain baik, tetapi secara fisik mereka memang masih belum maksimal. Iran memiliki pemain berpostur tubuh tinggi, tidak heran jika mereka bisa memanfaatkan bola-bola atas. Apalagi secara peringkat dunia, mereka jauh di atas kita," kata pelatih Indonesia, Wim Rijsbergen.

"Seharusnya pemain bisa lebih konsentrasi. Mereka sudah berusaha keras, sayang memang hasilnya ternyata kurang cukup," sesalnya.

Meski saat ini menghuni posisi juru kunci Grup E, peluang Indonesia untuk lolos ke putaran berikutnya masih terbuka lebar. Untuk memuluskannya, Firman Utina dkk. harus mampu meraih poin penuh saat berlaga di kandang sendiri.

"Pertandingan kandang dan tandang memiliki efek berbeda. Kita di Indonesia punya suporter yang banyak dan luar biasa. Di pertandingan kandanglah nanti kami akan berusaha mencuri poin kemenangan," ujar Rijsbergen.

"Jika kami bisa berkoordinasi selama 90 menit dan mampu menahan bola, maka kami memiliki peluang lolos dari grup," tutur pria asal Belanda ini.

Selasa (6/9/2011) besok, ujian kandang pertama akan dihadapi Indonesia. Tim 'Merah Putih' akan menjamu Bahrain di Gelora Bung Karno.( mfi / mfi )

Indonesia Dikalahkan Iran 0-3


Tehran, Meylan Fredy Ismawan - detiksport - Tim nasional Indonesia tak berhasil mencuri poin pada partai perdananya di putaran ketiga kualifikasi Piala Dunia 2014 zona Asia. Bertandang ke markas Iran, tim Garuda takluk 0-3.



Bertanding di Azadi Stadium, Jumat (2/9/2011) malam WIB, Indonesia tak bisa menurunkan kekuatan terbaik. Boaz Solossa, Ahmad Bustomi, dan Muhammad Nasuha absen dengan alasan beragam.

Meski demikian, tim 'Merah Putih' masih mampu menahan serangan-serangan tuan rumah pada babak pertama. Hingga turun minum, skor 0-0 belum berubah.

Pada babak kedua, pertahanan Indonesia goyah juga. Tiga gol pun bersarang di gawang Markus Horison. Dua lewat sundulan Javad Nekounam, satu lainnya oleh Andranik Teymourian.

Dengan kekalahan ini, Indonesia untuk sementara menghuni posisi juru kunci Grup E dengan poin nol. Iran di puncak klasemen dengan poin tiga.

Jalannya pertandingan

Pada menit-menit awal, tim tuan rumah mendominasi penguasaan bola dan mengambil inisiatif serangan lebih dulu. Tapi, Markus Horison dan bek-bek Indonesia masih mampu menangkalnya.

Pada menit ke-23, sebuah pelanggaran di depan kotak penalti Indonesia berbuah tendangan bebas untuk Iran. Tapi, eksekusi Javad Nekounam masih melambung.

Empat menit berselang, gawang Markus kembali terancam. Kali ini, sepakan keras Ghasem Hadadifar yang masih melenceng di samping gawang.

Menit ke-31, upaya Mohammad Reza Khalatbari juga belum membuahkan hasil. Sontekannya meneruskan umpan silang Mehrdad Pooladi masih melambung tipis.

Lima menit kemudian, Indonesia mendapatkan peluang. Kerja sama Cristian Gonzales dan Bambang Pamungkas dituntaskan oleh nama terakhir dengan sepakan keras kaki kiri dari luar kotak penalti. Tapi, bola masih melambung.

Iran sepertinya benar-benar berusaha memanfaatkan keunggulan postur mereka. Pada menit ke-39, sundulan Farhad Majadi masih belum menemui sasaran.

Dua menit jelang jeda, Markus berhasil menyelamatkan gawang Indonesia. Tendangan bebas Nekounam bisa dibaca dengan baik oleh kiper berkepala pelontos ini.

Hingga babak pertama usai, skor masih 0-0.


Pada awal babak kedua, taktik Iran masih sama. Mereka masih mengandalkan umpan-umpan silang ke mulut gawang Indonesia.

Taktik ini berbuah gol pada menit ke-53. Menyambut tendangan bebas rekannya, Nekounam berhasil menyundul bola dan mengarahkannya ke pojok gawang Markus.

Pada menit ke-61, Muhammad Ilham melakukan aksi individu dari lini tengah. Setelah melewati beberapa pemain, dia melepaskan tembakan dari luar kotak penalti. Hasilnya? bola masih melambung.

Dua menit berselang, Gholam Reza Rezaei menjajal peruntungannya. Tapi, tendangannya dari luar kotak penalti masih tepat mengarah ke pelukan Markus.

Indonesia kebobolan lagi pada menit ke-74. Bermula dari tendangan bebas Andranik Teymourian, sundulan Nekounam lagi-lagi bersarang di gawang Markus.

Empat menit jelang berakhirnya waktu normal, giliran Teymourian yang menjebol gawang Indonesia. Tembakan kerasnya meneruskan operan Mohammad Hosseini tak mampu diantisipasi oleh Markus.

Susunan pemain:
Iran: Mahdi Rahmati, Khosro Heidari, Jalal Hosseini, Hadi Aghili, Javad Nekounam, Ghasem Hadadifar (Andranik Teymourian 70'), Mehrdad Pooladi, Farhad Majidi, Ali Karimi, Mohammad Reza Khalatbari (Ehsan Haji Safi 65'), Gholam Reza Rezaei (Mohammad Hosseini 64')

Indonesia: Markus Horison, Zulkifli Syukur, Benny Wahyudi, Muhammad Roby, Hamka Hamzah, Hariono (Tony Sucipto 78'), Firman Utina (Oktovianus Maniani 81'), Muhammad Ridwan, Muhammad Ilham (Irfan Bachdim 61'), Bambang Pamungkas, Cristian Gonzales. ( mfi / a2s )

Jumat, 02 September 2011

Timnas Janji Lawan Iran Habis-Habisan

TEMPO Interaktif, Jakarta - Tim nasional sepak bola Indonesia akan melakukan perlawanan sengit saat melawan tim nasional Iran dalam laga perdana babak penyisihan Grup E kualifikasi Pra Piala Dunia 2014, di Iran, Jumat, 2 September 2011.


Pelatih timnas Wim Rijsbergen mengakui, ini merupakan ujian berat bagi Indonesia, namun dia menjanjikan adanya perlawanan sengit terhadap tim yang dijuluki tim Melli itu.


“Saya pikir Iran adalah yang terkuat di grup ini dan memiliki sejarah timnas yang baik. Saya juga mengenal pelatihnya dan bersama dia Iran potensial untuk menjadi lebih baik," kata Rijsbergen dalam rilis yang diterima Tempo, Kamis,1 September 2011.


"Namun kami datang kesini tidak untuk memberi kalian tiga poin begitu saja. Kami akan memberi perlawanan sengit," ujar Wim. Pelatih asal Belanda itu mengaku berlaga di kandang lawan memang bukanlah pilihan yang mudah.


Dukungan dari para suporter yang dipastikan memadati Stadion Azadi yang berkapasitas seratus ribu penonton itu bakal menjadi tantangan tersendiri. “Jelas tuan rumah akan memetik keuntungan dari pemain ke-12, selalu seperti itu. Pertandingan nanti akan sangat sulit," lanjutnya.

Di atas kertas, tim nasional Iran lebih baik dari Firman cs, karena kini duduk di peringkat 53 dunia. “Kini kami berada di peringkat 131 dunia. Inilah saat terbaik bagi tim untuk melihat sejauh mana kualitas permainan mereka di dunia dan jelas ini akan menjadi materi pembelajaran untuk ke depannya. Semoga kami berhasil mengambil poin dalam pertandingan nanti," ujar Wim.

Wim mengakui sedikit kecewa setelah salah satu pemain belakang andalannya, Muhammad Nasuha dipastikan tidak bisa tampil akibat akumulasi kartu kuning. “Namun pemain yang kami bawa kesini juga merupakan materi terbaik. Lihat saja nanti hasilnya seperti apa," katanya. Nasuha dianggap telah mendapatkan dua kartu kuning oleh Federasi Sepakbola Asia (AFC) di sepanjang laga melawan Turkmenistan.


Bambang Pamungkas
Striker Indonesia Bambang Pamungkas optimistis timnya bisa meraih poin pada laga melawan Iran nanti. “Kami datang untuk mendapatkan poin. Kita lihat saja di 90 menit pertandingan nanti, tim terbaiklah yang akan menang. Jelas kami akan berusaha untuk mendapat hasil terbaik," katanya.

Pelatih timnas Iran, Carlos Queiros, menyatakan, Indonesia saat ini adalah lawan terberat dalam grup. “Saat ini yang berpeluang untuk mengambil poin dari kita adalah Indonesia,” katanya. Menurut Queiroz skuad Merah Putih bermain bagus dan menyerang.


“Apalagi tidak seperti kita yang terlambat mempersiapkan diri karena liga masih berjalan, mereka memiliki banyak waktu untuk fokus di timnas. Mereka adalah tim berbahaya,” lanjutnya.


Kalau Indonesia tidak bisa diperkuat oleh Nasuha, sedangkan Iran tidak bisa diperkuat Kharim Asharifard dan Mejar Zare. Firman Utina cs telah mendapatkan tantangan yang tidak mudah sejak mereka tiba di Teheran, Iran.


Setelah tidak mendapatkan lapangan latihan yang sesuai standar di kompleks olahraga Stadion Azadi, mereka juga dipastikan bakal bergelut dengan suhu dingin yang kini sedang melanda Teheran. Diperkirakan Firman cs harus bertanding pada suhu udara sekitar 10-15 derajat Celcius. (EZTHER LASTANIA)

Pengacara Nazaruddin, Dea Tunggaesti "Hukum Pidana Lebih Menantang, Lebih Fun"

Pernah jadi model iklan dan bintang film, dia memilih menggeluti kerasnya hukum pidana.

Nama Dea Tunggaesti, pengacara kelahiran Solo, 26 September 1982, melejit ke angkasa. Wajahnya mendadak sering muncul di layar televisi. Penampilannya ramai diperbincangkan di media sosial.
Maklum saja, selain kejelitaannya, mantan model dan bintang film ini sedang ditugasi bosnya, pengacara kawakan OC Kaligis, untuk mendampingi klien kakap yang sedang menggegerkan jagat politik Republik: mantan Bendahara Umum Partai Demokrat, Muhammad Nazaruddin, yang kini sedang dijerat berbagai kasus korupsi kakap. 
Untuk mengenalnya lebih dekat, wartawan VIVAnews.com mewawancarainya secara khusus di Wisma Nusantara, Jakarta, Kamis malam, 25 Agustus 2011. Berikut petikan perbincangan dengannya, didampingi sang suami, Neviu Parodi, seorang warga negara Italia.


Anda sejak awal memang bercita-cita jadi pengacara?
Dulu saya pernah bercita-cita jadi pramugari. Ingin jadi sekretaris juga pernah. Tapi akhirnya saya benar-benar tertarik ingin jadi pengacara.

Karena pengaruh ibu Anda yang juga seorang pengacara?
Mungkin iya. Ayah saya wiraswasta, ibu saya seorang in house lawyer. Kebetulan orang tua saya bercerai. Saya tinggal dengan ibu saya dan adik. Jadi, tiap malam di perbincangan keluarga, ibu saya yang jadi penasehat kami. Dia memang sering bicara soal hukum. 

Sekarang masih sering minta nasehat Ibu soal hukum?
Masih. Saya sering berkonsultasi dan dia banyak kasih masukan, karena baru pertama kali ini saya banyak bicara di media. Dia menasehati cara bicaranya harus begini, jangan bicara soal politik, bicara soal hukum saja. Dia wanti-wanti saya jangan mau digiring ke arah sana.


Punya kesibukan selain pengacara?
Anak saya masih kecil. Yang satu 3 tahun, yang satu 1 tahun. Jadi, kegiatannya ya ajak anak-anak berenang, mereka lagi senang-senangnya berenang. Terus, mungkin ke mal yang ada tempat main untuk anak-anak. Saya juga senang sekali masak, juga menonton film serial, tentunya yang berbau hukum. 


Anda juga masih kuliah, bukan?
Saya sedang kuliah S3 hukum lagi di Universitas Padjajaran. Kuliah sudah selesai, tinggal menulis thesis. Saya mengambil hukum pidana.

Kabarnya Anda pernah main film.
Ya, film layar lebar. Saya pernah main di "30 Hari Mencari Cinta", jadi temannya si Luna itu. Juga, video klip Sheila on 7 "Pejantan Tangguh", lalu Kahitna. Saya jadi artis waktu saya kuliah, ketika ada waktu senggang. Lebih banyak jadi model iklan, sih: softener So Klin. Wah, seneng banget waktu dapat job itu. Setelah itu, juga spaghetti La Fonte, Kacang Garuda, dan Softex.

Kenapa berhenti?
Saya menikah tahun 2004. Habis menikah saya di luar Jakarta, jadi agak malas juga. Selain itu, artis kan mengandalkan imajinasi. Saya kira saya tidak punya bakat untuk itu. Saya tidak bisa.


Bagaimana bisa bergabung dengan firma OC Kaligis?
Saya pertama ketemu Pak Kaligis pada tahun 2007. Saya datang ke Beliau dengan mengirim aplikasi, setelah lulus S2 di Program MM UGM di Gondangdia, Jakarta. Saya melihat Beliau seorang pengacara besar. Maka, saya memberanikan diri untuk datang. Saya mulai bekerja di kantor Pak OC sejak tahun 2007.

Kenapa melamar ke OC Kaligis?
Pak OC itu sebenarnya masih saudara jauh dengan suami saya. Jadi, mama suami saya itu masih sepupu jauh Manado sama Pak OC. Saya kenal Beliau sudah lama, sejak kuliah. Beliau sering mengajar sebagai dosen tamu. Tapi karena saya pacaran sama suami saya sekarang, akhirnya ketemu lagi. 


Anda ditunjuk langsung oleh OC Kaligis untuk mendampingi Nazaruddin?
Ya, saya ditunjuk Pak OC. Beliau biasanya menunjuk beberapa orang untuk memegang satu perkara. Sebenarnya, saya sudah ditunjuk memegang kasus ini sejak Juni, sebelum kasus ini heboh. Sejak Juni 2011, Pak OC sudah punya kuasa dari Pak Nazar untuk menjadi pengacaranya. Di situ, Beliau mencantumkan beberapa nama supaya juga dimasukkan di surat kuasa. Di setiap kasus, sejak awal selalu Pak OC yang menunjuk sendiri siapa anggota timnya.

Anda punya kemampaun pidana lebih sehingga ditunjuk mendampingi Nazar?
Tidak, sih. Pak OC pasti kasih kesempatan ke setiap orang. Di kantor Pak OC ada 70 pengacara. Sebenarnya, tim Nazaruddin ada sembilan orang, empat pengacara senior. Mereka yang senior, termasuk Pak OC, hanya supervisi saja.

Kenapa Anda tidak memilih jalur perdata saja?
Dunia pidana terkenal lebih keras, jadi lebih menantang buat saya. Lebih fun. Di kantor saya, setiap pengacara dikasih kesempatan untuk mencoba semua. Saya pernah diminta bekerja di bagian pendapat hukum, dan itu bekerja di kantor saja. Saya merasa kurang fun. Saya lebih suka keluar kantor, ketemu banyak orang. Rasanya lebih cocok dengan jiwa saya. Kalau di kantor hanya ngetik-ngetik, saya bosan ... hahaha.


Kenapa yang sering tampil di media hanya Anda dan Boy Afrian Bondjol?
Mungkin karena perkara ini diliput media secara luas, jadi Pak OC memberikan tugas khusus kepada Pak Boy dan saya untuk bicara.

Tugas ini sulit?
Saya tidak menyangka dikasih tugas ini. Saya tidak menyangka kasus ini akan menjadi besar, tiba-tiba menjadi begini. Saya harus bekerja ekstra, karena selain soal menyiapkan pembelaan dan paper work, saya juga harus meng-counter pendapat publik yang menyudutkan dan tidak sesuai dengan fakta. Sebagai kuasa hukum, saya harus memberikan keterangan ke media.

Keluarga mendukung Anda menangani kasus Nazaruddin?
Ya, pasti ada dukungan. Ada yang menasehati, 'Hati-hati, kasus ini nuansa politiknya tinggi.' Tapi, tidak sampai menentang. Tidak. Mereka memberi nasehat.
Setelah jadi terkenal, Anda mestinya sering disapa orang.
Ya, ada saja yang bertanya, 'Mbak, Pak Nazar apa kabar?' Saya bilang, 'Baik, nanti saya sampaikan salamnya.' (kd) Ismoko Widjaya, Nila Chrisna Yulika (VIVAnews)

Rabu, 31 Agustus 2011

Open House, Salah Satu Hobi SBY?

Bagi para penggemar orang nomor 1 Indonesia, jangan ke mana-mana di hari Raya Idul Fitri ini. Mengapa? Sebab hari ini Presiden SBY menggelar Open House di kediamannya di Istana Negara. Open house ini terbuka untuk siapa saja yang ingin mengenal lebih dekat aktivitas Presiden dan situasi istana negara. Open House segera akan dimulai sekitar pkl. 10.00 hari ini. Sebelum Open House, Presiden akan  merayakan lebaran bersama keluarga wapres Boediono di Istana Negarasetelah shalat Id bersama di Masjid Istiqlal, Jakarta. "Sebelum open house di rumah dinas, Pak Wapres akan berlebaran di Istana Negara dengan keluarga Presiden. Jadwalnya pukul 09.00. Setelah itu baru open house di rumah dinasnya. Untuk kalangan pejabat dan menteri mulai pukul 10.00 dan umum setelahnya sampai pukul 15.00," ujar seorang anggota staf Wapres.
Konon kebiasaan Open House ini telah menjadi rutinitas Sang Presiden menyambut hari raya sejak pertama kali dipilih memimpin negara ini. Ini menunjukan kemurahan hati SBY yang terbuka dan mau lebih dekat dengan masyarakat Indonesia. Memang kebiasaan ini cukup langkah bagi seorang pemimpin negara, namun mengandung nilai positif mengingat sulitnya masyarakat menemui secara langsung presidennya.
Hal yang sama juga dilakukan oleh Wapres Boediono di kediamannya di Diponegoro. Sepertinya kedua tokoh ini memiliki hobi yang tidak jauh berbeda. Sekilas terkesan begitu kompak. Kebiasaan yang demikian bukan tidak mungkin tanpa efek buruk bagi para pengunjung. Pada open house tahun lalu, open house yang diadakan Presiden menelan korban tewas. Jhony Malela (45), penyandang tunanetra  tewas akibat berdesak-desakan di pintu gerbang Sekretariat Negara saat mengikuti open house di Istana negara. Pengalaman buruk itu sekaligus meninggalkan kewaspadaan pengamanan di istana presiden. "Belajar dari pengalaman tahun lalu, tentu sudah disiapkan langkah untuk tidak terulang lagi. Ada pengaturan yang lebih baik agar mereka tidak berdesakan di luar pagar, disiapkan tempat yang lebih lapang,"  jelas Juru Bicara Presiden Julian Aldrin. Open house yang direncanakan akan berakhir hingga pkl. 16.30 tersebut  seyogianya menjadi kesempatan silaturahmi masyarakat dengan sang pemimpin. Terlihat hobi sang presiden tidak terlalu buruk dan patut diteladani oleh para pemimpin bangsa ini, terutama di daerah-daerah provinsi. Ini bisa menjadi referensi yang baik demi mendekatkan masyarakat dengan pemimpinnya. (Anthoni Primus)

Selasa, 30 Agustus 2011

Dilema BlackBerry (BB) M. Nazarudin

                Beberapa hari yang lalu rumah tahanan (rutan) Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, digemparkan oleh temuan BB di ruang tahanan Nazarudin, tersangka kasus suap Wisma Atlet Sea Games. Hingga saat ini, dugaan sementara BB tersebut diterima Nazarudin dari pengunjung. "Kalau keterangan dari Kepala Rutan Brimob, Blackberry berasal dari pengunjung," ucap Kepala Bagian Penerangan Umum Polri Komisaris Besar Boy Rafli Amar. Bukan tidak mungkin ada modus tertentu yang dipakai Nazarudin dan kelompoknya guna mengalihkan perhatian KPK dari penyidikan perkaranya. Pada kesempatan lain, Juru Bicara KPK, Johan Budi  menyampaikan bahwa dugaan sebelumnya, BB tersebut didapat Nazarudin dari salah satu pengacara Nazarudin. Masih diselidiki  siapa pengacara yang dimaksud.  "Itu tentu perlu pengusutan lebih lanjut, ya. Perlu ditanyakan ke Nazaruddin secara langsung,"  ujar Johan Budi.
Menyikapi kehadiran BB di tangan Nazarudin, KPK akan terus menyelidiki sejauh mana Nazarudin menggunakan BB tersebut.
situasi Rutan Mako Brimob tempat Nazarudin berdomisili
Kalau dilihat, perkara BB memang terlihat begitu sederhana, namun imbasnya tidak kecil jika benar Nazarudin telah memanfaatkan BB tersebut untuk tujuan tertentunya. Ini membuktikan bahwa pengamanan yang disinyalir sangat aman bagi penyidikan terhadap Nazarudin di Mako Brimob tidak menjamin efektifitas penyelesaian kasus suap Wisma Atlet. Padahal segala perangkat pengamanan seperti kamera CCTV yang berjumlah 14 kamera tersebut seperti kehilangan fungsinya. Khusus di blok yang dihuni tersangka kasus suap pembangunan wisma atlet SEA Games, M Nazaruddin, dipantau langsung oleh tiga kamera CCTV yang langsung terhubung ke bagian penyidik KPK. Satu kamera memantau pintu masuk blok, kamera kedua dipasang di ruang tamu blok, dan kamera ketiga dipasang di sel Nazaruddin. Lalu bagaimana tindakan yang diambil KPK dalam menyikapi  kelalaian yang sebenarnya tidak perlu tersebut? Tindakan sementara polri ialah mengusut siapa dalang yang menghadirkan BB tersebut di rutan mako Brimob. Sejauh ini, Nazarudin masih memilih bungkam dalam penyidikan dengan alasan merasa tidak nyaman menghuni rutan Mako Brimob. Sayangnya kerinduan M. Nazarudin untuk dipindahkan ke LP Cipinang belum terealisasi. (Anthoni Primus)