Melatih Anak Menjadi Cerdik
Surabaya - Era globalisasi yang begitu pesat dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang disertai pengembangan tingkat literasi generasi muda terhadap
teknologi multimedia, membawa dampak menurunnya fokus perhatian dan rasa
penghargaan para generasi muda terhadap
para pendidik yang mengajar dengan teknik konvensional. Terlebih lagi,
rendahnya pemahaman para pendidik terhadap potensi dan talenta siswa menjadi
kendala dalam merebut perhatian dari siswa selama proses pembelajaran di kelas.
Hal ini pada gilirannya akan menurunkan efektivitas proses pembelajaran dan
pendidikan nilai di kelas.
Upaya peningkatan pemahaman dan pengenalan para pendidik terhadap potensi
dan talenta siswa secara pribadi menjadi kebutuhan yang urgen dalam mentransfer
ilmu pengetahuan, keterampilan, sikap perilaku yang baik, dan pendidikan nilai bagi
siswa. Tidak dapat dipungkiri bahwa bidang pengembangan pendidikan, baik
formal, non-formal, maupun informal, berperan penting dalam pembangunan suatu
bangsa.
Berdasarkan analisis kebutuhan dan identifikasi akar permasalahan tersebut,
dirasakan perlu meningkatkan pemahaman, keterampilan, dan perilaku para
pendidik dalam mengelola proses pembelajaran bagi generasi muda. Ini
membantu memotivasi para pendidik, baik
secara pribadi maupun bersama-sama dalam membangun suasana pembelajaran di kelas yang
kondusif demi pencapaian proses pendidikan yang bermutu bagi generasi muda. Demikianlah
proses pemindahan ilmu pengetahuan, keterampilan, sikap perilaku yang baik, dan
pendidikan nilai dapat berjalan secara efektif melalui interaksi yang
berkualitas antara para pendidik dengan siswa.
Terinspirasi oleh semangat tersebut, Seksi Pendidikan Dewan Pastoral Paroki
Santo Yakobus Citra Land, Surabaya menyelenggarakan kegiatan Lokakarya dengan
tema “Melatih Anak Menjadi Cerdik” bagi para insan pendidikan Katolik
(pendidik) khususnya Guru SMP dan SMA (sekolah Katolik dan non-Katolik), serta
para Pendamping Kelompok BIAK, Pra-REKAT, REKAT, dan Orang Muda Katolik. Ketua
Seksi Pendidikan Paroki, Fransiscus
Kuncoro Foe, mengatakan bahwa forum ini juga diharapkan dapat menjadi sarana
berbagi pengalaman dan berdialog dalam upaya meningkatkan peran dan kontribusi demi
menciptakan pendidikan yang bermutu di lingkungan/kelompok dan sekolahnya
masing-masing. “Diharapkan para pendidik Katolik tetap bersemangat dan saling
peduli, dan merasa sebagai saudara seiman dalam mengembangkan pendidikan bagi
para generasi muda, sebagai calon pemimpin dan pengambil keputusan di masa
mendatang,” ujar Kuncoro.
Hadirkan motivator
berpengalaman
|
Vincentius Krishnamurti |
Tujuan dan target dari
kegiatan yang dilakukan ini, Kata Kuncoro, yakni: Pertama, meningkatkan
kemampuan dan teknik para insan pendidikan dalam melatih anak menjadi cerdik
melalui tantangan yang diberikan sesuai dengan situasi dan kehidupan nyata. Kedua,
meningkatkan persaudaraan iman dan rasa solidaritas antara para insan Katolik
yang berkarya dalam dunia pendidikan formal (guru) dan informal (pendamping
kelompok generasi muda). Ketiga, meningkatkan kesadaran, partisipasi,
dan rasa tanggung jawab dari para insan pendidikan akan tugas panggilan sebagai
pendidik dalam arti yang sebenarnya. Keempat, meningkatkan kesadaran para
pendidik tentang perlunya pemahaman akan potensi dan talenta siswa secara
pribadi agar mereka dapat menjadi pribadi yang utuh dan berkarakter. Kelima,
meningkatkan kesadaran akan peran yang strategis para pendidik di dalam upaya
untuk menciptakan pendidikan yang bermutu bagi calon pemimpin masa depan.
Kegiatan lokakarya pendidikan
ini dilaksanakan dalam dua gelombang, yakni pada Mei bertempat di Balai Paroki
dan akhir Juli 2012 lalu di Pastoran Gereja Santo Yakobus. Lokakarya ini
menghadirkan narasumber seorang Mindset Motivator dari Jakarta,
Vincentius Krishnamurti.
Krishnamurti menyampaikan
indikator-indikator keberhasilan yang mencakup, persaudaraan iman dan rasa solidaritas antara
para insan Katolik yang berkarya di dalam dunia pendidikan formal (guru) dan
informal (pendamping kelompok generasi muda). Kemudian timbulnya kesadaran,
partisipasi, dan rasa tanggung jawab dari para insan pendidikan akan tugas
panggilan sebagai pendidik dalam arti yang sebenarnya. Diharapkan timbul kesadaran
dari para pendidik tentang perlunya pemahaman
akan potensi dan talenta siswanya secara pribadi, agar mereka dapat menjadi
seorang pribadi yang utuh dan berkarakter, serta timbulnya kesadaran akan peran
yang strategis dari para pendidik di dalam upaya untuk menciptakan pendidikan
yang bermutu bagi para calon pemimpin masa depan. “Performance yang luar biasa
tergantung pada keselarasan pikiran, tubuh dan emosi yang mana akan selaras
bila ter-integrasi,” ucap Krishnamurti. Kepada peserta lokakarya Krishnamurti
menyampaikan bahwa untuk sukses IQ (intelegence
quality) saja tidak cukup, kita perlu memiliki kemampuan olah pikiran dan
olah perasaan. (Parulian Tinambunan –
Surabaya).